RSS

Cerpen Inspiratif Aku Ingin Membeli Ayah Baru

"Aku Ingin Membeli Ayah Baru"

15 November 2008 adalah hari kelabu untuk Alif dan keluarganya. Ayah tercintanya telah berpulang ke Rahmatullah, setelah setahun terahir ini bolak balik masuk Rumah Sakit akibat penyakit kronis yang di deritanya. Kala itu Alif masih berusia 15 tahun dan ia juga mempunyai adik yang berusia 2 tahun. Almarhum ayah Alif memang sangat menginginkan seorang putri, namun sayang setelah seorang putri yang cantik dan lucu itu lahir beliau harus pergi untuk selama-lamanya. Alif benar-benar sangat kehilangan sosok ayah yang selama ini tak pernah ia kenali dengan baik, pasalnya sejak kecil alif telah tinggal bersama neneknya di desa, sedangkan ayah dan ibunya tinggal di kota mengurus bisnis furniture yang telah menjadi bisnis turun temurun. Namun dalam hati Alif, ia sangat bersedih walau selama ini ia tak pernah dekat dengan ayahnya karena ayahnya selalu sibuk dan sibuk kerja hingga untuk menjenguk alif saja ia suka tidak punya waktu luang.

Hari-hari pun berganti dengan cepat dan alifpun telah dinyatakan lulus dari SMP. Hatinya sekarang di selimuti rasa bimbang, galau, dan kawan-kawannya, sebab ibu alif ingin dia tinggal di kota dan disisi lai alif merasa tak tega dengan neneknya yang selama ini telah merawat, menjaga, dan membimbing banyak hal padanya. Alifpun berniat membawa san nenek ke kota, tapi sang nenek tetap bersikukuh ingin tinggal di desa. Dengan berat hati alifpun memutuskan untuk tinggal di kota, ia tak tega jika harus melihat adiknya terus-terusan memanggil nama ayahnya. Mungkin dengan datangnya alif, semua akan menjadi lebih baik. Jujur selama ini alif sangat membenci adiknya itu, karena alif merasa setelah adihnya itu lahir ayahnya sering sekali masuk Rumah Sakit dan alif tambah benci padanya setelah ayahnya meninggal, karena ia merasa adiknyalah yang menyebabkan ayahnya meninggal. Selain ingin memenuhi permintaan ibunya dan untuk melanjutkan sekolah di kota, alif juga ingin membalas dendam pada adiknya itu.

Awal nya alif memang bersusah payah untuk menjahati adiknya itu. Namun semua niatan itu sirna kala ia melihat mata indah "Dewi" adiknya. Rasa benci itu pun berubah menjadi rasa sayang yang amat sangat mendalam pada dewi, apa lagi jika alif mengingat pesan terakhir dari ayahnya untuk menjaga ibu dan adiknya. Tahun berganti tahun,,, sekarang alif sudah menginjak bangku kuliah. Ia memilih kuliah di kota ini saja, meskipun ia mendapat beasiswa untuk kuliah di kota lain yang lebih besar. Namun alif ingin belajar untuk mengikuti jejak kedua orang tuanya berbisnis, namun alasan utamanya ia menolak beasiswa itu adalah ia tidak tega meninggalkan dewi yang sekarang sudah menginjak sekolah dasar. Karena selama ini dewi sangat dekat dengan alif. Alif sudah menjadi pengganti ayah buat dewi. Begitupun dengan alif yang selalu memberi perhatian lebih pada dewi. Sejak dewi masuk kelas satu sekolah dasar, alif yang bertugas mengantar dan menjemputnya di sekolah. Dirumah alif yang menjadi guru private buat dewi, karena dewi lebih menangkap pelajaran tambahan yang di jelaskan oleh alif daripada guru private yang sudah di beri tugas oleh ibu alif. Hari-hari mereka pun berlalu dengan sangat menyenangkan.

Namun hari itu lain, wajah dewi tak tampak ceria seperti biasanya. Ia tampak langsung masuk mobil tanpa menegur Kakaknya, alif yang tengah menunggunya dari tadi di depan sekolah.
"loh...loh... kak kok di cuwekin?",,,,tanya alif heran dengan masih mematung di depan mobil.
"Ayo.... cepat pulang......!!!", teriak dewi dari dalam mobil yang membuat alif sedikit kaget.
Alif pun buru buru masuk kedalam mobil dan menghidupkannya. Sekilas ia melirik ke dewi yang hari ini memilih duduk di kursi belakang. Nampak ia marah dan sedih, entahlah  yang mana yang benar. Yang jelas saat itu alif tak berani lagi menggodainya. Mobilpun melaju dengan kencang hingga tiba di rumah.
"tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttt.................................", suara klakson mobil alif membangunkan pak. Salim satpam rumahnya yang suka tidur.
Nampak pak salim kaget dan mulai mengeluarkan jurus pencak silatnya. Alifpun ketawa ngakak, berharap dewi juga ikut tertawa. Namun semua sia-sia, dewi tetap diam tanpa sepatah katapun dan tanpa perubahan mimik wajah, memang tak seperti biasanya. Biasanya ia yang dengan semangat membunyikan klakson untuk membangunkan pak Salim untuk membukakan pagar depan dan dewipun akan tertawa terpingkal-pingkal jika melihat aksi pak salim yang kaget dan mengeluarkan jurus pencak silatnya.
"Ahhhhhhhh....................aden, kebiasaan nih benguninnya pake klakson.............................bapak kaget berat nih..............", protes pak salim sambil membukakan pintu pagar dan berlari ke arah garasi untuk membuka pintu garasi.
"Maaf ya pak..................", Teriak alif sambil mengarahkan mobilnya ke garasi.

Dewi pun segera berlari ke kamarnya tanpa sempat berbicara sepatah kata pun dari tadi. Padahal tadi pagi ia masih baik-baik saja tanpa menunjukkan wajah yang seperti itu dan masih dengan kecerewetannya. Alifpun tampak kebingungan dengan sikap dewi yang demikian.
"bi Minah.................bi minah.....................", teriak alif memanggil bi minah pembantu rumah tangga di sini yang sudah dekat juga dengan dewi.
Buru-buru bi minah dateng dengan masih membawa spatula di tangannya.
"wow........ wacau...........................................", becanda alif dengan menirukan gaya brus lee saat ia melihat bi minah membawa spatula mendekatinya. Bi minah yang latah pun ikut-ikutan menirui gaya brus lee.
"ah,,,, aden ini becanda aja kerjaannya. ohya ada apa ya aden menggil bibi?"
nampak alif masih ketawa liat gaya bi minah tadi. "Oh gini bi, dewi ngambek tuh....dia......................"
"apa, pasti aden ya yang buat non dewi ngambek.. ih aden ini memang nakal... ................................", potong bi minah dengan menjewer telinga alif.
"Huuuuuuuuuuuuuuuuussssssssss....Sakit. Bukan sama aku kali.........", protes alif memegangi telinganya yang masih terasa kepanasan.
"terus sama siapa? hayo ngaku aja........................." introgasi bi minah.
"tau................yang jelas aku manggil bi minah itu buat nanya kenapa dewi kayak gitu.! eeehh....malah main jewer aja nih....", bela alif.
"Ok ok entar lagi bibi tanyain kenapa. Tapi kok bau gosong ya??? AAAAAAAAAAAAAAAhhhhhhhhh tidak, ikan gorengnya gosong................", bi minah panik dan langsung berlari ke dapur.
"hahahahahhahahhahhah..........", alif tertawa tanpa henti melihat bi minah berlari panik.

Haripun beranjak malam. Namun gadis kecil "Dewi" tak kunjung keluar kamar dari tadi siang. Alif dan ibunya sedang menunggu ia di meja makan. Nampak bi minah juga sudah duduk di meja makan, ia sudah siap untuk menyuapinya.
"gimana tadi bi,,,, kenapa dia kok aneh begitu?", tanya alif pada bi minah.
"gini nyonya dan aden, tadi itu non dewi cerita kalau......................................................"
"cukup bi,,,,,", potong suara merdu dewi yang berlari ke arah pintu.
"ya udah, ceritanya nanti aja. sekarang kita makan. itu bi minah sudah siap mau nyuapi kamu.", tegas ibunya alif. Makan malampun berlangsung dengan beribu pertanyaan di benak alif dan ibunya. Terlihat gadis kecil dewi masih manyun aja mukanya.

Selesai makan gadis kecil itupun di gendong oleh ibunya,,,ke ruang tengah. Ia masih tampak murung. Entah apa sebabnya tak ad ayang tahu. Alif pun menyusul ke ruang tengah. "ini loh bu, dari tadi siang saat pulang sekolah ia tak bicara sepatah katapun. malah nyuwekin aku yang udah dengan setia jemput dia." alif mulai menceritakan kejadian tadi siang.
"kamu kenapa sayang? ada yang jailin kamu di sekolah?", tanya ibu alif dengan nada yang lembut penuh kasih.
"emmmm...emmm,,,,adik boleh tanya sesuatu gak sama ibu?", tanya gadis kecil itu mulai berani bicara.
"tanya apa?", tanya ibunya kembali.
"Ada gak toko yang jual ayah? aku mau beli ayah.", ucap gadis kecil itu mulai menitikan air mata.
Nampak alif dan ibunyapun tak kuasa menahan air matanya mendengar  pertanyaan Dewi.
"adik ingin yang antar jemput adik sekolah itu ayah, seperti temen adik, melati yang selalu diantar dan di jemput ayahnya."
Alifpun tak kuasa membendung lagi air matanya, nampak bi minah yang sedari tadi berdiri dekat pintu juga ikut menitikan air matanya mendengar cerita gadis kecil dewi. Alif dan ibunya pun tak mampu lagi harus berkata apa untuk menjawab pertanyaan Dewi.
"Ayah...itu bukan sesuatu yang di jual,sayang. Namun ia dititipkan oleh Allah kepada kita sebagai seorang anak. Dan Allah berhak mengambilnya kapan saja.", ibu alif mulai bicara masih dengan di iringi deraian air matanya yang kian tumpah dengan mengingat almarhum suaminya.
"Tapi kenapa Allah mengambil ayah dewi? dewi masih belum pernah melihat wajah ayah secara langsung. Ayah juga belum pernah mengantar dewi sekolah." tanya gadis kecil itu lugu.
"Ayah dewi sudah ada di surga bersama Allah. Ayah liat Dewi dari atas surga. Jadi ayah selalu jaga dewi dari surga."jelas ibu alif.
"iya adek,,, kan masih ada kakak di sini. kakak adalah pengganti ayah buat adek. Adek bilang saja kalau kakak ini ayah adek sama teman-teman adek", jelas alif masih dengan deru air matanya.

Semua air mata tertumpah malam itu juga. Semua kembali terkenang akan Sosok ayah yang lima tahu lalu menjadi pemimpin dan pelindung keluarga ini. Dewi kecil yang murung itu pun kembali ceria esok harinya. Ia tak lagi murung. Ia tahu ayahnya sudah ada di surga. Dan ia juga percaya dimanapun ia berada, ia akan selalu melindungi dewi kecil yang lucu. Dewi pun tak lagi malu dan marah saat teman temannya menanyai keberadaan ayahnya. Ia selalu bilang, "Ayah ku akan selalu ada dalam hati ku untuk selamanya." Dan sejak saat itu semua berjalan lebih baik lagi dan lebih baik lagi.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjuang nya, semoga bermanfaat dan membawa kita menuju ridho Allah :)Salam Super... :)
 
Copyright 2009 Kumpulan Puisi dan Cerpen Terbaru All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes
Blogger Templates