RSS

Cerpen Sepenggal Kisah Hidup Ku

"Secerca Asa"




        Tak terasa waktu begitu cepat berlalu dan berganti dengan yang baru.Sekarang sudah memasuki semester ke enem aku di sekolah menengah atas ini dan ini artinya semester terakhir untuk ku masih bisa belajar di sini jika aku lulus tentunya. Semua syaraf syaraf otak ku hanya terpenuhi oleh dua hal yaitu "LULUS UJIAN dan KULIAH". Rangsangan yang ku terima membuat otak ku bekerja keras untuk menerima apa yang aku pelajari. Ku langkahkan kaki lebih awal dari teman teman semua. Ku mulai dengan mereview semua pelajaran dari semester pertama. Luar biasa ku buat otak ku hanya sejenak untuk beristirahat. Hampir dua puluh jam ku gunakan untuk belajar. Tak ada lagi kata main main dan yang lainnya. Bulan ke tiga menjelang UAN beberapa poster poster beasiswa mulai banyak memenuhi mading mading sekolah. Ada beberapa yang memikat hati ku untuk memcoba mengambil beasiswa itu, diantaranya Universitas Gajah Mada, Universitas Malang, Politeknik Negeri Jember, dan Universitas Jember. Dan yang paling aku prioritasin untuk bisa masuk ke universitas itu adalah UGM dan UM. Ku mulai mencari informasi sedetil detilnya tentang universitas universitas tersebut.


        Konsultasi pada guru bimbingan konseling adalah cara yang paling ampuh untuk masalah ini. Dan luar biasa, guru ku mendukung 100% pada pilihan universitas yang ingin aku masuki. Beliau sangat bekerja keras untuk bisa meloloskan ku ke salah satu universitas universitas itu. Hingga kabar yang sangat menggebirakan ku itupun datang. Siang itu saat jam break beliau, bu. lusi memanggil ku ke ruangannya.
Dengan perasaan gugup, aku pun beranikan diri memasuki ruangannya.
"Silahkan duduk, man!" serunya masih terdengar tegas.
"terimakasih bu, maaf sebelumnya ada apa ya bu?" kata ku langsung to the point.
"Begini, ibu sudah kirim berkas dan profil kamu ke universitas yang kamu ingin kan. termasuk ke universitas ternama juga di bali. Dan luar biasanya yang langsung merespon cepat itu adalah universitas udayana, bali untuk langsung menerima kamu sebagai mahasiswa baru di sana." jelas beliau terlihat sangat gembira.
"Kalau kamu gak mau disana, universitas gajah mada juga menerima kamu. Tadi ibu di beri kabar. Selamat ya! kamu tinggal memilih di antaranya!" kata bu lusi seraya menyalami ku.
Aku masih belum bisa berkomentar dan hanya diam terpaku.
"terimaksih bu atas infonya..." ucapku lirih masih tak percaya.
"ohya man, kamu simpan kabar ini sendiri ya. ibu takut temen temen yang lain gak konsen buat ujian akhir" lanjut bu lusi."Iya bu, aiman janji" kata ku seraya berlalu dari ruangan itu.


        Terik mentari menyengat kulit seakan tak ada lagi waktu esok tuk mengeluarkan panasnya. Entah apa yang membuat ku ragu untuk melangkah kembali ke kelas. Di sisi lain ku rasakan bahagia yang amat sangat besar namun di sisi lainnya ku merasa ada perasaan yang aneh. Seakan ada hal buruk yang akan terjadi. Ya, firasat ku mengatakan demikian.
Waktu pun berlalu dengan cepat, detik detik Ujian Akhirpun udah tampak. Semua siswa tak lagi sibuk belajar, tapi memeneuhi mesjid sekolah untuk meminta kemudahan dalam mengerjakan soal soal nantinya. Ada beberapa yang sibuk dengan berkas berkas untuk melanjutkan ke universitas. Ku hanya bisa diam saat mereka sibuk dengan urusan masing masing.

Ku mantabtan kembali niat hati ku untuk mengikuti ujian akhir. Ku tak ingin mengecewakan Ibu ku tercinta yang kini jauh di mata. Ya, jauh di mata... :( Sejek ayah ku meninggal dunia kala aku masih duduk di bangku SMP kelas 3, Abah Syam, begitu ku memanggilnya mengajak ku untuk tinggal di rumahnya di kota dan menjadi anaknya. Awalnya ku tak mau jauh dari ibu, tapi apa daya ibu menyetujui permintaan Abah Syam untuk mengangkat ku menjadi anaknya. Sesuai dengan janji abah syam, dia akan membiyahi hidup ibu dan kedua adik ku yang masih kecil dan akan menanggung semua biaya pendidikan kedua adik ku dan aku hingga kuliah nanti. Semua berlangsung dengan lancar, setiap ada waktu libur ku sempat kan untuk menengok ibu di kampung. Momen momen saat bersama ibu lah yang menjadi inspirasiku untuk sukses dalam hidup ku. Melahirkan mimpi mimpi semu yang harus ku ubah formatnya menjadi mimpi mimpi yang nyata.

        Ujian pun berlangsung dengan hikmat. Dan pengumuman kelulusan pun terlaksana pula. Dengan harap cemas di rumah ku menunggu Abah pulang dari sekolah untuk melihat hasil ujian ku. Aku yang sejak tadi gelisah menunggu hasil ujian ku di kamar hanya bisa berdoa dan berdoa. Jampun hampir mendekati angka 1 sejak tadi abah berangkat jam 11 ke sekolah. Beberapa kali ku telfon abah tapi tak pernah di angkatnya. Puluhan pesan udah ku layangkan ke hp nya dan tak ada balasan satupun. Kecemasan ku pun semakin menjadi, dengan rasa gelisah yang sudah mencapai level teratas akhirnya ku dengar deru mobil abah dari ruang garasi, segera ku berlari ke lantai bawah.
"gimana hasilnnya, bah???" tanya ku berharap cemas. Abah terlihat lesu dan tatapan matanya tak menunjukkan rasa bahagia atau pun sedih. Membuat ku bingung dan mengundang tanda tanya besar. Abah tanpa menjawab pertanyaan ku terus saja melangkah ke dalam. "Bah...abah kenapa sih? gimana dengan hasil ujian ku bah???" lanjut ku mengejar abah ke ruang tamu.
"Duduk kamu!!!" ujar abah serius. membuat ku tambah hampir jantungan saja.
"mana umi???" tanyanya kemudian.
"eemmhh umi lagi jemput alia ke sekolah..." jawab ku gugup. "terus hasil ujian ku gimana bah???"
"Hasilnya...... kamu.... itu..... gimana sih....................." dengan nada tinggi.
"kenapa dengan hasilnya bah???" tanya ku tambah takut.
"Kamu ..........kembali meraih rangking 2!!!!" heheheehe..... "Selamat ya... anak abah memang pandai...." kata abah berteriak dan langsung memeluk ku yang hampir meneteskan air mata. :'( namun kenyataannya air mata itu mengalir juga.

"ohya bah, aku punya satu kabar lagi. Sebenarnya aku juga udah di terima di UGM dan UM. jurusan pendidikan BIG." jelas ku pada abah. Namun ku rasakan pelukannya semakin melemah dan terlepas.
"Iya bah... udah beberapa minggu sebelum ujian akhir dilaksanain. Aku gak boleh cerita cerita dulu pesan bu lusi." jelas ku lebih bersemangat lagi. Namun abah tetap terdiam dan seperti ekspresi awal tadi di garasi mobil. "Kenapa bah? abah gak suka?" tanya ku merasa sedih
"emmh... kita bicarakan ini nanti ya..., Abah mau mandi dulu...." ujar abah seraya berlalu ke kamarnya yang menimbulakan kembali kecemasan dan rasa sedih pada hati ini. Ku hanya bisa pasrah nantinya mendengar keputusan abah.

        Malam pun menyelimuti bumi dengan ketenangannya, sejak tadi sore HandPhon ku sibuk berdering menerima pesan selamat dari teman teman. Ada beberapa yang ku balas dan ada beberapa juga yang ku abaikan. Saat ini otak ku hanya di penuhi satu hal yaitu "Kenapa abah tak tampak bahagia mendengar ku di terima di salah satu Universitas ternama di negeri ini?" Sebuah tanda tanya yang amat sangat besar kembali muncul di kepala ku. "Ada apa ini ya?" tanya ku dalam hati.
"aiman... ayo cepat makan nak....." teriak umi dari lantai bawah. segera ku hentikan lamuanan dan pertanyaan konyol yang tambah menyelimuti hati ku. "iya umi..... aiman segera turun..." teriak ku kembali.
Segera ku berlari menuruni anak tangga ke lantai bawah... tak nampak Abah di meja makan .. Hanya Umi dan Alia di sana... Ku hanya bisa menunduk terdiam tanpa kata, hanya ingin segera menyelesaikan makan malam ini dengan segera.

        Segera setelah makanna ku habis, ku berlari masuk ke kamar. Mungkin Umi tahu masalah ini, ia pun menyusul ku ke kamar. "aiman, umi boleh masuk?" serunya di balik pintu. "iya umi, pintunya gak di kunci" jawab ku dari dalam. Umi pun masuk dan duduk mendekat padaku yang sedang bermalas malasan di atas ranjang sambil pura pura membaca novel baru yang di belikan umi tempo hari "Negeri 5 Menara". Nampaknya, situasi yang ku alami saat ini hampir sama dengan cerita Alif si putra Rendang. "Boleh umi tanya sesuatu sama kamu?" ucapnya lirih dengan di iringi senyum nan elok. Umi memang sosok wanita yang luar biasa. Dia menyayangi ku layaknya putranya sendiri, meskipun aku telah diangkatnya dalam masa yang tak bisa di bilang anak anak. "Iya umi, boleh..." jawab ku masih dengan pandangan seolah serius membaca novel. Namun kenyatannya, mata ku hanya melihat kertas kosong di sana. Karena otak ku masih belum bekerja sepenuhnya, akibat dari memikirkan sikap abah tadi siang dan sekarang abah tak ada di rumah. Tumben banget... Ingin sekali ku tanya pada umi kemana bah sekarang? Apa dia kecewa pada ku? Namun semua tak mampu ku ucap kan. "Umi tahu perasaan kamu... kamu pasti bingung saat ini..." ucap umi seolah mengerti setiap apa yang ku rasakan. "Tapi, alangkah lebih bingungnya Abah memikirkan masalah ini" lanjutnya. "Hah??? apa maksudnya ya" tanya ku dalam hati.  "Abah tahu kamu ingin sekali kuliah di UGM, dan abah juga tak bisa mencegah mu. Karena kami bukan..........................." "Cukup umi......" potong ku, ku tahu lanjutan dari kalimat itu, ku tak ingin mengecewakan hati suci umi. "Aiman tahu....mungkin ini berat untuk aiman, tapi setidaknya Abah punya alasan jika aku tak di ijikan kuliah disana." lanjutku kemudian. "tentu abah punya alasan untuk itu... turunlah segera.... kita bicarakan masalah ini di ruang keluarga.... abah dan umi tunggu kamu di sana...." ucap umi dan berlalu keluar dari kamar ku. "Ya Allah... Ku ikhlas jika apa yang ku jalani nanti tak sesuai mimpi ku, Karena ku tahu rencana Mu lebih indah dan tepat dari rencana hamba yang tak punya daya ini." lirih doa ku pada Nya...

        Dengan langkah berat, ku turun ke lantai bawah untuk menemui Abah dan Umi. Suasana malam ini tak seperti suasana di malam malam yang lalu... Dimana semua tampak santai..... Namun malam ini, aku merasa semua syaraf syaraf ku menegang... Ku rasa asing kembali di rumah ini...
"Duduk...." ucap abah saat ku tiba di ruang keluarga.
"Emmmh.... gini, ada yang ingin abah sampaikan... Pertama abah minta maaf atas sikap abah tadi siang." lanjut abah setelah aku duduk.
"iya bah... aku juga minta maaf..." ucap ku lirih.
"Bagini, apa kamu sepenuh hati dengan pilihan kamu di UGM dengan jurusan BIG? Bukan kah abah tahu kamu ingin kuliah di jurusan MTK?" tanya abah serius.
"Jujur, aku masih belum ngerti dengan pertanyaan abah. Bukan kah abah juga tahu jika aku ingin sekali masuk UGM?" tanya ku setegar mungkin dengan sisa keberanian yang tersimpan.
"gini gini... maksud abah... apa gak sebaiknya kamu pikirkan dulu?" ucap umi seakan manjadi penegah.
"ok... abah gak mau bertele tele lagi... bagini, abah ingin kamu masuk sekolah penerbangan. Abah ingin kamu menjadi PILOT. Aku harap kamu bisa penuhi permintaan abah yang ini." kata abah jelas dan tegas pada ku. ia pun berlalu ke kamarnya.
Sejenak ku masih tak percaya dengan dengan apa yang ku dengar beberapa detik yang lalu.
"Udah... jangan kamu buat beban pikiran. Jika memang kamu merasa berat untuk kedepannya, tak perlu kau lakukan. Udah cepat sana tidur,,,, ini udah malem." kata umi sambil menepuk pundak ku dan berlalu meyusul abah.

        Hari hari kedepan yang ku lalui terasa hambar. Bu lusi beberapa kali menelfon ku untuk meminta berkas persetujuan dari orang tua/wali ku. Aku bisa saja pulang ke kampung dan meminta tanda tangan Ibu di sana. Tapi,,, alangkah tidak tahu dirinya aku ini jika kulakukan hal tersebut. Detik demi detik berlalu dengan cepat, ku hanya bisa mengurung diri di kamar. hanya doa dan sholat yang bisa ku lakukan untuk menenangkan hati ini dan meminta petunjuk pada NYA. Sempat beberapa kali ku coba browsing website UGM dan beberapa website sekolah tinggi penerbangan terbaik di negeri ini. Rasa bimbang itu kembali mampir dan menyerang setiap syaraf syaraf otak ku. Dan malam itu pun jawaban itu hadir dalam mimpi ku. Dalam mimpi itu tampak di sana ku tersenyum dengan mengenakan pakaian dinas seorang pilot. Segara bayangan itu lenyap dan aku pun terbangun. "Ya, Allah... inikah yang terbaik buat hamba?" seru ku dalam hati. Segera malam itu aku berlari ke kamar abah dan umi. "Abah... abah...."... teriak ku di depan pintu kamarnya. "Iya... sebentar..." terdengan suara umi dari dalam. dan pintu pun terbuka. "emh, abah mana umi?" tanya ku. "Abah masih sholat tahajud." jawab umi. "emang ada apa aiman?" tanyanya kembali. "emmh,,," ku masih ragu mengatakan nya. tapi...... "Ada yang ingin aiman sampaikan pada abah dan umi" jelas ku. "ohya... tunggu sebentar ya... kamu ke ruang keluarga dulu, bentar lagi abah dan umi nyusul." suruh umi.

        Ku duduk di ruang itu dengan perasaan yang penuh dengan keraguan. Haruskah ku katakan mimpi ku? Haruskah ku penuhi keinginan abah? Bukankah UGM adalah cita cita ku dari dulu?
"iya... ada apa iman???" terdengar suara abah membuyarkan pertanyaan pertanyaan yang berotasi dalam pikiran ku.
"emh..... begini bah..." ucap ku masih ragu.
"tadi.... aiman.... udah dapat jawabannya......" tertatih ku ucap kan kalimat itu.
"Oke... abah siap mendengarnya... apapun keputusan mu inshaallah abah terima." kata abah dengan hengela napas panjang.
"Jujur aiman masih agak sedikit ragu, tapi inshaallah ini yang terbaik."........
Sejenak ku terhenti untuk melanjutkan kali mat ku.
"Jadi.... aiman putusin buat jadi PILOT karena ALLAH" lanjut ku kemudian.
Ya, di tengah malam yang dingin itu, keputusan itu pun keluar dari dasar hati ku. Dengan gembiranya Abah memeluk ku. Ku tahu abah sangat bahagia mendengar ini, karena abah dulu sangat bercita cita menjadi pilot  dan tak terwujud. Malam itupun menjadi malam yang haru untu ku, abah dan umi. Beberapa hari kemudian akupun mendaftar di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia. Dengan beberapa tes akhirnya akupun dinyatakan lolos dan menjadi bagian dari keluarga besar STPI. Entahlah, bagaimana hari hari kedepan ku jalani, karena ku tahu ku tak sedikitpun memimpikan akan duduk di bagian depan pesawat dengan membawa ratusan manusia terbang melintasi cakrawala. Ya Allah... Segala yang baik hanya milik Mu, di sini hamba yang lemah ini tak ada kuasa sedik pun. Jadikanlah ini sebuah kebaikan untuk hidup ku di dunia dan akhirat mu...

SEKIAN... :)

Cerpen Remaja



“Secuil Rasa Untuknya”


“Kriiiiiiiiing… Kriiiiiiiiiing… Kriiiiiiiing…” Sayup  terdengar bel sekolah berdering tanda jam masuk pelajaran telah di mulai. Dan posisi gue masih setengah kilometer dari sekolah.
“Ini semua gara gara loe dim! Coba aja loe gak ngajak gue buat nyicipi jambunya pak Anto tadi, pasti kita gak bakal telat kayak gini” gerutu gue pada dimas, my sohib.
“Enak aja loe nyalahin gue, loe tuh yang keenakan nongkrong di atas pohon jambunya pak anto.” Bela dimas gak mau kalah.
“Ya udah, terus gimana nih? Pasti gerbang depan udah di tutup!” Tanya gue agak jengkel.
“Yah… ayo cepetan lari kita lewat pager  belakang aja.” Kata dimas sambil lari ninggalin gue.
“Huuuuh… dasar… tungguin gue woy… lagian gue mana bisa manjat pager setinggi itu? Gue kan pake rok???” omel gue sambil mengejar dimas.
“Alah… alasan aja loe… Tadi manjat pohon jambu bisa! Masak pager aja nyerah sih? Cemen loe!” teriak dimas, seakan tak peduli sama gue yang bersusah payah berlari mengejarnya.

Ohya, kenalin gue Siska salah seorang siswi di SMA X di kota gue. Sebenarnya gue sama dimas udah deket sejak orok. (hehe)… Yups… keluarga gue sama keluarganya tinggal di satu komplek perumahan yang sama. Dan bersebelahan lagi, Cuma dibatesi oleh lorong kosong yang lebarnya sekitar 3 meter. Setiap malam gue selalu jailin dia dengan ngelempar benda benda ke kamarnya. Kebetulan kamar ku dan kamarnya berhadapan. Dimas orangnya cuwek sama orang. Tapi dia baik sama gue. 
(hehe) Selama ini kami gak pernah nyembunyiin satu rahasiapun diantara kami. Aku suka banget curhat sama dimas, yah… walau terkadang responnya gak baik! Mungkin dari sifat cuweknya tadi ya??? (Entahlah )
“Eh… dim, loe jangan gila ya!!! Gue gak bisa naik pager setinggi ini” ucap gue panic saat dimas mulai manjat diding belakan sekolah.
“Ya udah, loe tenang aja sis. Entar gue ambilin tangga di gudang. Tunggu bentar ya!” katanya lirih.
“ok ok ok, gue tunggu…” jawab gue agak tenang. “ohya,,, hati hati, biasanya pak umar suka kelayapan kalau pagi pagi begini.” Kata gue ngingetin dimas.
“sip dah….. tunggu ya neng siska” katanya dan lenyap di balik tembok itu.

Ya, itulah dimas! Orangnya penuh tanggung jawab dan selalu baik pada gue. Sekalipun dia gak pernah marah sama gue, sempet waktu itu gue jailin pacarnya di kafe. Ceritanya kita lagi double date. Hingga efeknya fatal banget! Sampai sampai ceweknya dimas minta putus dan cowok gue juga minta putus! Huuuf… segitunya banget. Padahal Cuma masalah sepele, minuman ceweknya dimas gue kasih cicak mainan! Yah… buat kejutan aja kata gue! Dan luar biasa banget kejutannya… berhasil buat aku dan dimas ngakak liat ekspresinya yang super lucu. Dan akhirnya setelah semua acara terbahak bahak itu selesai, jadi deh dimas di putusin! Dan gue juga di putusin loh!!! L
Yah, waktu itu dimas diem aja beberapa hari. Gak seceria biasanya. Gue jadi serba salah saat itu. Tapi untung dimas orangnya gak pendendaman. Dan semua di anggap angin berlalau… hehe :) Sebenernya gue jengkel banget sama tuh ceweknya dimas yang super duper dan sok higienis dalam semua hal. Week…. Gak banget deh! Berani kotor itu kan baik!!! Haha (korban iklan)…

“Eh… sis… aman aman. Nih tangganya….” Bisik dimas dari balik tembok.
“cepet loe naik dan taruh tangganya di sini!”
“oke… cepetan! Mumpung bu dian belum masuk kelas. Tadi gue liat semua guru pada masuk ke ruang rapat guru.”
Akhirnya hari itu gue dan dimas selamat juga sampai di kelas. Walaupun di awali dengan sport jantung dulu…
“Btw tadi pagi itu seru ya sis” obrol dimas ketika kita pulang sekolah.
“seru pala loe peang??? Deg deg kan tau! Apalagi kalau ketahuan sama pak umar yang kiler itu. Ohya… urusan jambunya pak anto kita eksekusi sore aja. Jangan pas mau berangkat sekolah.” Kata gue  seraya noyor pala dimas.
“Huuu… itu sih karena loenya aja yang penakut!… dasar cemen…..!” kata dimas membalas menoyor kepala gue sambil ngibrit kabur.
“Heeeeh…. Tungguin gue….” Teriak gue ngejar dimas. “Awas loe ya kalu ketangkep”.
Begitulah hari hari gue lewati sama sesosok makhluk yang bernama Dimas Aditya. Cowok unik yang pernak gue kenal. Anehnya gue tak sedikitpun merasa bosan dengan tingkah dimas yang terkadang konyol. Justru gue ngerasa sedih banget jika dimas bersikap gak seperti biasanya ke gue. Seperti waktu itu, saat kita di olok olokin pacaran sama temen temen. Dimas marah banget sama gue. Entah apa yang buat dia marah sama gue. Apa dia ngerasa malu kalu jalannya sama gue melu? Tapi dia masih ngajak gue jalan meski dia marah dan gak ngomong sama sekali. Dasar cowok aneh! Hingga ahirnya dia nemu pacar yang waktu itu aku kerjain. Sebenarnya kebersamaan aku sama dimas menumbukah virus sayang yang kian lama menyerang hati gue hingga bersetatus menjadi virus cinta. Entahlah bagaimana dengan hati dimas sama gue. Apa hatinya juga terserang virus yang sama??? Jujur gue banyak menangkap signal “itu” dari dimas. Tapi dia tak sekalipun mau jujur tentang perasaannya. Sudah banyak cara yang gue lakukan untuk memancing dimas buat ungkapin perasaanya, tapi ujung ujungnya dia hanya bilang “Udah dunk sis… kita sahabat!”…. dan pergi gitu aja! Apa persahabatan ini yang membelenggu cinta dimas buat gue???  bukankah sahabat bisa jadi cinta kata “Zigas”! Hampir tiap malem gue play lagu ini dan gue arahin audio nya ke kamar dimas. “Hey………. Bosen ah lagu ini mulu! Yang lain dung!” teriak dimas dari seberang!
“Biarin…. Music music gue! Sirik aje loe kerjanya……” balas teriak gue. Dan pasti dimas bales play music rock kesukaannya yang bikin kuping gue hamper pecah. Hingga semua berakhir dengan teriakan mamanya dari lantai bawah. “Dimas……………. Matiin musiknya……. Klau gak mama matiin listriknya nih!!!” hehe
J baru deh music pembuat kuping budek itu berhenti.
Waktu belalu begitu cepat gue rasa. Entah kenapa ahir ahir ini gue dan dimas berusaha untuk saling menjauh. Jujur gue gak tau apa alasan pastinya. Dimas pun begitu, ia seperti menghindar saat di sekolah dengan ikut ikutan nongkrong di ruang music atau main basket. Gue pun juga suka nongkrong sama temen temen karate gue saat jam istirahat tiba. Waktu di jalan saat pulang sekolah kita lebih banyak diem dan seperti gak pernah kenal sebelumnya. Kita gak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita.
“ohya… weekend kita keluar yuk!” ajaknya mengusir ke sepian saat kita jalan pulang.
“emang mau kemana?” Tanya gue ogah ogahan.
“Ya kemana aja dah! Pokoknya keluar! Kita kan udah lama gak keluar!” ucapnya lirih seakan enggan mengatakan kalimat yang terakhir.
“loe ngerasa ahir ahir ini gue aneh gak?” Tanya gue agak ragu.
“emmmh… gimana sama gue? Lebih aneh gak?” Tanya balik.
“iiih… loe itu, ditanya malah balik nanya! Emang ada apa ya sama kita ahir ahir ini? Napa loe suka nongkrong di ruang music?” Tanya gue sambil setop langkah kaki gue. Dan dimas ikut ikutan berhenti.
“loe juga kenapa suka nongkrong di ruang karate?” Tanya dimas.
“tuuuh kah…. Loe itu!!! Ditanya malah balik nanya!!! Huuuuh sebel” kata gue merajuk.
“sebenernya gue…. Gue….” Kata dimas terbata bata dan gue lihat tatapan serius dimatanya.
“loe kanapa?” kejar gue mulai penasaran.
“gue… gue…. Cuma cuuuummmma……” katanya lebih aneh.
“Cuma apa dim?” Tanya gue lebih penasaran.
“gue Cuma pengen cepet pulang, lapaaaaaaaaaaaar!!! hahaha…….. “ teriaknya dan ngibrit ninggalin gue.
“heyyyy… tunggu gue…. Awas loe ya…….!!!!” Teriak gue manggil dia.
Malampun beranjak menerjang sinar mentari. Gue masih bergulat sama pikiran tetang dimas tadi siang saat kita pulang sekolah. Apa ya sebenarnya yang mau dia katakana? Kayaknya dia mau bilang sesuatu yang serius sama gue. (ngarep)
Dering hape gue berbunyi…. “lenka_everythink at once” mengalun dengar merdunya.
“huuuuuf… sapa sih ganggu banget dah”… gerutu gue agak sedikit jengkel.
saat gue lihat layar hp ter pampang photo dimas dan nama Dimas Pret! Memanggil!!!
“ngapain nih anak sih! Biasanya juga teriak teriakan!” gue mengarah ke jendela kamar berharap dia juga ada di sana. Dan ternyata jendelanya masih tertutup rapat!
segera gue angkat! “hallo… ada apa dim?” Tanya gue duluan
“halo sis… lagi apa nih?” tanyanya.
hah??? Dia nanya lagi apa? Tumben banget!
“loe gak lagi sakit kan dim?” Tanya gue.
“ohya… besok kan weekend! Ke pantai yuk!” ajaknya gak perduliin pertanyaan gue. Hemmm… ada apa ini ya??? Sejenak ku bertanya dalam hati.
“tapi besok gue kan ada latihan karate. Loe kan juga ada latihan music?” Tanya gue agak gugup.
“bolos aja dah… gimana?” usulnya.
“eh… loe kenapa sih? Aneh banget! Buka dung jendelanya… gue ada di jendela nih.” Kata gue.
“ya udah… besok pake mobil mama gue aja ya! Jam Sembilan harus on time. See you! Mimpi indah ya!” balesnya dari sebrang sana. Dan “tuuuut….tuuuuut….” pustus!

Aneh banget nih dimas? Ada apa ya? Awas aja kalu besok dia ngerjain gue! Dan beribu pertanyaan lain muncul di kepala gue malam itu. Berputar hingga membawa gue ke alam mimpi. -_-
Pagipun datang dengan cepat… gue coba perlahan untuk buka mata. Ya ampun… udah jam delapan. Mampus… gue bisa di omelin sama dimas nih kalau sampai telat. Segera gue beranjak dari buaian kasur yang menggoda itu. Gue sempatkan ngelirik kamar dimas di sebrang sana. Jendelanya ke buka, Keliatannya dia gak ada di kamar deh! “Huuuh….  Pasti dia udah siap! Mandi mandi mandi.” ….

Pagi itu gue awali dengan serba cepat! Hehe

“ting tung_ting tung_ting tung…….” Bunyi bel rumah gue.
segera gue turun dan sempat gue lihat mama dan papa di ruang keluarga.
“eh… mau kemana kamu sis? Hari minggu nih? Kok bajunya kayak gitu? Mau bolos latihan?” beberapa pertanyaan mama yang sempat gue dengar.
“siska ada tugas lain ma! Bye….” Jawab gue singkat dan nyelonong gitu aja.
“gak sarapan dulu sayang???” teriak mama.
“di jalan aja ma!” balas teriak gue.
“hati hati sayang….” Suara masih sempat gue dengar saat gue buka pintu.
“ayuuuuk…. Cepetan… sebelum mama gak ngijinin!” ajak gue ke dimas yang mematung di depan pintu rumah gue.
“oh… ayo… let’s go!” katanya sedikit kaget.
Mobilpun melaju…. Dengan santai. Beberapa menit berlalu kami masih belum sempat ngobrol apapun. Situasi dan kondisinya sama saat kita jalan pas pulang sekolah. Kita seakan baru kenal saja!
“ohya.. tadi gue dengar loe belum sarapan ya?” tanya dimas.
“iya nih… bangunnya kesiangan!” jawab gue dengan polosnya.
“huh… loe tu ya… jadi cewek gitu amat!” kata dimas sambil ngelus pala gue.
Apa??? Ngelus kepala gue??? Apa maksudnya nih??? (ada perasaan seneng juga
)
“ya udah kita makan dulu ya!” ajaknya.
“terserah dah! Gue puasa juga gak papa!” jawab gue becanda.
Acara makan pun selesai. Dan perjalanan pun kita lanjutkan. Lumayan banget… jauhnya buat ke pantai. Butuh sekitar satu setengah jaman lagi. Di dalam mobil kita seakan bermain dengan pikiran kita masing masing. Roh gue seakan terbang entah kemana. Sempat ku lirik dimas yang sedang menyetir. Dan segera ku arahkan pandangan gue kearah lain saat dimas sadar gue liatin. “Eh… ngapain loe liat liat??? Gue keren ya???” tanyanya ke GR an.
huuuufff…. (malu banget -_- ketahuan)…. “Sapa juga yang liat muke loe yang mirip monyet itu.” Kata gue ngelak! “cie… ketahuan ni ye…. Yeee…. Pipinya pake merah segala! Malu ya ketahuan liat orang cakep!” kata dimas mulai keluar kocaknya. “orang cakep??? Orang utan yang ada!!!” kata gue sebel. Huuuuh…. Pake merah segala nih pipi! Kan ketahuan. -__- malu deh jadinya!!!
Akhirnya sampai juga di pantai yang luar biasa ini. “lama juga ya sis kita gak main kesini!” ucap dimas saat kita masuk. “panas banget dim… kita neduh di bale bale itu aja ya?” kata gue sambil nunjuk semacam rumah bamboo di pinggiran pantai. “ya udah yuk!!! Tapi gue beli kelapa muda dulu ya… entar gue nyusul!” katanya dan ngibrit lagi. Hemmh… dasar dimas si tukang ngibrit! gue pilih bale bale yang kosong yang paling ujung! Lumayan ada pohon kelapanya… jadi lebih teduh… gue arahin mata gue kearah pantai. Tampak beberapa orang sedang menikmat teriknya matahari sore. Dan beberapa orang dan anak anak kecil sedang asyik main di bibir pantai. Angin kencang menambah kenikmatan bersantai di pantai ini. Luar biasa… jadi pengen tidur aja bawaannya. Tapi kemana dimas ya??? Napa tuh anak belum datang?
“Woi…. Ngelamun aja neng!!! Awas kesambet loh!!!” tiba tiba dia ngagetin gue.
“lama banget sih! Haus nih… hampir pingsang nih gue karena dihedrasi!” kata gue sok marah.
“ya udah nih minum!!!” katanya.
“Seger banget ya air kelapa ini!” lanjutnya.
“ohya… entar main speedboat yu!” ajaknya di tengah nikmatnya es kelapa muda.
“ok sapa takut… tapi nunggu agak sorean ya!!!” masih panas nih….
“siplah lah….. ya udah kita santai dulu di sini!!!”
Terik mentaripun mulai agak redup… kita bergegas ganti banju dan menyewa speedboat yang udah di sediain oleh pengelola pantai. Kita hanya main main gak jauh dari bibir pantai tidah melewati tanda bahaya. Seru abis dah…
“eh… balapan yuk! Dari sini ke batas sana dan kembali lagi ke sini” ajak dimas belagu.
“taruhanya apa?” tanya gue.
“yang kalah harus neraktir makan teman teman satu kelas, gimana?”
iiisssh… belagu banget sih nih anak! Satu kelas! ???
“apa satu kelas???” tanya gue agak kaget!
“iya… kenapa??? Takut???” tantangnya…
“gak ada kata takut ya dalam kamus hidup “Siska”!” kata gue mulai agak jengkel padanya.
“oke… hitungan ke tiga go ya!!!” kata dimas
“oke…..”….. jawab gue.
“1…..2…..3………” teriaknya.
“gooooooooooooooooooo”…. Teriak gue sambil ngegas. Tampak dimas tertinggal di belakang. “huuuuuuuuu…… cemen banget loe mas!!!” teriak gue bangga saat sampai di tanda pembatas dan mulai berbalik. Dan anehnya gue gak liat dimas di atas speedboatnya yang terbalik! “Ya ampun… dimas jatuh!” segera gue ke arah speedboatnya dimas dan loncat buat nyari dimas. Masalahnya dia gak jago jago banget berenangnya! Tapi dianya gak ada! Ya ampun dimas…  waktu itu gue mulai panic dan akan nangis. Segera gue lapor sama penjaga pantai dan pencarianpun di lakukan. Gue hanya bisa menunggu di tepi pantai dengan harap harap cemas. Semua doa gue baca untuk keselamatan dimas. Beberapa menit berlalu dan akhirnya dimas di temukan. Keadaannya lemah banget, tak kuasa lagi gue menahan air mata ini. Saat dia di rebahin di pasir gue hanya bisa megangin tangannya. Salah satu penjaga pantai mulai menekan dada dimas dan tak ada reaksi apapun.
“dim… bangun dim… please!” kata gue tak mampu lagi menahan emosi.
“dimas… bangun dimas… jangan tinggalin gue sendiri. Dimas… dimas….” Gue goyang tubuh dimas tapi dia gak bergerak sama sekali. Air mata gue udah mengalir begitu banyak tapi dimas masih belum bergerak juga. Saat itu hanya satu ketakukan gue... tak pernah lagi melihat dimas hadir dalam hari hari gue. “Dimas… kenapa sih loe tega ninggalin gue. Dimas… jangan main main dung!” kata gue tak kuasa lagi menahan sedih. “pak gimana ini??? Kita bawa ke rumah sakit aja!!! Ayo cepet angkat!” kata gue pada penjaga pantai yang nolong dimas tadi dengan agak emosi karena sedari tadi dia hanya terlihat tenang tenang aja. Dan saat mau di angkat terdengan bunyi batuk.

“dimas! Syukurlah… gue gak bisa kalau harus kehilangan loe!” kata gue dan spontan meluk dia. Rasanya seperti mendapat ribuan kebahagian jika melihat orang yang kita sayang bisa tersenyum kembali.
“sis…” kata dia
“iya kenapa???” kata gue seraya ngelepas pelukan.
“sebenernya di sana (menunjuk arah pembatas pantai)…..”
dengan penasaran gue pun menoleh kesana dan ada beberapa speedboat mengarah ke bibir pantai. Terbentang di sana sebuah spanduk bertuliskan “I Really love you, siska” yang di pegang oleh dua orang di dua speedboat berbeda yang berjalan paling depan dan di ikuti beberapa speedboat lainya. Tampak orang orang di speedboat itu adalah semua teman teman sekelas gue. “Oh my god! Dimas! Kamu……………………….” Tak kuasa lagi gue nahan air mata ini dan dimas langsung meluk gue.
“maukah kau menjadi kekasih ku?” katanya di depan teman teman gue.
Gue gak kuasa untuk bilang tidak. “iya…… aku mau!” dimas pun loncat dan teriak “I Love You, Siska”…………………….
Sorak sorai teman teman mulai riuh!
“Gimana nih? Jadi kan dim traktirannya???” kata aldi teman gue.
“Oh…. Jadi ini semua telah loe rencanain dim???” kata gue dengan acting marah dan merajuk. “loe emang dasar ya!!!” lanjut gue!
“tapi kan udah jadian ya!!!” kata dimas meluk gue lagi.
tepuk tangan pun bertaburan… “cium cium cium……………” lanjut sorakan itu.
dimas pun nyium kening gue dengan slow motion.
Ya Tuhan… damai sekali ku rasa kecupan dimas di kening ku. Berharap ini semua bukan mimpi semata.

Dimas yang gue kenal sejak kecil sekarang udah jadi kekasih gue. Ternyata ia juga terserang virus virus yang memabukkan hati dan pikiran itu. Saat kita lagi menepi dari teman teman yang sedang menikmati ikan bakar, dimas ngajak gue ke tepian pantai.
“Lihat dah sun set itu… indah ya?” katanya tenang dan terlihat serius.
“aku ingin kita seperti sunset itu. Indah di pandang setiap mata yang melihatnya.” Lanjutnya.
“jujur sejak kita beranjak dewasa aku punya secuil rasa cinta untuk mu. Dan rasa itu kian lama kian membesar hingga buat aku hampir gila untuk menyembunyikannya.” Kata dimas serius. Gue hanya bisa mematung menetap wajahnya.
“ku harap ini yang terbaik buak kita.” Kata dimas dan mulai mengecup kembali keningku dengan slow motion seperti geraknya mentari ke peraduannya…



Sekian

Puisi ANDAI




Andai engkau embun di pagi hari
Ku takkan datang di siang hari
Karena ku tahu kau sudah pasti pergi
Andai kau fajar di ufuk timur
Ijinkan aku menatapmu walau sepintas
Ku ikhlaskan butiran rindu ini menguap bersama embun pagi yang kau sinari
Akan ku biarkan hari hari ku bertingkah semaunya
Asal ku dapat selalu ada untuk mu
Andai engkau senja di ufuk barat
Perbolehkan aku mengagumi keindahan mu
Andai engkau langit malam yang berhiaskan bulan dan bintang
Ku tak kan pernah menutup mata ku untuk memandang mu
Dan andai juga kau ribuan hujan yang siap turun
Ku bersedia tubuh ini kau basahi
Dan andai saja kau bentangan samudra luas
Ku rela menjadi karang yang setia temani mu
Andai saja kau tahu maksud hati ini
Sungguh ku sangat bahagia arungi hari hari ku untuk mu

Puisi Malam Kelabu

M A L A M     K E L A B U




Di malam sendu ku termenung

Di temani secangkir asa yang setia iringi ingatan yang menggantung
Rembulan menatap riang seakan tak mau ku bersedih
Kedipan hiasan bintang memberi isyarat kebahagiaan
Angin malam yang menderu mengajak ku tuk berlalu
Pergi dari kenangan pahit yang terasa begitu mengganggu
Terasa sendiri ku di sini tanpa hadir mu di sisi
Buat diri tak berarti tuk lanjutkan hidup ku lagi

Kasih,

dimana kah engkau berada
Taukahkah kau disini ku tersiksa
Kasih,

kembalilah segera
Sebab ku tak mungkin bertahan lebih lama tanpamu,

 cinta

Puisi Selamat Tinggal

Selamat Tinggal Masa Lalu
 



Ku ingin tenggelamkan kenangan ku bersama arus waktu yang berlalu
Ku ingin buang jauh mimpi buruk yang pernah hadir dalam hidup ku
Ku akan lahirkan hidup ku kembali tanpa lemah tanpa pilu
Ku akan tunjukkan pada semua bahwa aku adalah jiwa yang kuat tanpa diri mu
Selamat tinggal masa lalu dan jangan pernah kau panggil kembali diri ku
Karena aku tak kan mungkin kembali untuk tenggelam dalam lautan pedih mu
Selamat tinggal masa lalu pergilah jauh dari ku
Hapus lah semua cerita kita karena ku di sini telah melenyapkannya
Tinggal kan aku sendiri di sini

Aku mampu dan aku bisa tanpa mu....

Puisi KESUNGGUHAN HATI




Tiada keraguan dalam hati tuk ungkapkan rasa ini
Begitu besar keagungan Ilahi yang telah tunjukkan paras sang bidadari
Mata ini takut berbuat maksiat
Dan hati ku pun takut diselimuti nafsu
Lewat kesaksian para malaikat
Sungguh hati ini mencintai mu
Lewat senyum yang kau beri damai terasa dihati
Memberi semangat di sanubari tuk mengejar cinta sejati
Pesona mata tak bisa dibohongi
Perasaan di kalbu tak ada yang menandingi
Apakah engkau cinta sejati?
Tolong jawab dengan ketulusan hati...

Puisi ...Ingatlah Aku...

. . . Ingatlah Aku . . .














Di sini ku duduk sendiri
Termenung dalam ingatan dulu
Ku selami kenangan abadi
Kenangan kita yang telah lalu

Aku di sini selalu ingat itu
Aku di sini selalu untuk mu
Aku di sini sepi sendiri
Aku di sini bagai debu tak berarti

Dedu yang lemah tanpa cinta
Debu yang kotor tanpa kasih
Debu yang hina tanpa sayang
Ya itulah aku, debu tanpa mu

Ku di sini terhempas jauh
Jauh dari mata dan hati mu
Satu pinta ku pada mu
Tolong "Ingatlah Aku"...

Puisi INTUISIKU

"INTUISIKU"

 













Ku pandang langit hitam di sana
Begitu luas takjubkan mata
Begitu sempurna tanpa penyangga
Begitu besar keagungan Nya
Berjuta bintang tampak menyebar
Memberi warna pada malam
Ku ingin terbang jelajahi langit
Memetik satu bintang untuk mu
Merangkai rasi bintang yang bermaknakan aku cinta kamu
Dan menghapus semua awan hitam agar kau leluasa memandanginnya
Sayang, semua itu hanya hayal dalam mimpi
Haruskah ku ikuti intuisi ini?
Namun semua tak sejalan dengan logika
Entahlah, bagaimana bisa ku sejajarkan hati dan logika ini
Sungguh intuisi ini melawan rasional ku
Jujur, semua karena diri mu
Diri mu yang telah buat ku bermimpi
Mendatangkan intuisi yang buat diri ini tak terkendali
Sungguh ku tak mengerti lagi dengan apa yang ku lalui
Biarlah waktu menjawab apa yang aku cari

Puisi Nasehat Untuk Sahabat 2013




















Terbit mentari iringi langkah kaki
Nyanyian angin membawa sejuta inspirasi
Setiap perubahan hari adalah hari baru
Hanya jiwa kuatlah yang mengerti itu

Setiap masa yang terlewat pasti terekam di akhirat
Ingat! Tak ada lagi sahabat saat kita dalam sekarat
Tiada guna tobat kilat karena semua telah terlambat
Satu hal yang dapat kau buat "Bersegeralah tobat wahai sahabat"

Jangan pandang diri yang hina ini
Tapi lihatlah makna dari tulisan ini
Bukan ku sok mengajari
Ku hanya menjalankan tugas ku untuk memperingati

Bukankah kita saudara seagama
Bertugas mengingatkan sesama
Ingatlah sobat dunia ini semakin tua merana
Jangan kita usik lagi dengan hal yang tak berguna
Terima kasih atas kunjuang nya, semoga bermanfaat dan membawa kita menuju ridho Allah :)Salam Super... :)
 
Copyright 2009 Kumpulan Puisi dan Cerpen Terbaru All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes
Blogger Templates