RSS

Antara Ibu dan Masa Depan Ku



Rasa bimbang mengelayuti hati dan pikiran ku. Membunuh semangat yang selama ini berkobar di dada. Entah kepada siapa aku curahkan semua keluh dan kesah ini ? Selain pada Tuhan dan coretan-coretan kecil di lembaran-lembaran kertas usang yang ku miliki. Keadaan mengekang ku dalam tirani yang serba salah. Aku ibarat jalan simpang yang tak tahu harus kemana lagi aku melangkah dan ibarat si buta yang kehilangan tongkatnya. Bukan ku tak tahu kemana aku harus menentukan langkah ini. Tapi... di sana ada dua pilihan yang benar-benar membuat ku tak bisa memilih dan beranjak di tempat ku sekarang. Antara Ibu dan Masa Depan Ku :(

Aku ingin meraih masa depan ku di sana! Iya, di luar sana. Karena di sanalah aku memiliki tempat untuk meraihnya. Aku memiliki kesempatan disana. Aku memiliki semua yang bisa mengantarka aku pada mimpiku. Mimpi mimpi kecil yang sekarang telah menumpuk menjadi sebuah harapan besar untuk kehidupan ku selanjutnya. Kehidupan yang ku yakin akan lebih baik dari hari ini dan hari kemarin. Terlalu sombongkah diri ini ? Entahlah...

Disisi lain aku tak bisa meninggalkan ibu dan kedua adik ku di sini. Di tempat ini, tempat dimana selama ini aku telah melangsungkan kehidupan ku seutuhnya bersama malaikat terindah dalam hidup ku, yaitu ibu ku. Tiga tahun sudah aku lulus dari Sekolah Menengah Atas, berkat hasil kerja keras ibu seorang. Tiga tahun sudah aku menjadi tulang punggung keluarga. Tiga tahun sudah sejak aku melepaskan mimpiku untuk bisa kuliah telah berlalu. Tiga tahun sudah aku melepas kesempatan-kesempatan itu. Tiga tahun sudah aku bergelut dalam antara. Antara ibu dan kuliah. Dan selalu hati ku mengalah untuk memilih ibu yang mulai tua dan tak bisa bekerja.

Tapi detik ini, kesempatan itu hadir kembali. Seakan memanggil ku untuk menyentuhnya. Keraguan itu sejanak muncul dan menghasilkan perang batin yang selama ini telah ku lalui. Haruskah aku lanjutkan menyentuh kesempatan itu ? Atau aku diam saja di sini tanpa menghiraukannya ?

Lidah ku terasa keluh saat aku hendak utarakan maksud hati ku ini pada ibu. Karena aku tahu, jawaban yang akan keluar dari bibir manisnya " Terserah bagaimana baiknya kamu, ibu hanya bisa mendoakan mu ". Sebuah jawaban yang membuatku semakin berat melangkah dan tak mampu berkata-kata lagi. Entah jawaban apa yang aku inginkan... Tapi bukan itu, :(

Saat ini, detik ini, waktu dimana jari-jari ini menari berirama dengan apa yang ku rasa, hati ku masih merasa bimbang. Jujur, sejenak rasa untuk melawan kebimbangan ini dan pergi untuk mewujudkan mimpiku itu ada. Tapi, semua akan leyap tatkala aku melihat wajah ibu yang mulai tua dan renta. Di tambah lagi kedua adik ku yang belum tahu tentang arti hidup ini yang sebanarnya.

Empat tahun masa kuliah bukanlah waktu yang sebentar, darimana ibu dan adik ku akan melanjutkan kehidupan mereka nanti jika aku pergi ? Mungkin aku masih bisa bertahan dalam kelaparan dalam menuntut ilmu. Tapi bagaimana dengan mereka ?

Meskipun aku yakin di balik empat tahun itu ada sebuah kehidupan yang lebih baik menunggu ku, ibu, dan ke dua adik ku. Tapi,,, bisakah kita bertahan selama itu ???

Hanya doa-doa kecil yang bisa ku utarakan pada Tuhan sang pengatur segala kehidupan. Sebuah keridoan Nya dalam kehidupan keluarga ku yang sederhana ini...



Probolinggo, 26 Maret 2014
Rabu, 1:08 PM


Sulaiman Al Ghifari

Cerpen Terima Kasih Ibu, Kaulah Dibalik Sukses Ku

       


         Hidup adalah sebuah misteri yang tak sekalipun pernah kita tahu isinya. Hanya Dia, Allah lah yang maha Mengetahui. Hanya satu hal yang harus kita lakukan, bersyukur dan tetap berprasangka baik pada Allah. Perkenalkan, aku Ricky, pemuda lajang 27 tahun, asal kota kembang, alhamdulillah telah bekerja di salah satu perusahaan tambang terbesar di negeri ini. Kisah hidup yang ku lalui tak sedikitpun pernah terbesit dalam pikiran ku. Sejak kecil aku sudah di ajarkan untuk hidup sederhana dalam kecukupan. Ayahku seorang pengusaha properti yang bisa di bilang cukup sukses di wilayah jawa barat. Ibu ku adalah layaknya wanita muslimah yang bertugas membimbing putra dan putrinya. Bukan karena ibu tidak berpendidikan tinggi hingga ia hanya menjadi ibu rumah tangga, ibu ku adalah lulusan sarjana ekonomi terbaik dari kampusnya. Aku bersyukur lahir dari keluarga yang sangat menjunjung sebuah kehidupan yang agamis. Aku juga akan tetap bersyukur jikalau Allah mentakdirkan ku lahir dalam kehidupan yang lain. Karena aku tahu inilah hidup. Sejak kecil aku tidak pernah kekurangan kasih sayang dan perhatian dari ayah dan ibu ku. Karena aku adalah anak pertama yang sampai menjelang kelas 2 SMP baru mempunyai adik. Mungkin karena faktor jarak umur yang jauh inilah aku merasa tidak ada masalah mempunyai adik, kala itu aku berpikir, aku sudah terlalu besar untuk selalu mendapat perhatian ayah dan ibu. Adik pertam ku adalah laki-laki, namanya Dimas. Aku tidak pernah akrab dengan nya sejak kecil. Terlalu sibuk dengan sekolah, tak ada waktu untuk bermain dengan Dimas. Menjelang semester 6 di bangku kuliah, aku punya adik kedua, perempuan yang sangat cantik. Namanya Putri, iya... dia laksana putri kecil di keluarga ku. Keluarga yang sederhana dan indah ku rasa.

        Belum genap adik ku yang terakhir berumur setahun, takdir hidup berkata lain. Ayah, orang selama ini menjaga keluarga ini pergi untuk selamanya. Tiada kata yang mampu ku ucap di akhir hidupnya, kecuali maaf dan maaf. Tak kuasa kala itu aku membimbingnya menyebut Asma ALLAH. Air mataku tak mampu ku bendung. Putri seakan mengerti dengan suasan ini, ia juga menangis dalam gendongan ibu. Dimas yang kulihat juga meneskan air matanya dengan masih menggenggam erat tangan ayah. Yah... inilah hidup. Tiada yang tahu kemana kita akan di bawa oleh takdir NYA.

        Sejak kepergian ayah, baru ku rasa kerasnya hidup ini. Kuliah ku masih di ujung perjalanan. Dimas, adik ku juga masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Adik ku yang terakhir masih butuh kasih sayang dan perhatian yang lebih. Hanya Allah tempat ku meminta perlindungan dan kekuatan. Ibu dan aku mencoba melanjutkan usah ayah. Labih kurang setahun kita melanjutkan usaha ayah, bukan untung yang kita dapat. Tapi kerugian yang begitu sangat tidak wajar. Astagfirlahaladim... Ibu hanya bisa tersenyum dalam kegamangan rasanya. Semenjak ayah tidak ada, ibu selalu mencurahkan isi hati nya pada ku.
"Ibu bukanlah wanita yang kuat, ibu rapuh nak. hanya kamu dan adik-adik mulah yang mebuat ibu masih bertahan."
sebuah kalimat dengan mimik wajah yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Sebuah kalimat yang lahir dari dasar hati terdalamnya. Sebuah mimik wajah yang membuat ku merasa berat untuk melukai hati nya.

       Ku coba bekerja paruh waktu untuk mengimbangi usaha properti yang kini kian memburuk. Di semester akhir ini tidak ada banyak kegiatan di kampus. Hanya sesekali saja aku ke kampus untuk mendapat mentoring dan berkonsultasi dalam pembuatan tugas akhir ku nanti. Ibu masih dengan setia merajut usaha ayah yang kian memburuk, padahal kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun ada saja hal-hal yang tidak kita inginkan, mulai dari pengiriman barang yang entah di bawa kemana oleh kurir kita dan tak pernah sampai pada pembeli. Sampai pada banyak bahan baku yang hilang di gudang. Sungguh sebuah derita dalam derita kita rasa. Kenapa orang-orang yang sangat kita percaya, berbalik arah menghianati kita. Entahlah,,, inilah kehidupan.

        Terpaksa usaha properti ayah kita tutup. Ibu mencoba melamar kerja kemana-mana. Dan pagi itu alhamdulillah, ada panggilan kerja dari bank daerah yang ada di kota ku. Ibu sangat senang sekali. Tapi dia juga merasa berat meninggalkan adik ku, putri yang masih kecil. Aku sudah melarang ibu untuk bekerja. Tapi ibu tetap memaksa dan meminta ku fokus menyelesaikan tugas akhir ku.
"Tahun ini akan ada banyak pengeluaran. Kamu butuh biaya dalam kelulusan kamu nanti. Adik mu, dimas juga akan lulus dari SMA dan dia juga harus lanjut kuliah seperti mu. Ibu ikhlas dan kuat, jika kalian kuat." nasehat ibu dengan tetesan air matanya di pagi itu. Aku dan dimas hanya bisa tertunduk dalam kesedihan yang mendalam. Pagi ini ibu diantar dimas untuk inter view, aku bertugas menjaga putri di rumah.

        Ku rasa sangat tidak adil hidup ini. Tapi aku masih bersyukur tidak sampai seperti meraka yang ada di jalan-jalan dan sudut-sudut kota. Mereka yang meminta-minta dan sering kali menjadi sampah masyarakat.

        Aku sangat kasihan sekali pada adik ku Putri, yang belum tahu apa-apa tentang arti hidup, tapi sudah mengalami yang seperti ini. Dengan perjuangan keras dan suntikan semangat dari ibu, akhirnya aku lulus juga. Adik ku dimas juga telah di terima di salah satu perguruan tinggi negeri di luar kota. "Terima kasih untuk hadiah terindah ini..." ucap ibu dengan mengecup kening ku. "aku juga mau mengucapkan terima kasih pada mu ibu, dan maafkan aku yang masih menyusahkan mu." Aku juga tak kuasa menahan air mata ku yang tumpah ruah di hari itu. Aku juga sempat iri ketika melihat teman ku yang berfoto dengan keluarga yang lengkap. Tapi aku disini hanya punya ibu ku. Ku coba hilangkan perasaan itu. Aku tetap bangga memiliki ibu seperti ibu ku.

        Kesusahan sepertinya enggan beranjak dari kehidupan kami. Dua tahun berlalu, aku masih belum juga mendapat pekerjaan yang tetap. Surat lamaran pekerjaan telah beratus-ratus aku tulis dan aku kirim pada setiap perusahaan di seluruh penjuri negeri ini. Tak satu pun yang terpikat oleh surat lamaran ku yang ku tulis dengan ribuan harapan dan ratusan tetes air mata. Kini ibu mulai lemah, wajah nya mulai tampak lesu. Adik ku putri, juga sudah mulai masuk sekolah. Beberapa bulan lagi kontrak kerja ibu habis. Adik ku dimas, yang jauh di sana beberapa kali meminta tambahan uang kiriman.

        Aku hanya bisa menangis dalam kesunyian malam. Meminta jalan dan kekuatan pada NYA sang pemilik segala kehidupan. Dengan ketulusan hati yang mendalam aku berdoa dalam perih hati menghadapi kehidupan. "Ya Allah... beri hamba jalan, Ya Rahman... beri hamba kekuatan. Ya Rahim... ridoi setiap cita-cita hamba mu ini. Cita-cita sederhana untuk menjadi manusia yang lebih bermanfaat untuk keluarga hamba, untuk orang lain, untuk agama, dan untuk bangsa ini Ya ALLAH..."

        Bersyukur dan berprasangka baik pada NYA adalah kunci setiap masalah. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5) Dan aku percaya itu. Selang beberapa minggu berlalu, hp ku berdering. Sebuah salam ramah ku terima. Ternyata dari perusahaan tambang yang berada di pulau belitung. Meminta ku untuk bergabung di sana. Subhanallah...

       Dengan berat hati aku tinggalkan ibu dan adik ku, jujur selama ini aku tidak pernah jauh dari ibu. Tapi ibu tetap menguat kan hati kecil ku yang lemah. Doa dan semangatnya adalah amunisi bagi ku untuk bertempur melawan kenyataan hidup ini. Terima kasih ibu untuk semuanya...

Di Negeriku Dasi dan Jas Adalah Lambang Dari PENINDASAN

        Sebilah duri terasa menancap pada kaki-kaki mungil mereka, namun setiap saat langkah-langkah kecil itu menari-nari indah di salah satu sudut kota besar ini. Tanpa rasa malu, tangan-tangan itu menengadah, ada yang menjual, ada juga yang merampas. Mereka bukan tak tahu apa-apa. Tapi apa peduli mereka untuk tahu apa-apa? Mereka hanya tahu perut yang kosong perlu di isi dengan makan. Tubuh yang lemah dengan tidur. Tidak jauh dari itu. Bukan, bukan salah mereka begitu. Mereka bukan tak punya pemikiran tentang masa depan. Masa depan??? Masa depan itu, "besok apa yang bisa dimakan?" Pemikiran tentang cita-cita bukan tak pernah hinggap pada otak mereka. Tapi sekejap ia menguap bersama pikiran "bagaimana aku bisa makan hari ini?"

        Wahai kau yang disana! iya kamu! yang berdasi dan duduk santai di kursi. Tidak kah ada sedetik dalam hari mu untuk memikirkan bocah-bocah malang ini ? Bukankah mereka amanah yang dulu sempat kau minta? Iya kamu yang minta! Aku ingatkan! Kau meminta untuk bisa duduk di kursi yang menuh dengan debu itu, kau minta kami untuk mengangkatmu untuk bisa menempati kursi busuk itu. Tidak ingat kah kamu ? Tidak hanya janji yang melambungkan hati kami yang kau lontarkan. Tapi kau beri kami harapan-harapan "kentut" yang hanya menyisakan bau busuk pada kehidupan kami. Bercampur dengan udara kotor penuh kenaifan yang kau hembuskan, yang membuat kami sesak dan tak berdaya.

        Ternyata janjimu tak lebih dari "kentut". Menggegerkan orang yang mendengar bunyi kerasnya. Memabukkan orang yang menghirup aromanya. Inikah tujuan mu yang sebenarnya, wahai kau yang berdasi ?Tujuan hanya untuk kesenangan mu semata ? Disini kami terbelenggu dalam terali takdir yang menyiksa. Terkekang nasib yang menyesakkan dada. Tolong, tolonglah kami yang lemah ini. Sudah cukup janjimu tak kau tepati, itu sudah cukup membuat kami kecewa level 8 pada mu. Jangan kau berulah lagi dengan menggeruk kekayaan negeri ini hanya untuk menggembungkan perutmu semata. Banggakah kau lakukan itu ? Kau hisap negeri ini sesuka hati mu, tanpa kau pikirkan rakyat kecil seperti kami ?

        Kau lukai hati kami dengan tampil di TV sebagai seorang koruptor. Tak ku lihat raut penyesalan dari wajah mu. Hanya senyum naif yang kau lontarkan. Sungguh... pengecut diri mu! Dimana hati nurani mu ? Masihkah kau merasa benar ? Yang kami tahu, kau laksana ulat dalam daging. Memakan daging negeri sendiri untuk kepuasan mu, tanpa sedikitpun kamu pikirkan akibatnya. Kamu memang manusia biasa. Kita juga manusia biasa. Hanya kata maaf, pengakuan dan rasa bersalah yang ingin kami dengar dari mu wahai koruptor. Tapi mana itu? Kau malah tersenyum girang di depan kamera wartawan.

        Kami hanya rakyat kecil yang selalu menjadi korban-korban penguasa. Kami tidak menuntut banyak dari mu wahai "Penguasa", kami hanya minta jujurlah dalam membangun negeri ini. Amanahlah dalam duduk di kursi panas itu. Ingatlah kami yang lemah ini. Kami sudah terlalu lemah untuk kau permainkan. Cukup, cukup tidak kau lakukan "KORUPSI". Kami sudah bangga pada mu. Tapi apa kenyataannya saat ini, hidupmu hanya sebatas materi duniawi, tak pernah kau ingin tau tentang kehidupan kami di dasar ini, di negeriku dasi dan jas adalah lambang dari PENINDASAN.

@SulaimanAlghif
Terima kasih atas kunjuang nya, semoga bermanfaat dan membawa kita menuju ridho Allah :)Salam Super... :)
 
Copyright 2009 Kumpulan Puisi dan Cerpen Terbaru All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes
Blogger Templates