RSS

Antara Ibu dan Masa Depan Ku



Rasa bimbang mengelayuti hati dan pikiran ku. Membunuh semangat yang selama ini berkobar di dada. Entah kepada siapa aku curahkan semua keluh dan kesah ini ? Selain pada Tuhan dan coretan-coretan kecil di lembaran-lembaran kertas usang yang ku miliki. Keadaan mengekang ku dalam tirani yang serba salah. Aku ibarat jalan simpang yang tak tahu harus kemana lagi aku melangkah dan ibarat si buta yang kehilangan tongkatnya. Bukan ku tak tahu kemana aku harus menentukan langkah ini. Tapi... di sana ada dua pilihan yang benar-benar membuat ku tak bisa memilih dan beranjak di tempat ku sekarang. Antara Ibu dan Masa Depan Ku :(

Aku ingin meraih masa depan ku di sana! Iya, di luar sana. Karena di sanalah aku memiliki tempat untuk meraihnya. Aku memiliki kesempatan disana. Aku memiliki semua yang bisa mengantarka aku pada mimpiku. Mimpi mimpi kecil yang sekarang telah menumpuk menjadi sebuah harapan besar untuk kehidupan ku selanjutnya. Kehidupan yang ku yakin akan lebih baik dari hari ini dan hari kemarin. Terlalu sombongkah diri ini ? Entahlah...

Disisi lain aku tak bisa meninggalkan ibu dan kedua adik ku di sini. Di tempat ini, tempat dimana selama ini aku telah melangsungkan kehidupan ku seutuhnya bersama malaikat terindah dalam hidup ku, yaitu ibu ku. Tiga tahun sudah aku lulus dari Sekolah Menengah Atas, berkat hasil kerja keras ibu seorang. Tiga tahun sudah aku menjadi tulang punggung keluarga. Tiga tahun sudah sejak aku melepaskan mimpiku untuk bisa kuliah telah berlalu. Tiga tahun sudah aku melepas kesempatan-kesempatan itu. Tiga tahun sudah aku bergelut dalam antara. Antara ibu dan kuliah. Dan selalu hati ku mengalah untuk memilih ibu yang mulai tua dan tak bisa bekerja.

Tapi detik ini, kesempatan itu hadir kembali. Seakan memanggil ku untuk menyentuhnya. Keraguan itu sejanak muncul dan menghasilkan perang batin yang selama ini telah ku lalui. Haruskah aku lanjutkan menyentuh kesempatan itu ? Atau aku diam saja di sini tanpa menghiraukannya ?

Lidah ku terasa keluh saat aku hendak utarakan maksud hati ku ini pada ibu. Karena aku tahu, jawaban yang akan keluar dari bibir manisnya " Terserah bagaimana baiknya kamu, ibu hanya bisa mendoakan mu ". Sebuah jawaban yang membuatku semakin berat melangkah dan tak mampu berkata-kata lagi. Entah jawaban apa yang aku inginkan... Tapi bukan itu, :(

Saat ini, detik ini, waktu dimana jari-jari ini menari berirama dengan apa yang ku rasa, hati ku masih merasa bimbang. Jujur, sejenak rasa untuk melawan kebimbangan ini dan pergi untuk mewujudkan mimpiku itu ada. Tapi, semua akan leyap tatkala aku melihat wajah ibu yang mulai tua dan renta. Di tambah lagi kedua adik ku yang belum tahu tentang arti hidup ini yang sebanarnya.

Empat tahun masa kuliah bukanlah waktu yang sebentar, darimana ibu dan adik ku akan melanjutkan kehidupan mereka nanti jika aku pergi ? Mungkin aku masih bisa bertahan dalam kelaparan dalam menuntut ilmu. Tapi bagaimana dengan mereka ?

Meskipun aku yakin di balik empat tahun itu ada sebuah kehidupan yang lebih baik menunggu ku, ibu, dan ke dua adik ku. Tapi,,, bisakah kita bertahan selama itu ???

Hanya doa-doa kecil yang bisa ku utarakan pada Tuhan sang pengatur segala kehidupan. Sebuah keridoan Nya dalam kehidupan keluarga ku yang sederhana ini...



Probolinggo, 26 Maret 2014
Rabu, 1:08 PM


Sulaiman Al Ghifari

Cerpen Terima Kasih Ibu, Kaulah Dibalik Sukses Ku

       


         Hidup adalah sebuah misteri yang tak sekalipun pernah kita tahu isinya. Hanya Dia, Allah lah yang maha Mengetahui. Hanya satu hal yang harus kita lakukan, bersyukur dan tetap berprasangka baik pada Allah. Perkenalkan, aku Ricky, pemuda lajang 27 tahun, asal kota kembang, alhamdulillah telah bekerja di salah satu perusahaan tambang terbesar di negeri ini. Kisah hidup yang ku lalui tak sedikitpun pernah terbesit dalam pikiran ku. Sejak kecil aku sudah di ajarkan untuk hidup sederhana dalam kecukupan. Ayahku seorang pengusaha properti yang bisa di bilang cukup sukses di wilayah jawa barat. Ibu ku adalah layaknya wanita muslimah yang bertugas membimbing putra dan putrinya. Bukan karena ibu tidak berpendidikan tinggi hingga ia hanya menjadi ibu rumah tangga, ibu ku adalah lulusan sarjana ekonomi terbaik dari kampusnya. Aku bersyukur lahir dari keluarga yang sangat menjunjung sebuah kehidupan yang agamis. Aku juga akan tetap bersyukur jikalau Allah mentakdirkan ku lahir dalam kehidupan yang lain. Karena aku tahu inilah hidup. Sejak kecil aku tidak pernah kekurangan kasih sayang dan perhatian dari ayah dan ibu ku. Karena aku adalah anak pertama yang sampai menjelang kelas 2 SMP baru mempunyai adik. Mungkin karena faktor jarak umur yang jauh inilah aku merasa tidak ada masalah mempunyai adik, kala itu aku berpikir, aku sudah terlalu besar untuk selalu mendapat perhatian ayah dan ibu. Adik pertam ku adalah laki-laki, namanya Dimas. Aku tidak pernah akrab dengan nya sejak kecil. Terlalu sibuk dengan sekolah, tak ada waktu untuk bermain dengan Dimas. Menjelang semester 6 di bangku kuliah, aku punya adik kedua, perempuan yang sangat cantik. Namanya Putri, iya... dia laksana putri kecil di keluarga ku. Keluarga yang sederhana dan indah ku rasa.

        Belum genap adik ku yang terakhir berumur setahun, takdir hidup berkata lain. Ayah, orang selama ini menjaga keluarga ini pergi untuk selamanya. Tiada kata yang mampu ku ucap di akhir hidupnya, kecuali maaf dan maaf. Tak kuasa kala itu aku membimbingnya menyebut Asma ALLAH. Air mataku tak mampu ku bendung. Putri seakan mengerti dengan suasan ini, ia juga menangis dalam gendongan ibu. Dimas yang kulihat juga meneskan air matanya dengan masih menggenggam erat tangan ayah. Yah... inilah hidup. Tiada yang tahu kemana kita akan di bawa oleh takdir NYA.

        Sejak kepergian ayah, baru ku rasa kerasnya hidup ini. Kuliah ku masih di ujung perjalanan. Dimas, adik ku juga masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Adik ku yang terakhir masih butuh kasih sayang dan perhatian yang lebih. Hanya Allah tempat ku meminta perlindungan dan kekuatan. Ibu dan aku mencoba melanjutkan usah ayah. Labih kurang setahun kita melanjutkan usaha ayah, bukan untung yang kita dapat. Tapi kerugian yang begitu sangat tidak wajar. Astagfirlahaladim... Ibu hanya bisa tersenyum dalam kegamangan rasanya. Semenjak ayah tidak ada, ibu selalu mencurahkan isi hati nya pada ku.
"Ibu bukanlah wanita yang kuat, ibu rapuh nak. hanya kamu dan adik-adik mulah yang mebuat ibu masih bertahan."
sebuah kalimat dengan mimik wajah yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Sebuah kalimat yang lahir dari dasar hati terdalamnya. Sebuah mimik wajah yang membuat ku merasa berat untuk melukai hati nya.

       Ku coba bekerja paruh waktu untuk mengimbangi usaha properti yang kini kian memburuk. Di semester akhir ini tidak ada banyak kegiatan di kampus. Hanya sesekali saja aku ke kampus untuk mendapat mentoring dan berkonsultasi dalam pembuatan tugas akhir ku nanti. Ibu masih dengan setia merajut usaha ayah yang kian memburuk, padahal kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun ada saja hal-hal yang tidak kita inginkan, mulai dari pengiriman barang yang entah di bawa kemana oleh kurir kita dan tak pernah sampai pada pembeli. Sampai pada banyak bahan baku yang hilang di gudang. Sungguh sebuah derita dalam derita kita rasa. Kenapa orang-orang yang sangat kita percaya, berbalik arah menghianati kita. Entahlah,,, inilah kehidupan.

        Terpaksa usaha properti ayah kita tutup. Ibu mencoba melamar kerja kemana-mana. Dan pagi itu alhamdulillah, ada panggilan kerja dari bank daerah yang ada di kota ku. Ibu sangat senang sekali. Tapi dia juga merasa berat meninggalkan adik ku, putri yang masih kecil. Aku sudah melarang ibu untuk bekerja. Tapi ibu tetap memaksa dan meminta ku fokus menyelesaikan tugas akhir ku.
"Tahun ini akan ada banyak pengeluaran. Kamu butuh biaya dalam kelulusan kamu nanti. Adik mu, dimas juga akan lulus dari SMA dan dia juga harus lanjut kuliah seperti mu. Ibu ikhlas dan kuat, jika kalian kuat." nasehat ibu dengan tetesan air matanya di pagi itu. Aku dan dimas hanya bisa tertunduk dalam kesedihan yang mendalam. Pagi ini ibu diantar dimas untuk inter view, aku bertugas menjaga putri di rumah.

        Ku rasa sangat tidak adil hidup ini. Tapi aku masih bersyukur tidak sampai seperti meraka yang ada di jalan-jalan dan sudut-sudut kota. Mereka yang meminta-minta dan sering kali menjadi sampah masyarakat.

        Aku sangat kasihan sekali pada adik ku Putri, yang belum tahu apa-apa tentang arti hidup, tapi sudah mengalami yang seperti ini. Dengan perjuangan keras dan suntikan semangat dari ibu, akhirnya aku lulus juga. Adik ku dimas juga telah di terima di salah satu perguruan tinggi negeri di luar kota. "Terima kasih untuk hadiah terindah ini..." ucap ibu dengan mengecup kening ku. "aku juga mau mengucapkan terima kasih pada mu ibu, dan maafkan aku yang masih menyusahkan mu." Aku juga tak kuasa menahan air mata ku yang tumpah ruah di hari itu. Aku juga sempat iri ketika melihat teman ku yang berfoto dengan keluarga yang lengkap. Tapi aku disini hanya punya ibu ku. Ku coba hilangkan perasaan itu. Aku tetap bangga memiliki ibu seperti ibu ku.

        Kesusahan sepertinya enggan beranjak dari kehidupan kami. Dua tahun berlalu, aku masih belum juga mendapat pekerjaan yang tetap. Surat lamaran pekerjaan telah beratus-ratus aku tulis dan aku kirim pada setiap perusahaan di seluruh penjuri negeri ini. Tak satu pun yang terpikat oleh surat lamaran ku yang ku tulis dengan ribuan harapan dan ratusan tetes air mata. Kini ibu mulai lemah, wajah nya mulai tampak lesu. Adik ku putri, juga sudah mulai masuk sekolah. Beberapa bulan lagi kontrak kerja ibu habis. Adik ku dimas, yang jauh di sana beberapa kali meminta tambahan uang kiriman.

        Aku hanya bisa menangis dalam kesunyian malam. Meminta jalan dan kekuatan pada NYA sang pemilik segala kehidupan. Dengan ketulusan hati yang mendalam aku berdoa dalam perih hati menghadapi kehidupan. "Ya Allah... beri hamba jalan, Ya Rahman... beri hamba kekuatan. Ya Rahim... ridoi setiap cita-cita hamba mu ini. Cita-cita sederhana untuk menjadi manusia yang lebih bermanfaat untuk keluarga hamba, untuk orang lain, untuk agama, dan untuk bangsa ini Ya ALLAH..."

        Bersyukur dan berprasangka baik pada NYA adalah kunci setiap masalah. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5) Dan aku percaya itu. Selang beberapa minggu berlalu, hp ku berdering. Sebuah salam ramah ku terima. Ternyata dari perusahaan tambang yang berada di pulau belitung. Meminta ku untuk bergabung di sana. Subhanallah...

       Dengan berat hati aku tinggalkan ibu dan adik ku, jujur selama ini aku tidak pernah jauh dari ibu. Tapi ibu tetap menguat kan hati kecil ku yang lemah. Doa dan semangatnya adalah amunisi bagi ku untuk bertempur melawan kenyataan hidup ini. Terima kasih ibu untuk semuanya...

Di Negeriku Dasi dan Jas Adalah Lambang Dari PENINDASAN

        Sebilah duri terasa menancap pada kaki-kaki mungil mereka, namun setiap saat langkah-langkah kecil itu menari-nari indah di salah satu sudut kota besar ini. Tanpa rasa malu, tangan-tangan itu menengadah, ada yang menjual, ada juga yang merampas. Mereka bukan tak tahu apa-apa. Tapi apa peduli mereka untuk tahu apa-apa? Mereka hanya tahu perut yang kosong perlu di isi dengan makan. Tubuh yang lemah dengan tidur. Tidak jauh dari itu. Bukan, bukan salah mereka begitu. Mereka bukan tak punya pemikiran tentang masa depan. Masa depan??? Masa depan itu, "besok apa yang bisa dimakan?" Pemikiran tentang cita-cita bukan tak pernah hinggap pada otak mereka. Tapi sekejap ia menguap bersama pikiran "bagaimana aku bisa makan hari ini?"

        Wahai kau yang disana! iya kamu! yang berdasi dan duduk santai di kursi. Tidak kah ada sedetik dalam hari mu untuk memikirkan bocah-bocah malang ini ? Bukankah mereka amanah yang dulu sempat kau minta? Iya kamu yang minta! Aku ingatkan! Kau meminta untuk bisa duduk di kursi yang menuh dengan debu itu, kau minta kami untuk mengangkatmu untuk bisa menempati kursi busuk itu. Tidak ingat kah kamu ? Tidak hanya janji yang melambungkan hati kami yang kau lontarkan. Tapi kau beri kami harapan-harapan "kentut" yang hanya menyisakan bau busuk pada kehidupan kami. Bercampur dengan udara kotor penuh kenaifan yang kau hembuskan, yang membuat kami sesak dan tak berdaya.

        Ternyata janjimu tak lebih dari "kentut". Menggegerkan orang yang mendengar bunyi kerasnya. Memabukkan orang yang menghirup aromanya. Inikah tujuan mu yang sebenarnya, wahai kau yang berdasi ?Tujuan hanya untuk kesenangan mu semata ? Disini kami terbelenggu dalam terali takdir yang menyiksa. Terkekang nasib yang menyesakkan dada. Tolong, tolonglah kami yang lemah ini. Sudah cukup janjimu tak kau tepati, itu sudah cukup membuat kami kecewa level 8 pada mu. Jangan kau berulah lagi dengan menggeruk kekayaan negeri ini hanya untuk menggembungkan perutmu semata. Banggakah kau lakukan itu ? Kau hisap negeri ini sesuka hati mu, tanpa kau pikirkan rakyat kecil seperti kami ?

        Kau lukai hati kami dengan tampil di TV sebagai seorang koruptor. Tak ku lihat raut penyesalan dari wajah mu. Hanya senyum naif yang kau lontarkan. Sungguh... pengecut diri mu! Dimana hati nurani mu ? Masihkah kau merasa benar ? Yang kami tahu, kau laksana ulat dalam daging. Memakan daging negeri sendiri untuk kepuasan mu, tanpa sedikitpun kamu pikirkan akibatnya. Kamu memang manusia biasa. Kita juga manusia biasa. Hanya kata maaf, pengakuan dan rasa bersalah yang ingin kami dengar dari mu wahai koruptor. Tapi mana itu? Kau malah tersenyum girang di depan kamera wartawan.

        Kami hanya rakyat kecil yang selalu menjadi korban-korban penguasa. Kami tidak menuntut banyak dari mu wahai "Penguasa", kami hanya minta jujurlah dalam membangun negeri ini. Amanahlah dalam duduk di kursi panas itu. Ingatlah kami yang lemah ini. Kami sudah terlalu lemah untuk kau permainkan. Cukup, cukup tidak kau lakukan "KORUPSI". Kami sudah bangga pada mu. Tapi apa kenyataannya saat ini, hidupmu hanya sebatas materi duniawi, tak pernah kau ingin tau tentang kehidupan kami di dasar ini, di negeriku dasi dan jas adalah lambang dari PENINDASAN.

@SulaimanAlghif

Puisi untuk Ibu Tercinta

" I B U "




Tiada sutera yang begitu lembut seperti belaianmu ibu

Tiada Tempat yang paling nyaman selain pangkuanmu ibu

Tiada bunga yang lebih cantik selain senyummu ibu

Tak ada jalan yang begitu berbunga-bunga seperti yang dicetak dengan langkah kakimu ibu

Tiada wajah yang sangat ingin ku lihat laksana wajahmu ibu

Tiada senyum yang ingin ku dapat seperti senyum indahmu ibu

Tiada kata yang ingin ku dengar kecuali nasehat kebaikanmu ibu

Tiada raga yang ku rindu untuk ku peluk selain dirimu ibu

Kau adalah alasan kenapa aku ada

Kau adalah malaikat untuk ku di dunia

Kau adalah segalanya untuk ku

Tiada kata yang mampu ku ucap kecuali satu untuk mu

"I Love You"

:)

Puisi 2014

" ReSaH "

 












langkah kaki ku telah sampai pada titik akhir
dimana ku tak mampu lagi mengerjar mu
yang terus berlari dan berlari
mengacuh kan diri ku di sini

lelah ku telah menumpuk pada jiwa dan raga
memberatkan hati ku untuk mencinta mu
bukan, bukan aku tak sungguh
tapi kamu yang membuatnya lemah

cukup, cukup sudah
jangan kau tengok aku lagi
teruslah berlari hingga merasa lelah
jauh dari ku dan cinta ku

biar, biarlah sudah
cinta ini ku simpan sendiri
iya, hanya aku sendiri
disini bersama luka hati ini

maaf, maafkan aku
membuat mu berlari sejauh ini
bukan, bukan maksud hati ku begitu
tapi apalah arti ini semua bagi mu

Cerpen Terbaru 2014

"Apa yang Salah dengan Janda ?"

 

Sejurus rasa itu menerpa hati yang telah lama hampa tanpa isi. Dia, dengan jilbab panjang mengulur, dengan busana kurung yang anggun, dan dengan tingkah laku yang santun. Iya, dia, yang telah menggugurkan berjuta nama yang pernah singgah di dada ini. Mengubah rasa kagum untuk mereka yang sempat singgah di hati ku. Senyumnya laksana ribuan petir yang hanya bisa membuat ku terpaku dalam keriuhan. Suara lembutnya ibarat deburan ombak yang berderu merdu. Siapakah gerangan dia? Tak sedikitpun aku tahu tentangnya, namun pertemuan di depan masjid itu adalah awal ku untuk mencari tahu tentangnya.

Udara dingin menyelimuti kota Seoul yang tak pernah tidur ini, usai solat ashar dan pengajian tadi aku segera keluar dari Seoul Central Masjid, aku tak ingin melewatkan sedikit waktu untuk melihatnya. Segera ku susuri tangga masjid dan berpura-pura memasang sepatu dengan slow motionts tentunya. Hanya untuk melihatnya kembali, inikah cinta ? Entahlah...

Perkenalkan nama saya Kim Chin-Sun Ismail, nama Ismail saya dapat setelah saya menjadi Muslim 2 tahun lalu. Tapi saya tidak akan membahas tentang saya sendiri. Tapi tentang dia! iya dia... :) Aku baru beberapa kali ini melihatnya di sini, ku kira ia baru saja pindah kesini. Entah dari mana, aku tidak tahu. Sepertinya orang Melayu, terlihat dari beberapa temannya, ada beberapa yang aku kenal. Wajahnya tidak hanya cantik, tapi bersinar ku lihat. Entah ini efek cinta atau apa, aku tak peduli.

Kebetulan waktu itu kulihat Fatimah bersamannya, Fatimah mahasiswi ku asal Indonesia yang baru semester dua. Dia tampak akrab dengan nya, "wah... bisa nih, fatimah mengenalkan aku padanya." pikir ku senang. Hari itu aku hanya bisa puas dengan melihatnya dari kejauhan. Aku masih bingung, ada apa sebenarnya dengan diri ku ini?

Esok harinya ku beranikan untuk memanggil Fatimah ke ruangan ku. Aku sudah tidak tahan lagi menganbaikan perasaan ini. Setiap detik otak dan hati ku berkecamuk untuk ingin tahu tentang dia. Tampak Fatimah datang dengan Eun-Kyung, iya aku mengerti, tidak baik laki-laki dan perempuan bukan muhrim berdua dalam satu ruang. Begitulah islam mengajarkan muslim dalam kehidupan, dan itu sangat membuat ku lebih mencintai islam ku. Dengan tanpa berbasi-basi ku persilahkan mereka masuk, dengan malu-malu, aku bingung ingin memulai dari mana pembicaraan ini. Dan setelah beberapa saat berlalu, ku coba menenangkan diri ku. Menarik nafas dan menghembuskannya dengan perlahan. Ku lihat Fatimah dan Eun-Kyung hanya saling menoleh, mengisaratkan ketidak mengertian mereka dengan tingkah ku yang terlihat aneh ini. Dengan "bismillah..." ku coba mengeluarkan kata.

"terimakasih, fatimah kau mau kesini, maaf sebelumnya jika aku mengganggu waktu mu", ucapku memecah kesunyian dalan ruangan ini.
"maaf, ada keperluan apa abeoji (bapak) memanggil saya ke sini?" tanya fatimah.
"tenang, ini bukan tentang kuliah kamu. tapi......", aku sedikit ragu + malu melanjutkan kata-kata ku.
"tapi apa pak?" kejar fatimah.
Ku mulai tersenyum kebingungan. Mungkin wajah ku sudah tampak kemerahan menahan malu, sepertinya demikian. Tampak mereka berdua di depan ku senyum-senyum seakan mengerti apa yang ku rasakan.
"begini fatimah,,, beberapa hari belakangan ini aku merasa ada yang mengganggu ku....."
"siapa yang berani mengganggu abeoji ismail?" selidik fatimah penasaran.
"Bukan mengganggu dalam artian yang negatif kok," jawabku dengan malu. " tapi mengganggu dalam artian yang baik." lanjut ku.
tampak mereka tidak mengerti maksud ku. masih tersirat tanda tanya di wajah mereka.
"beberapa hari ini, aku melihat dia, wanita itu di masjid. aku ingin mengenalnya." jelasku tanpa ragu.
"siapa dia pak?" tanya fatimah.
"dia yang kemarin sore bersama mu saat keluar dari masjid",
Sekarang, fatimah dan eun-kyung mulai mengerti maksud ku.Maksud tingkah ku yang aneh dan cara bicara ku yang membingungkan.
"Dia, namanya Zahra, asal Indonesia. Disini dia bekerja sebagai perwakilan dari kantornya yang bercabang di sini pak. Bapak suka dia ya?" jelas fatimah dan mulai menggodaku.
Sedikit berkurang penasaran ku setelah mendengar penjelasan Fatimah. Tapi masih belum sepenuhnya, jika aku belum mengenalnya langsung.
"bisa kamu mengenalkan ku padanya?"
"bisa,,, insya allah pak" :)

Sungguh senang rasa hati ini, apa ini yang dinamakan ” 첫 눈에 사랑에 빠지다 ( cheot nune sarange ppajida )  jatuh cinta pada pandangan pertama ”,,, sepertinya benar. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama ini. Semoga ini menjadi yang terbaik untuk mencari ridho mu ya Allah.

Selang beberapa hari fatimah menelpon ku, "Asalamualaikum... abeoji (bapak)  ismail"
"waalaikum salam fatimah, museun yaegi jyo (ada apa ku menelpon aku) ?"
"saya sedang berada di cat cafe bersama tante zahra, bisakah bapak kesini?"
"benarkah?" tanyaku tak percaya.
"iya,... pak", jawab fatimah dengan tawa.
"oke-oke... 5 menit lagi saya di sana. gamsahabnida.... asalamualaikum fatimah"
klik....

Ku rapikan wajah dan rambut ku, memakai jaket dan segera turun dari apartemenku di lantai 8.
Dag dig der.... jantung ku berdetak lebih kencang dari biasanya. Ku susuri jalanan dengan rasa yang campur aduk. Salju mulai turun sore ini. Ku cepatkan langkah ku, cafe cat hanya berjarak 300 meter dari tempat ku.
Aku agak malu untuk masuk, namun di sana. Dari dalam sana fatimah telah melihat ku, melambaikan tangan nya, menyuruh ku untuk masuk. Aku hanya bisa tersenyum dan mengangkat jempolku, memberi isarat oke padanya.

Ku hampiri meja mereka, "asalamualaikum" ucap ku masih dengan dada yang ber dag dig dug.
"wa'alaikumsalam..." jawab mereka kompak.
"Subhanallah... dia... iya dia.... aleumdabgo bichnaneun eolgul (cantik dan bersinar wajahnya)..." kata ku dalam hati.
"silahkan duduk pak, jangan bediri aja." suruh fatimah meledakkan kekagumanku pada dia! iya dia... :)
"gamsahabnida..." segera aku duduk. Sepertinya mereka telah lama di sini, ku lihat minuman mereka telah hampir habis.
"ohya tante, ini Bapak Kim Chin-Sun Ismail.
Bapak Kim Chin-Sun Ismail, ini tante Zahra." fatimah mengenalkan ku.
"zahra..." ucapnya lirih dan merobohkan benteng hati ku dengan senyumnya yang mid-eojiji anhneun (luar biasa).
Lama kami tenggelam dalam obrolan yang mengasyikkan, tentang dia dan aku. Sampai kita menghabiskan beberapa kue dan menambah kopi lagi. Hingga tak kita sadari, salju telah berhenti turun dan telah membuat jalanan memutih. Dari obrolan pertama ini aku merasa masih dia yang menguasai hati ku. Meskipun aku telah tahu jika dia adalah seorang gwabu (janda) dengan satu anak. Tapi hati ku masih tak mempermasalahkan itu, inikah cinta?

Waktu mengalir mengikuti arus untuk bermuara pada satu tempat. Membawaku pada sebuah kemantapan hati untuk menjadikan dia! iya dia! sebagai bidadari surga ku. Beberapa bulan berlu dengan begitu menyenangkan ku rasa. Hari-hari ku menjadi lebih indah bersama dia. Tapi, bagaimana dengan keluarga ku? Ayah dan Ibuku? Kita baru saja melewati sebuah konflik yang sungguh menguras perasaan dan pikiran ku. Sebuah cerita klasik tentang pandangan mereka yang tak tahu Islam yang sesungguhnya. Menganggap Islam seperti virus yang harus di musnahkan. Tentang keputusan ku menjadi Muslim yang sangat-sangat mereka tentang, hingga mengusir ku dari rumah yang tak sekalipun pernah aku tinggal kan. Dan sekarang, keadaan itu berangsur membaik, Ayah dan Ibu sudah kembali menerima ku dalam keluarga mereka. Akankah keputusan ku kali ini akan membuka kembali lembaran konflik itu? Ya Allah... bantu hamba mu ini. Ya Rahman... beri hamba jalan, beri hamba kekuatan.

Benar saja,,,, setelah ku utarakan keinginan ku menikahi Zahra, kembali wajah dan sikap mereka berubah, seperti dua tahun lalu pada ku. "Haruskah kau menikahi gwabu???" tanya ayah dengan nada setinggi tingginya. "Ayah tidak mempermasalahkan kau menjadi muslim, menikah dengan muslim, tapi haruskah kau menikah dengan gwabu, wahai anak ku?" suara ayah mulai pelan namun menekan.
Aku hanya bisa diam dan diam. Tak ingin menambah kemarahan ayah dan ibu. Aku yakin jika aku bicara disaat ini, pasti semua akan menjadi lebih buruk. Aku hanya bisa mendengar
Dalam budaya kami, seorang Jejaka menikahi Janda adalah sebuah aib keluarga yang memalukan. Melenceng dari budaya yang telah di junjung tinggi. Sebuah aib yang akan menjadi pergunjingan. Iya, inilah budaya dan tradisi. Aku tak bisa mempermasalahkannya. Tapi salahkan jika jodoh kita adalah seorang gwabu ???

"Ayah tahu, kamu tidak akan mendengarkan kata ayah an ibu lagi. Karena kamu sudah mempunyai dunia kamu sendiri. Pantaskah hal ini kau lakukan pada orang tua mu? setelah apa yang kami lakukan pada mu? Kami tidak menuntut banyak pada mu saat ini, tapi untuk urusan menikahi Janda, kami sangat tidak setuju. kamu sudah pernah tidak menjadi anak kami, kamu juga sudah membuat kami malu dengan kamu menjadi muslim. Apa saat ini kamu juga akan membuat kami jauh lebih malu?", dan ribuan penjelasan ayah dengan tetesan air matanya yang membuat ku merasa bersalah.

Waktu terus berlalu, aku dan zahra masih baik-baik saja. Karena memang niatan untuk menikahinya, tak ku utarakan padanya. Bukan karena ayah dan ibu ku tak setuju, tapi aku masih berpikir "apakah ia mau menerima lamaran ku?" "ah... sebuah pertanyaan yang klise."

####################################################################################

Setahun berlalu, aku masih menyimpan erat cinta ku pada Zahra. Tapi tak pernah ku ucap padanya. Entah bagaimana dengan nya, tampak ia biasa saja pada ku. Dan di sore itu, di tempat pertama aku melihatnya "Seoul Central Masjid", aku menghampirinya sesaat ia keluar dari masjid bersama teman-temannya.
"asalamualikum...." sapaku pada mereka.
"walaikum salam....." serentak mereka menjawab.
"zahra,,,,, aku ingin mengatakan sesuatu pada mu."
"ada apa kim?",,,
"maaf jika aku salah, setahun ini aku telah melewati banyak hal dengan mu. kau tahu aku dan aku tahu kamu dari cerita-cerita kita. tapi........ ada satu hal yang tak ku tahu dari mu,"
"apa itu?"
"apakah kamu mencintai ku?"
..................................................................................................................................................
 Lama tak ada jawaban dari nya, dunia terasa berhenti. Keriuhan terasa lenyap. Dadaku berdetak begitu kencang, sesak terasa di hati.
..................................................................................................................................................
"entahlah kim, aku tidak tahu...." jawabnya lirih sembari menundukkan pandangannya.
"deeeeeeeeeeeeeeeeeeeggggggggg......................................................................." jantungku terasa berhenti berdenyut. ku coba tenang. menarik nafas dalam.... menghembuskannya dengan perlahan.
"terimakasih untuk jawaban mu, asalamualaikum..................." aku tak mampu lagi berkata-kata, secepat kilat ku menghilang dari pandangan zahra dan teman-temannya.

???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????
sebuah tanya besar menyelimuti hati ku, "aku tidak tahu!" sebuah jawaban yang masih membingungkan ku. apakah salah cinta ini? ya Allah... beri aku jodoh yang terbaik dari sisi Mu....

pagi itu, zahra mendatangi ku ke kampus. ku lihat ia bersama fatimah di taman depan.
"asalamualaikum kim, " sapanya saat aku mulai mendekat.
"walaikum salam....." ada yang bisa aku bantu?
"tidak kim,,, aku hanya ingin ngobrol dengan mu.... boleh aku meminta waktu mu?"
"tentu saja, mari silahkan duduk...." ku persilahkan mereka duduk di banku taman itu.
zahra masih tampak bingung ingin memulai dari mana, tampak ia tertunduk dalam kebingungan.
"ada apa zahra? jika ingin membahas yang kemarin, aku tidak apa-apa. udah kamu jangan pikir kan itu."
"tidak kim, kamu tak harus bicara begitu."
"justru aku di sini ingin menjelaskan tentang yang kemarin,..."
jelasnya terhenti....................

"aku tidak tahu, apakah kebersamaan kita menumbuhkan benih cinta di hati ku. yang jelas aku rasa, aku nyaman bersama mu kim. tapi aku takut, kau tak memiliki rasa yang sama pada ku.....
aku juga berpikir kim, apakah aku pantas untuk mu. bukankan aku telah menjadi janda.... sedangkan kamu.........." jelasnya terhenti kembali................. tampak butiran air mata mengalir di wajah indahnya.
aku hanya bisa tertunduk mendengar nya, aku ingin menghapus air mata itu, tapi apa daya ku.

"zahra.....", kata ku.
"kim,,, ku mohon lupakan aku... aku tahu banyak yang akan tersakiti jika kita bersatu." potongnya.
"tidak zahra, jika kita benar, Allah bersama kita."
"aku tahu kim,,, tapi kau takut....." ucapnya dengan cucuran air mata yang semakin deras.
"takut apa? masa lalu mu?
Jinan shiganeul semyeo apa woolji malgo. Jinan babo gateun sarang geuriweo malgo 
(Jangan menangis didalam kesakitan menghitung waktu yang berlalu. Jangan merindukan cinta bodoh yang sudah berlalu)."
"saat ini hanya ada aku, kamu dan masa depan kita, insha allah" ucap ku yang juga tak kuasa membendung air mata.
"apa yang salah dengan cinta kita???" tanya ku.
"Gyeote isseul jagyeokhado eomneun nan janha. Haengbokhagireul. Deon beon dashineun majaochiji malja. 
(aku enggak pantas untuk kamu. aku harap kamu dapat bahagia. Mari kita enggak pernah bertemu lagi)
maaf kim,,, aku tak bisa melanjutkan ini......................................
 minggu depan aku akan pulang. semoga kamu mendapat yang lebih baik dari ku. maaf..........",
zahra berlari pergi meninggalkan ku di bangku taman itu. iya! hanya aku sendiri.
"Apa yang salah dengan cinta ini? Apa yang salah dengan janda? apa yang salah???? arrrrhhhhgggg......"
aku hanya bisa mematung, tubuh ku terasa lemas, aku tak percaya kebersamaan ini akan sirna. aku tak percaya cinta ini berakhir dengan begitu menyiksa hati di pagi hari. ya Allah kuatkan hamba mu ini.
ku usap air mata ku, berusaha tegar dan menerima. Mungkin ini yang terbaik. Amiin
"Kamu tak harus mencintai ku Zahra, biarlah aku sendiri yang mencintai kamu....
Untuk kamu yang telah meninggalkanku, aku hanya dapat memberikan air mata. Sebenarnya, sebenarnya aku menangis sekarang meskipun kamu melihat aku terseyum......"

Sampai bertemu kembali zahra... Jika ALLAH mengijinkan ...


Puisi Pertama di Tahun 2014

 

Terimakasih Allah


Deru nafas masih ku rasa
Detak nadi masih ku punya
Langkah kaki masih ku mampu
Terimakasih Allah ku

Hari demi hari masih bisa ku lalui
Berharap setiap detik mampu ku selami setulus hati
Tingkah dan ucapan berusaha ku jaga
Demi ridho Mu Yang Mulia

Terimakasih Allah
Kasih Mu adalah berkah bagi ku
Tiada rasa yang patut ku punya kecuali untuk Mu
Tiada daya jiwa dan raga ini tanpa Mu

Rhido Mu adalah penerang dalam jalan ku
Rahmat Mu adalah kekuatan untuk ku
Takdir Mu adalah yang terbaik untuk ku
Terimaksih Allah ku

Terima kasih atas kunjuang nya, semoga bermanfaat dan membawa kita menuju ridho Allah :)Salam Super... :)
 
Copyright 2009 Kumpulan Puisi dan Cerpen Terbaru All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes
Blogger Templates