RSS

Cerpen Untuk Ayah

Ayah ku, Segalanya bagi ku!!!


Perkenalkan namaku Anand Fajar Budiman. Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak ku bernama Anindya Putri Budiman. Dan adikku bernama Alfi Sabilah Budiman. Ya,,,pemikiran kalian benar, kami keluarga Budiman. Ayah ku Bernama Sahri Budiman, beliau saat ini telah tiada. Tepatnya saat aku masih duduk di bangku SMA kelas X. Hari itu adalah hari yang berat untuk ku dan keluarga ku. Orang yang setiap hari melindungi dan menyayangi kami pergi untuk selamanya. Ayah ku adalah seoarang pengusaha sapi impor. Setiap hari ayah selalu sibuk mengurus bisnisnya. Sempat beberapa kali ayah mengajak kami sekeluarga berkunjung ke New Zealand dan Australia untuk bertemu dengan rekan bisnis ayah disana. Meskipun ayah sibuk dengan pekerjaannya, ayah tidak lupa pada kami, anak anaknya. Ayah ku adalah orang yang baik, beliau sangat paham akan agama. Ayah selalu mengajarkan anak anaknya untuk selalu mengedepankan hukum Allah dalam hidup ini. Satu hal yang paling aku banggakan dari sosok ayah ku, beliau hafal beberapa surat panjang dari Al Quran. Dan beliau selalu menuntut anak anaknya jika ingin meminta sesuatu padanya untuk terlebih dulu menghafal satu surat dalam Al Quran. Ya,,, itulah cara ayah ku membimbing putra putrinya untuk menghafal Al Quran.

Ayah adalah ayah yang penuh kasih dan sayang. Ayah mencintai dan menyayangi kak Anindya seperti ia menyayangi aku dan alfi. Kak anindya adalah anak ankat dari ayah dan ibu. Dahulu sepuluh tahun pernikahan mereka berlalu tanpa hadirnya seorang putra, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk mengangkat kak anindya sebagai putri mereka dan ajaibnya,,, selang dua tahun lahirlah aku sebagai putra kedua dari mereka. Kami adalah kelurga bahagia. Kebahagian kami bertambah lengkap setelah hadirnya adik ku, alfi. Adik yang dulu aku bencikan kehadirannya. Sebab kala itu aku malu sekali sama teman teman ku. Aku sudah SMP kelas tiga masih saja punya adik bayi. Teman teman ku selalu mengolok ngolok orang tua ku. "masak sudah smp masih punya adik bayi. iiihhh...gak banget deh...." ini hanya segelintir celotehan mereka dan masih banyak yang lebih parah lagi. Dan mereka berhasil mempengaruhi ku untuk benci pada adik ku. Ku tunjukkan rasa kecewa ku pada ayah dan ibu dengan mogok makan dan selalu pulang telat dari sekolah. Sempat ku pinta pak. Azis supir ku untuk mengantarku ke rumah nenek di luar kota dan ku pinta dia pulang dan melapor pada ayah dan ibu kalau aku diculik dari sekolah. Rencana itupun berhasil membuat ayahku yang kala itu ada di Singapur lansung bertolak. Sungguh senang sekali rasanya kala itu bisa membuat ayah dan ibu ku panik mencari ku. Dan rencana itupun ketahuan,,,sebab ayah menelfon polisi dan menyuruh anak buahnya mencari ku. Dan alhasil ayahpun menemukanku di rumah nenek di luar kota bersama anak buahnya. Saat itu aku lagi main di teras depan,,, sungguh aku takut sekali melihat wajah ayah yang terlihat beda sekali dari biasanya dengan di iringi anak buahnya yang sebagian aku kenal sangar. Terlihat wajah yang penuh amarah itu langsung menyeret ku dan.......
"Pyaaaaaaaaarrrrrrr......", dia menamparku sangat keras sekali. Panas dan pedih ku rasa kala itu.
"Ini mau kamu? hah... buat ayah dan ibu panik? hah...ayo jawab?",,,tanya ayah penuh emosi.
"apa apaan ini, Budi?",,,nenek ku keluar setengah berlari menarik ku dari tangan ayah dan memeluk ku. Nenek yang benar benar tidak tahu masalah ini terliahat marah besar kepada ayah. Ya,,,nenek ku tidak tahu sama sekali rencana ini. karena aku bilang sama nenek kalau aku ingin liburan di sini disuruh ayah dan ibu. Dan nenek kun percaya akan semua ceriataku.
"ini nih bu,,, anak sial ini.................................."
"Huuuuusss...... jaga omongan kamu ya...",,,potong nenek masih dengan amarah.
"Dia telah membohongi kita semua bu. dia kesini tampa pamit pada aku dan nisa (nama ibuku anisa). dan dia menyuruh pak azis bilang pada ku dan nisa kalau dia di culik dari sekolah. dari paniknya aku segera bertolak dari singapur dan meninggalkan rekan bisnis ku begitu saja. dan,,,apa? dia enak enak kan di sini. ini sudah keterlaluan tahu gak.???" jelas ayah masih penuh dengan amarah yang selama ini tak pernah aku lihat sebelumnya.
"Apa itu benar, anand? apa semua yang ayahmu katakan itu benar?" tanya nenek ku mengangkat kepala ku yang sedari tadi menunduk tak kuasa menahan malu.
"Ayo jawab???!!!",,,bentak nenek ku mulai menagis.
Segera ku peluk nenek ku, "Anand minta maaf nek! anand mengaku salah" kataku mulai ikut menangis.
Dan segera juga ku peluk ayah yang masih mematung penuh amarah,,,"maafin anand yah,,, anand mengaku salah. tapi anand punya alasan untuk ini semua." kata ku mulai membela diri.
Terlihat ayah masih tak bergeming. "yah,,, anand salah. dan anand janji tak akan mengulangi hal ini lagi." ucapku masih memeluk ayah yang sekarang seperti tak sudi membalas pelukan ku.
 "Astagfirlahaladim... anand,,,anand.... kamu ini.............", kata ayah mulai memelukku erat dan air matanya pun mengiringi detik itu.
"maafkan ayah ya,,, ayah sebenarnya sangat sayang sama kamu. tamparan tadi itu, bukan tanda ayah membenci mu." kata ayah ku mulai melemah.
"iya ayah,,, anand tahu................................", kata ku mulai sedikit tersenyum.

Sejak kejadian itu, aku mulai tak perduli lagi dengan semua ocehan teman taman ku. Ku mulai bersikap biasa pada ayah, ibu, dan adik ku alfi. Beberapa bulan pun berlalu. Dan kurasakan seiring waktu berlalu ini,,, ku rasakan kasih sayang ayah dan ibu memudar pada ku. Entahlah,,,tapi itu yang kurasa. Hingga akupun lulusa dari SMP. Dengan nilai yang boleh di bilang jauh dari harapan ayah dan ibu. Tapi mereka tak menunjukkan rasa kecewa mereka. Inilah yang membuat ku merasa aku tak dianggap lagi. Aku mulai merasa jauh dari mereka yang dulu. Sekarang aku mulai benci sama kak anindya yang selalu mendapatkan apa yang ia inginkan,,, mulai dari mobil sendiri, laptop baru dan masih banyak lagi. Ku akui ayah memang akan selalu menuruti apa yang di minta oleh anak anaknya asal mereka dapat menghafal satu surat quran baru dan menunjukkan nilai pelajaran yang bagus pada ayah, pasti apa yang kita minta akan di kabulkan oleh ayah. Itulah ayah ku. Dan kak anindya selalu mendapatkan semua yang dia inginkan karena kak anindya adalah salah satu mahsiswi PTN ternama yang sekarang menjadi lulusan terbaik dan akan melanjutkan S2nya di Australia. Haaahhh..... benar benar menyebalkan keadaan ini. Aku pun berambisi untuk masuk SMA N ternama di kota ku. Sempat ayah dan ibu ku ragu dengan apa yang ingin ku lakukan ini.
"yah,,,aku ingin mendaftar di SMA N X." kata ku waktu di meja makan.
"tapi ayah harus janji membelikan aku mobil baru yang lebih mahal dari punya kak anindya."lanjutku dengan mengajukan permintaan.
"insya allah,,,ayah bisa. Tapi apa kamu bisa masuk kesana?",,,tanya ayah dengan nada agak sedikit mengejek.
"iya, akan ku buktikan, aku  bisa." kata ku diliputi rasa ambisi dan sedikit amarah. Segera ku selesaikan makan ku dan masuk ke kamar ku dilantai dua. "huuuuu.........liat saja nanti. aku pasti bisa." gerutu ku dalam hati.

Hari hari selanjutnya aku belajar keras untuk bisa mengerjakan tes masuk SMA itu. Siang malam selalu ku buat belajar. Dan akhirnya hari tes itupun datang. Aku diantar ayah yang saat itu sengaja mendelete semua pekerjaannya. Dengan perasaan dag dig dug ke kerjakan soal soal gila itu. Satu hal yang ada di kepalaku kala itu. "Masuk disini dapat mobil atau gagal gak dapet mobil tapi dapat malu." kata itu yang menyemangatiku. dan Alhamdulillah Aku diterima di sana. Sehabis melihat pengumuman hasil nya akupun langsung mengajak ayah ke showroom mobil terbesar di sini. Tampak mobil mobil impor yang waw di jejeran paling depan. Dan akhirnya ku pilih mobil impor "Buick Regal XRL". Dengan rasa bangga aku pun mengajak ayah ku balapan sampai di rumah.
"Ayo yah balapan,,, sapa duluan yang sampai dirumah entar mentraktir makan malam satu keluarga." kataku menantang ayah dengan perasaan optimis karena mobilku di dukung 220 tenaga kuda. pastilah ayah kalah. Jaguarnya tak kan mampu menandingi.
"gak ah... gak adil nih,,,, mentang mentang ya..........", kata ayah merajuk
"jangan di lihat dari kekuatan mobilnya yah,,, tapi dari skill pembalapnya dong.!!!" kata ku merayunya. "Ayolah yah,,, keluarkan semua ilmu balap ayah" kataku.
"oke................... bebas memilih jalan manapun yang penting sampai di rumah dengan cepat. Deal???" kata ayah menyalami ku.
Kami pun mulai balapan itu. Ku biarkan ayah melaju dulu. nampak ia menyetir dengan jiwa mudanya.
Ku sengaja memposisikan di belakangnya. Terlihat ayah menambah kecepatannya. dan saat jalanan di depan ku lihat lenggang ku segera mendahuli ayah dengan rasa kemenangang yang super.
"Selamat mentraktir keluarga....." teriak ku saat melewati ayah. Mobil ku kun melaju kencang membelah jalanan itu. Tak tampak lagi mobil ayah di kaca spion ku saat ku mulai berbelok arah. Hingga akhirnya aku pun memenangkan balapan itu. Aku pun sampai di rumah dengan perasaan bangga dan bahagia.
"wah... mobil siapa ini dek?" tanya kak anindya keluar dari rumah dengan berlari dan mendekati mobil ku.
"mobil ku lah......", kata ku bangga.
"jadi kamu sekarang di terima di SMA N X?" tanya kak anindya bangga.
"wah... selamat ya....",,, kak anindya memelukku.
 Nampak ibu keluar menggendong alfi. "Ibu,,, liat ini.... ayah membelikannya untuk ku. aku punya dua kabar gembira saat ini. Pertama aku diterima di SMA N X dan yang ke dua nanti malam semua harus siap siap, karena kita akan makan malam di luar. Ayah yang traktir. Karena ayah kalah balapan sama aku. masak dari showroom sampai rumah aja dia kalah." kata ku dengan berbahagia. Tampak ibu dan kak anindy juga ikut tertawa.
"oh ya,,, tapi ngomong ngomong sekarang ayah kemana ya?" tanya ibu.
"iya...payah nih yah...masak sampai jam segini belum muncul muncul juga. Bentar aku coba telepon dulu."kata ku mulai menelpon ayah namun aneh terdenger suara keramaian di seberang sana dan ...
"hallo.... ayah???" tanya ku
"hallo hallo.... bukan, orang yang punya hp ini saat ini mengalami kecelakaan. dan saat ini lagi dilarikan ke rumah sakit XYZ."
"apa kecelakaan??? ya allah... ok ok sekarang aku kesana." kata ku mulai panik.

"kenapa dengan ayah", teriak ibu ku mulai menangis.
"ayah kecelakaan bu!" kata ku juga mulai ikut menangis.
"ya udah sekarang kita kesana. kata kak anindy juga mulai menagis."
Sepanjang perjalanan ibu, kak anindy dan aku tak luput untuk berdoa. semua doa kami baca kala itu. dan bayang bayang ayah beberapa jam yang lalu kembali terlintas. Ribuan pertanyaan dan penyesalan berputar dalam pikiran ku. Sesampainya di rumah sakit kami pun segera berlari ke ruang ICU,,, terlihat dokter sedang melakukan sesuatu pada ayah di dalam sana. Ibu tak kuasa menangan tangisnya.
"maaf,,, ini hp bapak itu."kata bapak setengah baya memberikan hp ayah pada ku.
"terima ksih ya pak." kata ku padanya.
"yang sabar ya!!! tadi itu saya lihat mobil ayah anda kehilangan kendali hingga menabrak pembatas jalan." terangnya dengan menunjukkan nada iba.
"tapi ayah saya gak papa kan pak.?" tanyaku padanya.
"kita berdoa saja,,, tapi tadi saya sempat dengar ayah anda menyebuk nama alfi alfi dan alfi sebelum ia tak sadrkan diri." ceritanya mulai membuat ku sesak nafas.
"ya allah... ampuni hamba mu ini. ini semua salah ku." ku merasa bersalah atas kejadian ini. dan dokterpun keluar dari ruang itu. Aku, ibu dan kak anindya pun berlari ke arahnya. "gimana keadaan suami saya dok?" tanya ibu dengan menggendong alfi erat sambil tak hentinya menangis.
"yang sabar ya, kami baru saja mengoperasi beliau. dan saat ini beliau lagi dlam masa kritis. kita berdoa saja untuk kesembuhan beliau." kata dokter itu agak lesu mengatakannya.
"tapi dia akan baik baik saja kan dok?" tanya ibu mulai tak tenang.
"insya allah....." kata dokter itu singkat dengan memberi sedikit senyum semangat pada kami.
"kita boleh liat ayah kan dok?" tanya kak anindy masih menangis.
"silahkan,,, beri dia dukungan dan doa kalian." kata dokter itu.

Ku lihat di sana orang yang beberapa jam lalu masih terlihat senyum bahagianya. Dan sekarang ia hanya bisa terbaring lemah dengan ratusan selang menempel di badannya. Sungguh ironi sekali. Akupun tak sanggup melihat kondisi ayah yang sekarang. Ibu terus menggenggam tangan ayah. Tampak air mata ibu dan kak anindya mengalir lebih banyk lagi. Aku pun demikian. Segera ku gendong alfi yang saat itu masih belum mengerti apa apa. Dia hanya melihat kami dengan senyum manisnya. Selang beberapa detik berlalu di ruang yang kurasa bagai tak ada udara lagi disana. Masih terdengar seduhan tangis ibu dan kak anindya. Ku hanya bisa memeluk erat alfi yang saat ini berada di pangkuan ku di sofa yang berjarak beberapa meter dari ayah. Dan sayup ku dengar "alfi...mana alfi???",,, suara ayah mulai sadar dengan memanggil alfi adik ku. Segera ku bawa alfi pada ayah. Ku dekatkan alfi pada ayah, dengan susah payah ayah mengelus kepala alfi. Aku, ibu dan kak anindya hanya bisa mengalirkan air mata yang semakin kami tahan semakin banyak ia keuar.

"Anand,,, kamu adalah laki laki yang akan menjaga keluarga ini." kata ayah mulai tertatih mengatakan hal itu. Terlihat ibu semakin tak kuasa menahan tangisnya.
"Ayah...ayah tak harus berkata seperti itu. " kata ku tak kuasa lagi dengan mencium tangan ayah.
"Ayah hanya ingin berpesan pada anand dan anindya, jaga alfi melebihi ayah yang telah menjaga kalian. Jangan pernah lupakan ayah dengan tetep mengirimkan doa pada ayah. terutama surat quran yang telah kalian hafal. Tujukan semua pada ayah." kata ayah kembali bersusah payah menyelesaikan kalimat itu.
"Ibu,,,ayah mencintaimu,,,maafkan ayah..."kata ayah pada ibu.
"iya ayah....ibu juga minta maaf sama ayah...."
"anand dan anindya jangan pernah kalian sakiti hati ibu kalian,,, buatlah dia bangga...."
"ALLAH...........................................................................",,,seketika itu monitor di samping ayah berbunyi "Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttt......" dan keluar garis lurus................

Semua tangis pecah kala itu tak terkecuali tangisku. Kak anindya tak ngentinya mencium tangan ayah. Ibu memeluk ayah erat. Dan aku juga memeluk ayah erat menciumi tangannya. Tampak alfi ikut menangis, entah apa yang ia rasa saat ini. Akankah ia juga merasakan kesedihan kami atau ia hanya takut melihat kami menangis sejadi jadinya.

Pemakaman ayahpun selesai. Kami masih sangat berduka. Aku sampai tidak mengikuti kegiatan MOS,,, kak anindya juga menunda keberangkatannya ke australia. Ibu selama beberapa hari ini mengurung diri di kamar. Dan alfi yang entah sejak ayah gak ada keceriaannya terasa memudar ia terlihat tidak rewel saat bersama bi Asih baby siternya. Bi ijah pembantu di rumah ini kami suruh cuti dulu begitupun dengan pak asis supir kami. Kami sekeluarga memutuskan untuk tak keluar rumah sama sekali. Banyak sekali kerabat dan rekan bisnis ayah yang kami tolak untuk datang ke rumah selepas pemakaman ayah.

Namun kami sadar ini semua salah, justru ayah akan merasa sedih sekali jika kami terus terusan menangisinya. Seiring berjalannya waktu kami mulai kembali bersemangat menyambut hari. Aku tak kan pernah melupakan sosok ayah yang telah memberi banyak hal pada ku. Pembelajaran yang akan selalu aku kenang sepanjang hidup ku.
"Ayah... I LOVE U.... kau akan selalu ada untuk kami sebagai sosok yang tak kan terlupakan."
"Selamat jalan Ayah... Aku janji pada mu aku akan menghafal surat quran lebih banyak atau bahkan menghafal seluruhnya hanya untuk ku persembahkan untuk mu...."
"Satu hal yang ingin sekali aku lakukan namun tak pernah kesampaian selama kau masih hidup,,,memeluk mu sambil bilang kalau aku sayang kamu."
"Ya sudahlah... ku yakin saat ini kau tersenyum melihat ku."

Cerpen Terbaru

Cinta Itu Hadir Di Persimpangan Jalan


Mentari seakan enggan menampakkan dirinya di pagi itu. Ia seakan kehilangan semangat untuk tampil dan mengusir awan gelap yang sekarang maju menunjukkan diri. Dan lebih parahnya lagi awan gelap itu mulai menunjukkan kemenangannya dengan menjatuhkan butiran-butiran air. "Astagfirlahaladzim... Maafkan hamba ya Allah, jika harus mengeluhkan kondisi ini..." gerutu seorang akhwat dengan setengah berlari mencari tempat untuk berteduh. Dan tanpa sadar di persimpangan jalan depan halte bus itu ia menabrak seorang pemuda yang tampaknya juga menghindar dari butiran-butiran kemenangan awan gelap itu. "Bruuuuukkkkkk............", akhwat itu terjatuh tak terkecuali tas dan map yang ia bawa. "Aduuuuuhhh...... sakit nih....", eluhnya dengan wajah kesakitan. Nampak pemuda itu hanya terdiam tanpa ekspresi wajah yang berarti. Dia juga terjatuh di depan akhwat berbaju hijau muda dengan jilbab senada yang di hiasi asesoris berbentuk bunga berwarna ungu di samping kiri. Kalau dilihat dari tanda-tandanya, pemuda itu sekarang sedang mengalami amnesia sementara. (hehe). Akhwat itupun nampak mengeluarkan semua unek-uneknya kala itu. Tapi anehnya pemuda itu hanya diam mematung dengan tatapan mata tertuju jelas pada wajah akhwat itu. "Hai......... Kamu gak papa???",,, tanya akhwat itu mulai sadar kalau ia hanya berbicara sendiri tanpa ada yang mendengar. Sejenak pemuda itupun sadar, "astagfirlah.... maaf ya!!! tadi aku gak sengaja nabrak kamu." ucapnya agak gugup. "Syukurlah kamu sadar juga,,,aku kira tadi kamu kenapa-napa.", jawab akhwat itu diiringi senyuman yang sempat membuat pemuda itu kembali amnesia sesaat. Kejadian itupun berakhir saat pemuda itupun sadar kembali dan mulai bangkit membereskan map dan tas akhwat itu untuk menyampaikan rasa maafnya. Akhwat itupun juga menyusul bangkit. "Mari aku bantu bawa aja map dan tas kamu", tanya pemuda itu meminta persetujuan. "iya,,, terimaksih ya.... kita berteduh di halte itu saja, nampaknya akan hujan lebat nih." mereka pun berlari kembali untuk berteduh di halte bus depan persimpangan itu.

"Aku ilham,,," pemuda itu mulai memperkenalkan diri setelah beberapa menit berlalu tanpa kata setibanya di halte bus tersebut.
"oh,,, iya,,, aku anisa!" jawab akhwat tersebut sedikit gugup.
"kamu mahasiswa kedokteran di universitas X kan?", tanya pemuda itu mulai mencairkan suasana. "Maaf, tadi aku gak sengaja liat isi map kamu." lanjutnya dengan wajah sedikit agak menyesal. :(
"iya,,, kalau kamu?", aku juga sama mahasiswa universitas X tapi aku jurusan pendidikan agama islam.
"wah,,,calon ustad nih....",,, canda anisa dengan sedikit senyuman indah itu lagi.
"insya allah,,, selagi mampu mengajar dan berdakwah kenapa tidak?",,, jawab ilham dengan balasan senyum yang tak kalah manisnya.
Ribuan pertanyaan dan senyuman keluar dari keduanya sampai bis yang akan membawa mereka ke kampus pun datang. Dan merekapun berangkat bersama ke kampus. Namun mereka masih menjaga jarak dengan memilih bangku bis yang berlainan. Hari itupun berlalu dengan cepat. Rupanya hari itu bukanlah hari yang buruk buat anisa setelah bertemu Ilham,,, meskipun ia sudah memulai hari dengan tidak sempurna karena sehabis subuh tidur lagi dan bangun kesiangan, hujan dipagi hari, dan tak di ijinkan masuk kelas pagi gara-gara terlambat limabelas menit.

Hari itu adalah hari yang bersejarah buat ilham dan anisa. Nampaknya pertemuan singkat itu membawa virus yang sekarang mulai aktif menggelitik hati keduanya. Nampak Ilham yang mulai geisah memikirkar anisa,,,mulai dari senyumnya dan lembut suaranya. "Astagfirlah,,,ada apa dengan ku ini???",,, tanya ilham pada dirinya saat ia mulai sadar kalau itu salah. Begitupun anisa,,,hari-harinya berubah drastis... ia sekarang rajin berangkat pagi pagi ke kampus hanya ingin untuk betemu dengan ilham di halte bus dan bisa berangkat ke kampus bersama. Nampaknya ke duanya berharap untuk dapat bertemu kembali,,,namun sayang beberapa hari setelah kejadian itu mereka tak dapat beremu lantaran ilham tak ada kelas pagi selama tiga hari.

Hari hari pun berlalu dengan begitu lambat terasa oleh keduanya. namun ilham tak mampu lagi membnedung perasaanya untuk tak mengatakan pada anisa kalau sejak ia bertemu dengannya ada sesuatu yang berbeda terasa,,,terutama di hatinya. Ilhampun meberanikan menulis sebuah surat untuk anisa dan berharap ia dapat berjumpa kembali di halte bus atau di kampus. Dan semua berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Mereka bertemu kembali tepat di persimpangan jalan depan halte bus saat mereka hendak berangkat kuliah. Terlihat keduanya kikuk dan malu-malu. Keduanya pun merasa ada yang aneh kela mereka harus berjumpa kembali.

"emmh... a...a...ku... a..da.... se....su...atu buat kamu........" ucap ilham tampak kesulitan mengeluarkan kata kata itu.
"Apa itu?",,,jawab anisa ragu menanyakannya.
"ini....................",,, kata ilham sambil menjulurkan sebuah kertas berwarna merah jambu berpita senada.
Dengan ragu-ragu anisa menerima kertas itu. "Apa ini?",,,pertanyaan bodoh itu spontan keluar dari mulut anisa yang tambah membuat ilham gugup dan berkeringat dingin. Padahal pagi itu cuaca sangat dingin akibat hujan lebat tadi malam. Untung bus yang akan mengantar mereka datang dan merekapun segera berlari agar tidak ketinggalan bus tersebut.

Anisa memilih kursi nomer dua dari deretan supir dan ilham memilih duduk di kursi belakan dari anisa. Terliahat keduanya masih canggung dan mungkin saat ini roh mereka tak lagi pada raga mereka berdua. Entah kemana perginya roh itu tak seorangpun yang tahu kecuuali keduanya. Hati mereka merasa ada sesuatu yang salah yang telah mereka lakukan. Tapi bukankah ini yang di inginkan hati itu??? Hah,,, sungguh cinta sulit untuk di interpretasikan.
"Kau tak perlu jawab segera,,, pikirkanlah baik baik.......",,, ucap ilham lirih saat mereka turun dari bus. Anisapun hanya tersenyum dan mereka pun berlalu pada aktivitas masing-masing.

Haripun beranjak dengan cepat. Isi dari kertas merah jambu berpita itu adalah ungkapan ilham yang masih ragu dengan hatinya. Karena ia takut Kekasih Hakikinya merasa cemburu.



Dear...
Akhwat Yang Berkerudung Hijau Muda Saat Ku Jumpa

Salahkah diri ini jika ku mencintai mu?
Kau buatku tak tentu dengan perasaan yang tak ku tahu
Bola matamu yang indah selalu terbayang di mata
Senyum mu yang manis membuat iman ku menipis
Kau hadir di setiap mimpi ku
Kau buat ku gelisah selalu
Ku tak tenang jika di dekat mu
Ku ingin selalu memikirkan mu
Akankah kau merasakan itu?
Akankah perasaan mu sama dengan ku?
Entahlah,,,tapi jujur ku cintai mu!!!
Namun aku takut cinta ku ini di selimuti nafsu
Nafsu yang hanya akan buat kita terbelenggu
Ku ingin cinta ini tak melibihi cinta ku pada pemilik hati ku
Mengertikah engkau akan rasa ini???

Hati yang Ingin di merngerti

Ilham Ardyansyah

 Begitulah isi kertas merah jambu berpita itu yang saat ini membuat anisa merasa bimbang dan resah. Di lain sisi inilah yang ia inginkan,,, rasa yang sama dengan hatinya. Tapi,,, jauh dalam lubuk hatinya ia masih ragu jika Pemilik Hati yang sesungguhnya ia kecewakan dengan cinta dunia yang jelas fana. Anisa dan ilham pun masih mengintropeksi diri akan rasa yang bersarang dalam hati mereka. Semua hal telah mereka lakukan untuk medapat jawaban yang wakan membawa mereka pada satu titik kebahagiaan yang abadi. "Ya Allah,,, sesungguhnya hati ini adalah milik Mu dan hanya Engkaulah yang berhak ada di dalamnya. Engkaulah penggenggam jiwa dan raga ini. Sungguh dzalim jika hati ini berpaling dari Mu. Namun hamba tahu Cinta ini anugerah dari Mu. Satu pinta hamba pada Mu pemilik sejati setiap hati,,,, Jadikan rasa ini rasa yang kekal dan rasa yang akan membawa kami menuju surgamu." Tak kuasa tetesan air mata anisa membasahi mukenahnya saat ia berdoa memohon petunjuk.

Di sisi lain ilhampun demikian. Ia tak hentinya memikirkan apa yang telah ia lakukan dengan mengikuti rasa yang sebenarnya ia tak mengerti. Rasa yang hadir saat pertama ia berjumpa dengan anisa. Rasa yang merasuk pada relung jiwa yang seharusnya tak melebihi cintanya pada Ilahi. "Astagfirlah haladzim... Ampuni dosa hamba Mu ini Ya Allah,,, sungguh hamba benar benar orang yang merugi telah menuruti hawa nafsu hamba. dan tolong berilah hamba Petunjuk mu agar hamba tak jauh tersesat dalam permainan syetan yang terkutuk."

Jawaban dari doa doa merekapun terkabul oleh Allah,,, mereka berdua mendapat petunjuk yang jelas dan nyata. Tanpa ragu keduannya memutuskan untuk bertemu di persimpangan jalan saat pertama kali mereka bertemu. Terlihat di sana ilham yang telah menunggu anisa. Beberapa menitpun berlalu dan anisapun datang.
"Asalamualaikum akhi ilham.....",,,ucap anisa membawa seorang teman yang juga mengenakan baju kurung dan jilbab.
"Waalaikumsalam warahma...",jawab ilham setengah terkejut melihat anisa datang bersama temannya.
"kenalin,,ini zahra teman aku.....", kata anisa memperkenalkan temannya.
"ilham.....",ucap ilahm memberi senyum pada zahra.
Tampak persimpangan itu lenggang,,,karena penikmat jalanan itu masih belum keluar dari aktivitas mereka masing -masing. Sehingga mereka bisa dengan tenang berbincang di sana.
"Aku membawa zahra ke sini agar kita benar benar tak terhasut oleh syetan akhi......",,,anisa memulai perbincangan kembali setelah beberapa detik terlewati tampa kata.
"iya,,,aku juga ingin mengatkan sesuatu pada mu.....",,kata ilham.
"Biarkan aku terlebih dulu yang mengatakan sesuatu padamu akhi,,,"ucap anisa dengan menundukkan pandangannya.
"Sungguh kata yang kau coretkan pada kertas merah jambu berpita itu membuat hati ku terbang melayang entah kemana. maaf jika aku tak mampu membalas coretan itu. Aku tahu hati mu,,, jujur aku juga mersa demikian. Namun entah kenapa hati merasa malu jika ku berpaling dari cinta ilahi. Aku yakin kau lebih tahu akan ini. Jujur tak ada alasan untukku dapat menolak cinta mu. Dan sebaliknya. Tapi,,, bukan untuk saat ini. Entah kapan itu waktunya,,,biarlah Allah yang menjawab."....jelas anisa dengan tak kuasa membendung air matanya.
"ukhti,,, aku tahu jika ini berat untuk kita jalani. tapi aku lega jika rasa ku tak bertepuk sebelah tangan, Aku tahu ini rasa yang salah untuk kita terima saat ini. Sukron....atas semua jawaban ini. Akan ku tunggu waktu itu. ku tak mau berjanji apapun,,,untuk menjadikan mu sebagai pendamping ku menuju ridho Allah. Tapi satu yang harus kau tahu,,,, aku telah membulatkan niat ku untuk menjadikan kau makmum ku kelak, insya allah. Biarlah saat ini kita jalani hari hari kedepan sebagai seoarang saudara muslim.",,, ilhampun tak kuasa untuk menahan air matanya. Bagitupun dengan zahra yang dari tadi hanya bisa mematung mendengar berbincangan mereka berdua, ia juga tak bisa menahan air matanya. dan mengamini setiap doa yang di ucap ilham.

Ilham dan anisa pun merasa lega atas apa yang telah mereka ucapkan atas nama cinta yang sejatinya hanya milik Allah penggenggam setiap jiwa manusia. Mereka pun meninggal kan persimpangan itu dengan rasa yang bercampur aduk. Namun setidaknya mereka berbangga hati telah mengedepankan cinta Allah....

Puisi AKU

" A K U "

Aku adalah daun kering yang jatuh dan terbawa arus cinta mu
Entah apa yang buat ku jatuhkan diri pada sungai kasih mu
Aku tak mengerti apakah ini mau ku atau hanya sekedar takdir ku
Awalnya ku bahagia berada dalam bagian mu
Namun seiring waktu berlalu kau membawa ku entah kemana
Yang ku tahu itu jauh dari aku adanya
Kau buatku terombang-ambing tampa henti
Sempat ku berpikir tuk melesatkan diri dari mu
Karena aku tak tahan lagi jika harus begini
Ingatlah aku ini daun kering yang sebentar lagi aku koyak dan tak kan pernah kembali
Jika kau memang sayang pada ku
Bawalah aku segera ke samudera cintamu

Puisi Untuk Ibu

I B U

Segar embun pagi kalah akan senyum indah pada wajah mu ibu
Kaulah sosok yang membari semangat melebihi sinar mentari menerangi isi bumi
Kau melebihi hujan yang hanya mampu basahi bumi, namun kau mampu basahi hati ini
Lantunan suara kasih mu mampu ku dengar menembus dalam hati
Dengan lembut kasih mu ku mampu pahami dunia ini
Kaulah butiran energi yang mampu menghidupkan ku
Kau laksana lentera yang mampu terangi dan jelajahi hati ini
Senyum indah mu adalah ribuan kebahagiaan untuk ku
Namun derai tangis kecewa mu adalah ribuan anak panah yang menghujam hati ku
Ibu,,,aku tahu kau tangguh melebihi apapun dan aku bangga menjadi anak mu
Ibu,,,bagi ku kaulah segalanya dan tiada duanya
Ibu,,,I LOVE YOU...

Puisi Aku Malu Pada Mu, Ibu

Aku Malu Pada Mu Ibu

Derai tangis pilu hati tak mampu ku bendung lagi
Berat kurasa semua ini buat ku tersudut sendiri
Sejenak terlintas tuk pergi jauh tinggalkan semua yang telah lalu
Namun semua percuma, tak mampu kurangi kecewa di hati mu

Aku malu pada mu ibu
Aku tak bisa buat mu bangga pada ku
Tiada maksud buat mu terluka, walau kau tak menunjukkannya
Aku tahu masih banyak kesempatan bagi ku untuk maju

Tapi pantaskah diri ini masih bisa ada di bawah kasih mu?
Aku malu pada mu ibu
Aku ingin kau tahu, bahwa aku tahu hati mu
Hati yang tersayat akan diri ku yang selalu mengubah alur nasehat mu

Hati yang tergores akan sikap yang telah melukai lembut perasaan mu
Hati yang menangis dalam tiap malam mu
Aku malu pada mu ibu
Terimalah maaf dari ku... 

Islam Will Dominate: Sepucuk Surat Jihad Bagi Umat Islam Indonesia Dari Palestina

Puisi Andai Saja

*Andai Saja... *

"Andai" adalah yang paling aku benci dulu
Namun sekarang, ebtah apa yang buatku sika menggunakannya
Tepatnya saat ku jumpa dengan diri mu
Aku jadi suka berandai-andai dalam kesendirian ku

Andai saja kau jadi milik ku, betapa bahagia ku rasa diri ini
Andai saja ku mampu penuhi semua inginmu, sungguh berartinya hidup ini
Andai cinta adalah misteri, akan ku kuak kisah cinta ini
Andai ku mampu melukis di angkasa, kan ku lukis wajah cantik mu disana

Andai ku bisa menguras lautan, akan ku buatkan kau istana terluas sepanjang sejarah
Andai kau tahu mimpi-mimpi ku ini, pasti kau akan ketawa geli
Kau pasti akan berpikir kalau aku gila
Ku akui aku memang gila akan cinta mu...

Puisi LELAH KU

# LELAH KU #




















Ku berlari kencang melawan arah angin yang menantang
Entah apa yang ku cari tak pernah tahu diri ini
Lelah tak pernah ku rasa walau kadang datang menyiksa
Letih tak pernah ku undang namun datang membuat pedih

Jiwa dan raga ku sakit tak ku pungkiri semua menjadi sulit
Lemah ku rasa diri ini seakan tak mampu melangkah lagi
Semua menatap hina pada diri yang tak bermakna
Sungguh ku tersudut dalam bayang kelam tiada kepastian

Aku lelah jika harus seperti ini
Sulit ku bergerak dalam kekang waktu yang tajam
Aku sakit jika harus bernafas akan udara naif yang berhamburan
Lelah ku semakin menjalar kala semua terlihat dalam nyata

Ku ingin ada semangat datang walau sekejap ku rasa
Benarkah tak ada lagi yang perduli pada diri ini?
Berat ku pikir semua ini
Semua seakan menggantung pada tubuh yang lelah ini

Perasaan yang tak ku mengerti dan ribuan nyata yang ku hadapi benar-benar buat diri ini lelah bertubi-tubi...

Cerpen Inspiratif Aku Ingin Membeli Ayah Baru

"Aku Ingin Membeli Ayah Baru"

15 November 2008 adalah hari kelabu untuk Alif dan keluarganya. Ayah tercintanya telah berpulang ke Rahmatullah, setelah setahun terahir ini bolak balik masuk Rumah Sakit akibat penyakit kronis yang di deritanya. Kala itu Alif masih berusia 15 tahun dan ia juga mempunyai adik yang berusia 2 tahun. Almarhum ayah Alif memang sangat menginginkan seorang putri, namun sayang setelah seorang putri yang cantik dan lucu itu lahir beliau harus pergi untuk selama-lamanya. Alif benar-benar sangat kehilangan sosok ayah yang selama ini tak pernah ia kenali dengan baik, pasalnya sejak kecil alif telah tinggal bersama neneknya di desa, sedangkan ayah dan ibunya tinggal di kota mengurus bisnis furniture yang telah menjadi bisnis turun temurun. Namun dalam hati Alif, ia sangat bersedih walau selama ini ia tak pernah dekat dengan ayahnya karena ayahnya selalu sibuk dan sibuk kerja hingga untuk menjenguk alif saja ia suka tidak punya waktu luang.

Hari-hari pun berganti dengan cepat dan alifpun telah dinyatakan lulus dari SMP. Hatinya sekarang di selimuti rasa bimbang, galau, dan kawan-kawannya, sebab ibu alif ingin dia tinggal di kota dan disisi lai alif merasa tak tega dengan neneknya yang selama ini telah merawat, menjaga, dan membimbing banyak hal padanya. Alifpun berniat membawa san nenek ke kota, tapi sang nenek tetap bersikukuh ingin tinggal di desa. Dengan berat hati alifpun memutuskan untuk tinggal di kota, ia tak tega jika harus melihat adiknya terus-terusan memanggil nama ayahnya. Mungkin dengan datangnya alif, semua akan menjadi lebih baik. Jujur selama ini alif sangat membenci adiknya itu, karena alif merasa setelah adihnya itu lahir ayahnya sering sekali masuk Rumah Sakit dan alif tambah benci padanya setelah ayahnya meninggal, karena ia merasa adiknyalah yang menyebabkan ayahnya meninggal. Selain ingin memenuhi permintaan ibunya dan untuk melanjutkan sekolah di kota, alif juga ingin membalas dendam pada adiknya itu.

Awal nya alif memang bersusah payah untuk menjahati adiknya itu. Namun semua niatan itu sirna kala ia melihat mata indah "Dewi" adiknya. Rasa benci itu pun berubah menjadi rasa sayang yang amat sangat mendalam pada dewi, apa lagi jika alif mengingat pesan terakhir dari ayahnya untuk menjaga ibu dan adiknya. Tahun berganti tahun,,, sekarang alif sudah menginjak bangku kuliah. Ia memilih kuliah di kota ini saja, meskipun ia mendapat beasiswa untuk kuliah di kota lain yang lebih besar. Namun alif ingin belajar untuk mengikuti jejak kedua orang tuanya berbisnis, namun alasan utamanya ia menolak beasiswa itu adalah ia tidak tega meninggalkan dewi yang sekarang sudah menginjak sekolah dasar. Karena selama ini dewi sangat dekat dengan alif. Alif sudah menjadi pengganti ayah buat dewi. Begitupun dengan alif yang selalu memberi perhatian lebih pada dewi. Sejak dewi masuk kelas satu sekolah dasar, alif yang bertugas mengantar dan menjemputnya di sekolah. Dirumah alif yang menjadi guru private buat dewi, karena dewi lebih menangkap pelajaran tambahan yang di jelaskan oleh alif daripada guru private yang sudah di beri tugas oleh ibu alif. Hari-hari mereka pun berlalu dengan sangat menyenangkan.

Namun hari itu lain, wajah dewi tak tampak ceria seperti biasanya. Ia tampak langsung masuk mobil tanpa menegur Kakaknya, alif yang tengah menunggunya dari tadi di depan sekolah.
"loh...loh... kak kok di cuwekin?",,,,tanya alif heran dengan masih mematung di depan mobil.
"Ayo.... cepat pulang......!!!", teriak dewi dari dalam mobil yang membuat alif sedikit kaget.
Alif pun buru buru masuk kedalam mobil dan menghidupkannya. Sekilas ia melirik ke dewi yang hari ini memilih duduk di kursi belakang. Nampak ia marah dan sedih, entahlah  yang mana yang benar. Yang jelas saat itu alif tak berani lagi menggodainya. Mobilpun melaju dengan kencang hingga tiba di rumah.
"tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttt.................................", suara klakson mobil alif membangunkan pak. Salim satpam rumahnya yang suka tidur.
Nampak pak salim kaget dan mulai mengeluarkan jurus pencak silatnya. Alifpun ketawa ngakak, berharap dewi juga ikut tertawa. Namun semua sia-sia, dewi tetap diam tanpa sepatah katapun dan tanpa perubahan mimik wajah, memang tak seperti biasanya. Biasanya ia yang dengan semangat membunyikan klakson untuk membangunkan pak Salim untuk membukakan pagar depan dan dewipun akan tertawa terpingkal-pingkal jika melihat aksi pak salim yang kaget dan mengeluarkan jurus pencak silatnya.
"Ahhhhhhhh....................aden, kebiasaan nih benguninnya pake klakson.............................bapak kaget berat nih..............", protes pak salim sambil membukakan pintu pagar dan berlari ke arah garasi untuk membuka pintu garasi.
"Maaf ya pak..................", Teriak alif sambil mengarahkan mobilnya ke garasi.

Dewi pun segera berlari ke kamarnya tanpa sempat berbicara sepatah kata pun dari tadi. Padahal tadi pagi ia masih baik-baik saja tanpa menunjukkan wajah yang seperti itu dan masih dengan kecerewetannya. Alifpun tampak kebingungan dengan sikap dewi yang demikian.
"bi Minah.................bi minah.....................", teriak alif memanggil bi minah pembantu rumah tangga di sini yang sudah dekat juga dengan dewi.
Buru-buru bi minah dateng dengan masih membawa spatula di tangannya.
"wow........ wacau...........................................", becanda alif dengan menirukan gaya brus lee saat ia melihat bi minah membawa spatula mendekatinya. Bi minah yang latah pun ikut-ikutan menirui gaya brus lee.
"ah,,,, aden ini becanda aja kerjaannya. ohya ada apa ya aden menggil bibi?"
nampak alif masih ketawa liat gaya bi minah tadi. "Oh gini bi, dewi ngambek tuh....dia......................"
"apa, pasti aden ya yang buat non dewi ngambek.. ih aden ini memang nakal... ................................", potong bi minah dengan menjewer telinga alif.
"Huuuuuuuuuuuuuuuuussssssssss....Sakit. Bukan sama aku kali.........", protes alif memegangi telinganya yang masih terasa kepanasan.
"terus sama siapa? hayo ngaku aja........................." introgasi bi minah.
"tau................yang jelas aku manggil bi minah itu buat nanya kenapa dewi kayak gitu.! eeehh....malah main jewer aja nih....", bela alif.
"Ok ok entar lagi bibi tanyain kenapa. Tapi kok bau gosong ya??? AAAAAAAAAAAAAAAhhhhhhhhh tidak, ikan gorengnya gosong................", bi minah panik dan langsung berlari ke dapur.
"hahahahahhahahhahhah..........", alif tertawa tanpa henti melihat bi minah berlari panik.

Haripun beranjak malam. Namun gadis kecil "Dewi" tak kunjung keluar kamar dari tadi siang. Alif dan ibunya sedang menunggu ia di meja makan. Nampak bi minah juga sudah duduk di meja makan, ia sudah siap untuk menyuapinya.
"gimana tadi bi,,,, kenapa dia kok aneh begitu?", tanya alif pada bi minah.
"gini nyonya dan aden, tadi itu non dewi cerita kalau......................................................"
"cukup bi,,,,,", potong suara merdu dewi yang berlari ke arah pintu.
"ya udah, ceritanya nanti aja. sekarang kita makan. itu bi minah sudah siap mau nyuapi kamu.", tegas ibunya alif. Makan malampun berlangsung dengan beribu pertanyaan di benak alif dan ibunya. Terlihat gadis kecil dewi masih manyun aja mukanya.

Selesai makan gadis kecil itupun di gendong oleh ibunya,,,ke ruang tengah. Ia masih tampak murung. Entah apa sebabnya tak ad ayang tahu. Alif pun menyusul ke ruang tengah. "ini loh bu, dari tadi siang saat pulang sekolah ia tak bicara sepatah katapun. malah nyuwekin aku yang udah dengan setia jemput dia." alif mulai menceritakan kejadian tadi siang.
"kamu kenapa sayang? ada yang jailin kamu di sekolah?", tanya ibu alif dengan nada yang lembut penuh kasih.
"emmmm...emmm,,,,adik boleh tanya sesuatu gak sama ibu?", tanya gadis kecil itu mulai berani bicara.
"tanya apa?", tanya ibunya kembali.
"Ada gak toko yang jual ayah? aku mau beli ayah.", ucap gadis kecil itu mulai menitikan air mata.
Nampak alif dan ibunyapun tak kuasa menahan air matanya mendengar  pertanyaan Dewi.
"adik ingin yang antar jemput adik sekolah itu ayah, seperti temen adik, melati yang selalu diantar dan di jemput ayahnya."
Alifpun tak kuasa membendung lagi air matanya, nampak bi minah yang sedari tadi berdiri dekat pintu juga ikut menitikan air matanya mendengar cerita gadis kecil dewi. Alif dan ibunya pun tak mampu lagi harus berkata apa untuk menjawab pertanyaan Dewi.
"Ayah...itu bukan sesuatu yang di jual,sayang. Namun ia dititipkan oleh Allah kepada kita sebagai seorang anak. Dan Allah berhak mengambilnya kapan saja.", ibu alif mulai bicara masih dengan di iringi deraian air matanya yang kian tumpah dengan mengingat almarhum suaminya.
"Tapi kenapa Allah mengambil ayah dewi? dewi masih belum pernah melihat wajah ayah secara langsung. Ayah juga belum pernah mengantar dewi sekolah." tanya gadis kecil itu lugu.
"Ayah dewi sudah ada di surga bersama Allah. Ayah liat Dewi dari atas surga. Jadi ayah selalu jaga dewi dari surga."jelas ibu alif.
"iya adek,,, kan masih ada kakak di sini. kakak adalah pengganti ayah buat adek. Adek bilang saja kalau kakak ini ayah adek sama teman-teman adek", jelas alif masih dengan deru air matanya.

Semua air mata tertumpah malam itu juga. Semua kembali terkenang akan Sosok ayah yang lima tahu lalu menjadi pemimpin dan pelindung keluarga ini. Dewi kecil yang murung itu pun kembali ceria esok harinya. Ia tak lagi murung. Ia tahu ayahnya sudah ada di surga. Dan ia juga percaya dimanapun ia berada, ia akan selalu melindungi dewi kecil yang lucu. Dewi pun tak lagi malu dan marah saat teman temannya menanyai keberadaan ayahnya. Ia selalu bilang, "Ayah ku akan selalu ada dalam hati ku untuk selamanya." Dan sejak saat itu semua berjalan lebih baik lagi dan lebih baik lagi.

Puisi Tak Tentu Arah

^^ Tak Tentu Arah ^^

Terik mentari seakan tak kenal kasih pada tubuh yang lemah ini
Memeras semangat yang kian menguap bersama butir butir lelah
Aku tak ubahnya seonggok jiwa di tengah padang pasir yang gersang
Tanpa ada tanda kehidupan tanpa ada tanda kematian
Ku berharap setetes air mampu basahi hati dan jiwa yang kering ini
Ku ingin saat ini angin datang membawa ku terbang bagai buih yang ringan
Namun semua hanya mimpi saat semua melihat tabir nyata
Sungguh ku lemah tak berdaya menghadapi ini semua
Ku tak mampu lagi tentukan arah yang tambah buat hati ini resah
Entah pada siapa ku berharap satu jalan
Jalan yang akan membawa ku pada mimpi dan angan ku
Aku lelah aku lemah aku sedih aku resah
Ku hanya ingin semua berubah lebih indah dan lebih nyata

Cerpen Islami Bertukar Kitab Suci

Bertukar Kitab Suci


Sore hari adalah saat yang tepat untuk menyaksikan mentari kembali ke peraduaanya. Saat di mana cahayanya akan meredup dan berganti gelapnya malam.  Terlintas nama Maria saat ku menatap ke ufuk barat dari balkon apartemen ku. Maria adalah seorang pernah yang mengisi hari-hari ku. Dia adalah teman satu kampus ku di Usyd (Sydney University). Kita adalah pasangan yang berbeda iman. Jujur selama menjalin hubungan dengannya tak sedikitpun kami mempermasalahkan atau membahas tentang kepercayaan kami masing-masing. Sebelum cerita ini di lanjut, izinkan aku perkenalkan nama ku. Aku Iqbal Alamsyah mahasiswa asal Surabaya, Indonesia. Aku terlahir dari pasangan suami istri yang sangat-sangat mengedepankan hukum islam dalam hidup ini. Sejak kecil aku sudah sekolah di sekolah islam hingga setelah lulus dari Senior Hight School aku mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Australia. Jujur kala itu  abi dan umi ku tidak setuju, namun dengan sedikit rayuan maut akhirnya aku di ijinkan juga mengambil beasiswa itu. Masih teringat jelas dalam bayang ku saat umi dan abi berpesan untuk tidak meninggalkan sholat, puasa, dan perbanyak ibadah meskipun di negeri orang. Jangan pernah takut sedikitpun untuk membela kebenaran. Dan untuk selalu membantu sesama semampu kita. Huuff... kala itu benar-benar perpisahan tersulit bagi ku. Apa lagi waktu itu aku aku baru lulus dari sekolah pesantren. Jadi sejak Junior hight school hingga detik ini aku jauh dari keluarga.

Tahun pertama di Australia adalah tahun tersulit bagi ku, terutama harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru ku. Apartemen yang aku tempati ini adalah apartemen yang memang disediakan khusus oleh pihak Universitas Sydney untuk mahasiswa asing seperti ku. Apartemen ku terletak di lantai sembilan dan semua penghuninya adalah mahasiswa asal Indonesia. Benar-benar perencanaan yang sempurna oleh pihak kampus, hingga kami penghuni lantai sembilan sudah seperti keluarga saja saat ini. Dan di sinilah aku mengenal sosok yang bernama Andinda Maria Fransiska asal Jakarta, Indonesia. Dia adalah seorang keturunan Cina, tinggi semampai, putih, berambut lurus dan yang paling aku kagumi darinya adalah kebaikan dan ke kekhusukannya beribadah dengan tidak pernah absen sekalipun untuk datang ke gereja setiap minggunya. Dialah orang yang pertama yang banyak membantu ku di sini untuk berkomunikasi dengan teman-teman lainnya, maklumlah english ku kala itu masih setandar dan aku juga kurang suka membuka diri pada orang yang belum aku kenal betul. Tapi tidak pada Maria, begitu ku memanggilnya. Dia tampak tahu apa yang ku ingin dan ku butuh, hingga tak jarang dia yang selalu menemani ku kemanapun aku ingin pergi. Meskipun umur kita sama, tapi maria adalah senior ku di kampus. Dia sudah menginjak semester tiga kala aku masuk ke universitas itu, hingga tak heran jika dia sudah hafal seluk beluk kota Sydney dibanding aku. Dia juga termasuk mahasiswi yang berprestasi, makanya ia ikut acseleray tinggkatan dan dinyatakan lulus dan langsung masuk semester tiga.

Detik demi detik pun pergi, hari demi hari pun berlalu, bulan demi bulan pun beranjak dengan cepat. Tanpa sadar kekaguman ku pada Maria berubah menjadi sebuah rasa yang tak ku mengerti artinya. Rasa yang membuat ku ingin selalu ada di sampingnya. Rasa yang membuat aliran darah berdesir kencang dari pada biasanya saat di dekatnya. Sebelumnya aku tak pernah merasakan hal semacam ini. Inikah yang di namakan cinta? Hah...entahlah, yang jelas hati ku bimbang dan resah. Aku takut Maria tak memiliki rasa yang sama pada ku. Tapi bagaimana aku bisa tahu kalau aku tak menanyainya? Sore itu pun aku ajak maria ke Bondi Bech, pantai dengan kilauan pasir putihnya yang memanjakan mata dan yang di hiasi dengan ombak yang cantik dan mempesona. Nah... inilah saat yang paling tepat untuk menyatakan rasa cinta ku padanya yang akan disaksikan oleh indahnya sun set Autralia.

"Maria, Jujur saat ini aku ingin mengatakan sesuatu pada mu. Sesuatu yang awalnya tak ku mengerti, namun semakin aku menutupnya ia semakin ingin menunjukkan diri." suara ku bergetar kala itu dan tak mampu ku menatap mata nya yang teduh.
"Apa itu?", tanyanya dengan suara yang lemah yang seakan ia tak kuasa tuk mengatakannya.
Sejenak ku masih ragu dengan apa yang ku lakukan ini. Namun dengan rasa yang bercampur aduk, ku beranikan diri tuk mengeluarkannya.
"Aku...Cinta...Sama Kamu Andinda Maria Fransiska, maukah kamu menemani ku untuk melukiskan sebuah cerita baru kita berdua?", dengan susah payah akhirnya kalimat itupun selesai ku ucapkan padanya. Dan seakan ada sebuah belenggu yang terlepas dari jiwa ku kala itu. Namun kurasa tak semuanya terlepas. Tak nampak ekspresi yang berubah dari wajah maria, namun........................................................................................................................................

"Ya, aku mau melukis hari-hari ku bersamamu. Tapi ingat satu hal.........................................", 
"Apa itu?", kejarku dengan sejuta semangat yang menggebu.
"Jangan pernah kau sakiti hati ku."
Ku hanya tersenyum dan ku beranikan diri tuk memegang tangannya, jujur selama ini kami belum sekalipun bersentuhan.
"I LOVE U MARIA................................", teriakku pada pantai tak berkasih.

Begitulah awal cerita cinta ku bersama maria yang disaksikan sun setnya pantai bondi yang menyejukkan mata. Hari hari berikutnya kami lewati dengan lebih saling berbagi kasih dan sayang. Layaknya pasangan lainnya kita selalu kemana mana berdua. Tapi aku tetap menjaga jarak dengannya, aku masih ingat pesan abi dan umi untuk selalu menghormati setiap kaum hawa yang lemah. Tak terbesit sedikitpun dalam akal dan hati ku untuk membawa maria pada hal hal yang negative seperti saran teman teman ku di kampus. Tak perduli mereka mengatai ku bodoh dan lain semacamnya. Yang jelas cinta ku tulus pada maria.  Setiap menjelang untuk menjemput mimpi, aku selalu menelfonnya hanya sekadar mengucapkan "Good night...have a nice dream... Dream of me... Bye...". Setiap malam aku selalu memikirkannya dan aku sudah menekadkan niat ku untuk menikahinya kelak setelah aku lulus. Namun bayang-bayang amarah abi dan umi sudah tergambar dalam benak ku jika beliau tahu calon menantunya adalah seorang kristiani. "Huuufff... sudahlah apa kata nanti. Pasti Allah memberi jalan untuk sesuatu yang baik." Selalu doa itu yang terucap jika ku sudah tak mampu lagi menemukan jalan keluar untuk masalah ini. Dan tidur adalah jalan terakhir yang ku pilih kala bayang bayang amarah abi dan umi semakin jelas tergambar. 




*********************************************************************************************************
Tiga tahun sudah ku tinggal di Australia. Dan ini tahun terberat bagi ku, pasalnya maria telah lulus dan berniat untuk kembali ke Indonesia. Sungguh ku ingin ikut pulang ke Indonesia, namun maria mencegah ku. "Perjalanamu tinggal sebentar lagi di sini. Percaya aku, kita pasti bisa bersama lagi nanti. Tolong jangan egois, tunjukkan kalau kamu bisa mewujudkan mimpi mu. Aku percaya kamu dan kamu harus percaya aku." ucap maria lirih di iringi deraian air matanya yang entah berapa banyak tertumpah kala kita berbincang di lobby apartemen. Aku pun juga tak kuasa untuk menitikan air mata ku. Sungguh berat kurasa saat itu. Dua hari lagi maria akan kembali ke Indonesia.

Siang itu nampak mendung, aku baru keluar dari Mesjid baitul huda, Marsden park, sydney. Setelah menyelesaikan sholat Jum'at berjamaah disini. Dua jam lagi maria akan kembali ke indonesia, kemarin sempat ku lihat Mama dan Papa maria datang untuk menjemputnya. Benar-benar hari tersulit bagiku. Sebentar lagi aku akan mengukir hari hari ku sendiri lagi, tanpa maria. Belum selesai ku memasang sepatu ku, tampak maria turun dari sebuah taxi. Segera ku berlari padanya. "Maria,... kamu...jadi berangkat sekarang?",,,tanyaku dengan suara setegar mungkin. Ku tak ingin Maria melihat ku bersedih. Namun................................
"Jaga diri kamu baik-baik ya, bal...................",,,,tangis maria mulai pecah dan ia mulai memeluk ku. Aku masih ragu untuk membalas  pelukannya. Tapi ku beranikan untuk membalas, karena ku ini adalah hari terahir maria di Australia. "Iya,,,pasti ku akan jaga diri baik baik. Kamu juga nanti di Indonesia harus bisa jaga kesehatan. jangan lupa untuk selalu  makan tepat waktu agar mag mu gak kambuh." Pesan ku padanya dengan suara bergetar dan akupun tak kuasa menahan air mata yang telah ku bendung beberapa hari ini. Dia pun melepas pelukannya dan memberiku Al Kitab yang selalu ia bawa. Melihat kebingungan ku mariapun berkata,,, "Maaf, iqbal... aku tak punya sesuatu yang berharga untuk ku berikan padamu. Hanya ini yang berharga bagi ku yang telah menemani ku ke manapun aku selama ini pergi. Tolong jangan tersinggung. Sungguh tiada maksud lain dari pemberian ini."
 Buru buru ku mengambil Al Qur'an dari dalam tas ku dan memberikan pada maria. Karena kado perpisahan yang ingin ku berikan padanya tertinggal di apartemen ku. Tadinya aku ingin memberikannya di airport. "Tolong terima ini, dan ingatlah aku sebagai seorang yang pernah singgah dihati mu saat lalu, sekarang dan selamanya." Air mata kami tak hentinya mengalir. Dengan erat maria menggenggam tangan ku. Dan dengan perlahan ia pun melepasnya dan pergi dengan taxi yang hanya menyisakan asap kenangan dan aku sendiri yang masih mematung di depan Masjid baitul huda, marsden park, sydney dengan memeluk al kitab pemberian maria.




***********************************************************************************************************

Hari hari berikutnya ku lalui dengan berat tanpa maria disisi ku. Namun di seberang sana maria masih suka mengirimi ku email dan tak ku lewatkan satu pesan pun darinya yang tak ku balas. Sesekali kita video call untuk melepas kangen. Maria juga selalu memberi ku semangat untuk meraih apa yang aku impikan. Dan itu adalah sesuatu yang sangat berharga dalam hidup ku ini.

Enam bulan berlalu tanpa maria. Sekarang ku sudah mulai bisa beradaptasi kembali tanpa maria. Kesibukan ku belajar menjelang ujian akhir membuatku jarang bervideo call dengan maria. Tapi emailnya selalu ku balas setiap saat. Ia pun mengerti kondisi ini. Namun yang aneh dari pesan pesan nya adalah sekarang ia lebih sering tanya tentang islam pada ku. Ku hanya bisa menjawab setahu ku saja dan ku sarankan dia untuk bertanya pada Ustad untuk lebih mendapatkan jawaban yang sempurna. Sempat ia memperingatkanku untuk tidak membuka atau membaca al kitab yang ia beri, entah kenapa tak pernak ku tanya padanya. Aku pun masih belum ada pikiran pikiran yang "aneh" tentang pertanyaannya kala itu. Karena aku pikir dia hanya sekedar bertanya. Karena saat itu otak ku sudah terinfus untuk fokus pada ujian akhir dan ujian akhir. Hingga tak timbul sedikit pun pertanyaan "Kenapa ia suka bertanya tentang islam? Apakah ia ingin masik islam? Apa yang mendasarinya? Bukankah ia aktivis gereja yang aktive?". 

Beberapa bulan terlewati dengan sempurna dan aku pun dinyatakan lulus. Sungguh senang rasa hati ini, ku tak sabar untuk kembali ke Indonesia bertemu dengan abi, umi, dan adik tersayang ku, serta Andinda Maria Fransiska tentunya. Sempat ku pikirkan kembali untuk menikahi maria dan pasti bayang bayang amarah abi dan umi yang selalu mengikuti. "Huuufff... akan ada masalah yang lebih besar nih." pikirku. Sore itupun aku segera membereskan semua barang-barang ku, karena besok siang aku akan meninggalkan Australia yang telah memberiku berjuta kenangan indah. Tak lupa ku kabari abi dan umi untuk menjemput ku di juanda, airport, surabaya, Indonesia. Dan tak lupa juga ku kontak maria dengan video call. tapi nampaknya maria tak menjawab. "Ada apa ini? Bukankah maria tahu kalau saat ini aku telah lulus. Apa ia sudah tak mau berbicara pada ku?", ku hapus semua pikiran negative itu. ku coba kembali mengontaknya dan setelah beberapa kali baru muncul wajahnya. Tapi....aneh, wajahnya terlihat lebih berseri dan......................Subhanallah,,, ia berjilbab. Seketika itu roh ku meloncat entah kemana. Ia meloncat lebih jauh lagi kala ku dengar kata salam yang begitu merdu dengan senyuman manis semanis suasana kala itu. "Asalamualaikum akhi Iqbal....." :) beberapa detik kemudian roh itupun kembali pada raga ku. dengan rasa senang yang tiada bisa ku ungkap dengan kata maupun coretan tinta, ku jawab salam itu. "Waalaikum salam warahma...... Ini benar kamu? Subhanallah..............." :)

"Iya akhi, ini Siti Mariyam..." :)
"Subhanallah....jadi selama ini pertanyaan pertanyaan kamu itu..............................".....
"Iya .........ceritanya panjang, saat sampai di sini, aku merasa begitu sangat rindu pada mu, dengan rindu yang mendalam itu ku buka dan kubaca hadiah terindah dari mu yang telah membuka pintu hidayah untuk ku......................................................................................................" potongnya......dengan bercerita panjang kali lebar hingga akhirnya ia memutuskan untuk menjadi seoranga muslim.
"Subhanallah.... ", hanya kalimat itu yang mampu ku ucap.

Segera ku bertolak dari negeri kangguru yang telah memberiku berjuta kenangan dan mimpi. Tak lupa ku sempatkan untuk sholat duhur di mesjid baitul huda sebelum ku berangkat ke airport. Setibanya ku di juanda airport, ku lihat abi, umi dan adikku tercinta "Aisyah". Segera ku hampiri mereka. Abi dengan rasa senangnya juga berlari ke arah ku di ikuti umi dan aisyah. Abi memelukku dengan erat. Tampak air mata mereka mulai mengalir kala itu. Begitupun aku yang tak kuasa lagi menahan air mata kebahagiaan ini. Selepas abi memelukku, segera ku peluk umi dengan erat pula. Kami pun pulang ke rumah yang selama empat tahun ini baru dua kali kutemui. Di mobil umi dan aisyah banya bertanya tentang ku, terutama aisyah yang bertanya tentang oleh oleh yang ia pesan.

Dua minggu telah ku lewati di kota kelahiran ku ini. Aku dan maria masih suka bervideo call. Dia sangat gembira sekali aku bisa sampai dengan selamat. Tanpa ku sadar abi dan umi memperhatikan aku yang lagi bervideo call dengan maria.
"hayooo... siapa itu? kok pake kata sayang sayang tadi umi denger ya abi???", tanya umi mulai menggodaku setelah ku menutup kontak dengan maria. Ku ceritakan semua tentang maria sejak kita pertama bertemu dan menjadi kekasih, dan maria yang sekarang menjadi muallaf karena hadiah al quran yang ku beri, serta niat ku yang ingin memperistrinya setelah lulus kuliah. Nampak abi dan umi bangga dan senang dengan cerita ku selama ini. Tak seperti bayangan ku dulu, sekarang semua berubah.

Ku utarakan maksud abi dan umi ku yang ingin segera melamarnya. Namun maria masih merasa ragu akan lamaran itu, pasalnya mama dan papanya sampai detik ini pun masih belum mengetahui kalau sekarang ia seorang muslim. Tapi dia sudah bertekat untuk menyampaikan hal tersebut segera. Dua minggu lebih maria tak lagi menghubungiku dan tak bisa ku hubungi. Dan sore itu hanfonnya berhasil ku hubungi,,, namun terdengar suara tangis diseberang sana.
"Asalamualaiku... kamu kenapa?" tanyaku panik
"Waalaikumsalam akhi,,, durhaka kah aku ini?", tanyanya masih dengan tangisan.
"Maksud kamu apa?" tanyaku mulai bingung.
"mama dan papa ku tak lagi menganggap aku sebagai anaknya karena aku sekarang menjadi seorang muslim. Dan saat ini aku sudah di usir dari rumah. Sekarang aku tinggal di sebuah panti asuhan islam di daerah jakarta selatan...................................................................................", ceritanya panjang masih dengan suara tangisan yang semakin pecah.
"Sudah,,, kamu jangan bersedih. Ini ujian dari allah...  Insya allah jika kita mampu melewatinya dengan sabar,,, pasti kebahagiaan yang akan kita dapat. Kamu tenang ya. Sekarang juga aku akan menjemput kamu." Ucap ku memenangkannya.

Detik itupun aku pergi ke jakarta, abi dan umi sangat sangat mendukung apa yang ku lakukan. Bahkan beliau juga ingin ikut menjemput maria, namun aku tolak. Setibanya di tempat yang di maksud maria aku segera masuk dan bertanya pada seorang ibu tentang keberadaan maria. Dan ternyata benar maria ada di sana. Ku minta ijin untuk membawa maria pada ibu itu yang ternyata pimpinan panti asuhan tersebut.
Segera ku bawa maria ke rumah ku. Nampak abi dan umi senang sekali padanya. Begitu aisyah yang cepat sekali akrab dengannya. Beberapa bulan kemudian kamu menikah, namun kala itu maria masih mengharap mama dan papanya datang ke acara pernikahan kami. Tapi semua itu tak terwujud tapi beberapa hari setelah pernikahan kami, mama dan papa maria yang saat ini menjadi mertua ku datang ke rumah meminta maaf dan memberi restunya pada kami.



Lengkap sudah kisah cinta kami berdua.  Beginilah hidup,,, hidup itu ujian. Siapa yang mampu melewatinya dengan sabar dan penuh keikhlasan, Insyaallah hasil akhirnya akan sesuai dengan apa yang kita inginkan....................................................................................................

#salam kasih dari aku untuk semua para pembaca... semoga bisa membawa hikmah bagi kita semua... kritik dan saran masih sangat saya butuhkan....

Puisi Setetes Air Mata

Setetes Air Mata

Entah harus bagaimana rasa hati ini ku tunjukkan
Kala semua tersenyum bahagia, ku di sini hanya bisa duduk merana
Tanpa kurasa air mata ini mengalir
Aku ingin tegar seperti karang, namun apa daya kapal hati ku karam
Ku tak ingin berdusta bahwa hati ini benar-benar iri pada mereka
Mereka yang bisa nikmati semua dengan hati yang bahagia
Ku hanya bisa simpan semua kecewa dalam dada yang mulai sesak
Aku tak tahu sampai kapan ini berakhir
Sungguh aku ingin semua berubah
Aku ingin ikut bahagia bersama mereka
Namun kenapa semua tak mengerti akan gelisah hati ini
Biarlah kecewa tumpah ruah bersama mengalirnya air mata ini
Aku yakin Tuhan mendengar cerita dan jeritan hati ini...

Cerpen Terbaru Ternyata Kau Tak Tulus Mencintai Ku

Ternyata Kau Tak Tulus Mencintai Ku


Perkenalkan nama ku Aisyah. Aku adalah seorang singel parent. Aku punya seorang anak gadis yang cantik. Saat ini ia baru berumur 3 tahun, namanya Nurul. Sebenarnya aku tidak ingin berpisah dengan Mas. Azam. Tapi entah kenapa takdir berkata demikian pada kami. Jujur Mas.Azam adalah sosok lelaki yang soleh, tapi sayang aku harus menggugat cerai dia. Dia terlalu sering membuat sakit batin ini. Meski keluarga kami kelebihan materi, tapi itu bukanlah suatu jaminan untuk sebuah secuil kebahagiaan. Sebenarnya Mas.Azam adalah senior ku dulu di pesantren, tapi kami baru saling tahu setelah kami menikah. Sebenarnya aku masih sayang sama Mas.Azam, tapi rasa sayang itu sekarang sudah ku buang jauh ke dasar samudra. Mas.Azam adalah seoarang pemilik perkebunan tebu terbesar di kota ku. Semua yang aku dan nurul butuhkan selalu ia penuhi. Sebenarnya ia juga sangat sayang sama kami, ia sempat menolak untuk berpisah dari ku. Namun apa daya hati ku sudah terlanjur di sakitinya. Ia dengan diam-diam menduakan ku dengan menikahi seorang gadis pekerja di perkebunan. Dan lebih parahnya hal itu sudah berlangsung selama dua tahun. Benar-benar sesuatu yang membuat hati ku hancur tiada sisa. Setelah aku tahu hal itu, ku beranikan diri untuk pulang ke kotaku dengan membawa nurul tanpa sepengetahuan Mas.Azam. Ribuan rasa pedih kala itu menyelimuti hati dan jiwa ku. Setelah ku ceritakan semua yang ku alami di rumah suami ku pada abah dan umi, ternyata respon mereka lain.  Sebenarnya Mas.Azam telah terlebih dulu meminta ijin pada mereka dua tahun lalu. Alasannya adalah Mas.Azam ingin memiliki seorang putra. Kala itu aku seperti di sengat ribuan volt listrik setelah mendengar penjelasan dari kedua orang tua ku sendiri. Ternyata mereka telah terlebih dulu tahu hal ini. Tapi kenapa mereka tega menyakiti hati ku? "Astagfirlahaladim... Kenapa semua jadi seperti ini Ya Allah? Maafkan hamba Ya Allah, jika merasa bahwa ini suatu ketidak adilan."

Sebenarnya sejak melahirkan nurul, rahim ku harus di angkat. Karena pada waktu itu aku mengalami pendarahan hebat. Tapi mas azam tak pernah menunjukkan sikap yang berbeda setelah itu, justru rasa kasih dan sayangnya cenderung bertambah. Sekarang aku tahu mas azam seperti apa, dia hanya tidak ingin membuat sakit hati ku dengan meminta ijin dari ku untuk menikah lagi. Tapi apa dengan menikah secara diam-diam itu tidak membuat hancur batin ku??? Entahlah, ku tak mengerti dengan jalan pikiran mas azam. "Ya Allah, bantulah hamba menyelesaikan semua permasalahan ini. Beri hamba kekuatan lahir dan batin. Sungguh hamba tak ingin durhaka pada suami, jauhkan hamba dari perkataan dan sikap yang akan menyinggung hatinya." Hanya doa itu yang selau ku panjat setiap pagi, siang, sore, dan malam ku.

Sudah hampir seminggu aku tinggal di rumah orang tua ku, tapi mas azam tak kunjung datang kemari. "Apa dia senang aku tinggalkan? Apa ini yang dia inginkan? Apa .... Apa..... Apa....?" Ribuan pertanyaan kala itu berderu hujani pikiran ku. Hingga pada hari ke sembilan mas azam datang ke rumah. Benar-benar masa yang sulit bagi ku kala itu. Jujur ribuan makian telah tersedia untuknya. Namun ku ingat satu hal kala itu, syurga ku masih ada padanya. Ku tak ingin syurga itu lenyap bersama amarah yang menyelimuti hati ini.
 "Maafkan mas azam, dinda! mas azam mengaku salah. mas azam hanya tidak ingin membuat dinda kecewa dengan keinginan mas azam." ia berlutut di hadapan ku disaksikan abah, umi, dan nurul. Ku masih tak bergeming kala itu. Hanya satu yang ingin ku lakukan padanya. Memukulinya hingga ia tak berdaya. Namu lagi-lagi aku ingat bahwa ia masih suami ku.
 "Tapi saat ini apakah mas azam tidak menyakiti hati ku?" Tanyaku meredam amarah.
 "Mas azam tahu saat ini hatimu sakit sekali. Maka dari itu dengan segala kerendahan hati, mas azam ingin dinda maafin mas azam, mungkin abah dan umi telah cerita semua masalah ini sama kamu. Tapi jujur mas azam tak ingin kehilanagan kamu."
"Sudah terlambat mas...Cerita itu sudah basi. Dan sekarang mas azam telah mendapatkan anak lelaki itu. Jujur ya mas, aku tak kan bisa membencimu karena tak ada alasan untuk ku membenci mu. Tapi aku hanya kecewa dengan semua yang kau sembunyikan dari ku. Beberapa hari ini aku sudah memikirkan dengan sungguh-sungguh, bahwa aku ingin berpisah saja dari mu. Dan biarkan aku dan nurul hidap tanpa bayang-bayang dari mu." Ku beranikan meluapkan kata-kata itu dengan suara bergetar.
"Tolonglah din, mengerti aku... Aku hanya ingin anak laki-laki. Dan setelah itu aku akn menceraikannya. dan kita ........................................"
"Mas azam jangan gila ya,,, itu sama artinya mas azam menghancurkan dua hati wanita yang tak mengerti apa-apa. dan mas azam ingin aku yang merawat bayi itu??? hah... tidak mungkin dan tidak akan pernah mungkin aku lakukan itu." potong ku dengan menaikkan satu oktaf  nada bicara ku.
"Ceraika aku mas. Biarlah aku yang mengalah...", lanjut ku dengan suara melemah.
"Tidak, mas azam tak kan menceraikan mu... tak kan pernah,,,,,,", jawabnya mulai menitikan air mata.
"Aku janji pada mu mas, aku tak kan meminta apa-apa dari mu setelah kau ceraikan aku. Aku juga tak kan pernah mengganggu keluarga bahagia mu. kau bisa hidup dengan tenang nantinya. Tanpa harus kau tutup-tutupi lagi tentang hubungan kalian.", ku mulai ikut menitikan air mata. ia pun berlari ke arah nurul dan memeluknya. "baik jika itu mau mu, tapi aku bawa nurul!", jawabnya mulai mengancam.
"Tidak bisa dan tidak akan pernah bisa mas... biar pengadilan nanti yang memutuskan... biarkan untuk saat ini nurul bersama ku."....

Hari itu benar-benar hari yang sulit ku lupakan. Aku dengan sisa keberanian ku berkata kasar sama mas azam. Selama 5 tahun menjadi istrinya, aku tidak sekalipun berbuat demikian. Apa ini yang dinamakan luapan amarah? Huuufff... yang penting aku harus kuat. Proses pengadilan ku berlangsung secara alot, sidang pertama membahas tentang harta gono gini yang tak ku mengerti. Sidang ke dua membahas tentang hak pengasuhan anak. Sidang ke tiga pun demikian dan di menangkan oleh ku. Namun mas azam mengajukan banding dan dilanjut ke sidang ke empat. Dan selesailah proses perceraiaku ini, dengan hak asuh nurul dengan ku.

Tahun demi tahun berlalu, ternyata ini sudah tahun kelima aku lewati hidup hanya dengan nurul di kota X dimana aku bekerja saat ini. Selama lima tahun ini pun mas azam masih sering menemui ku dengan alasan kangen sama nurul. Tapi disetiap bertemu ia selalu minta rujuk. Namun tak pernah aku gubris permintaannya. Waktu berlalu begitu cepat, sudah banyak hal yang telah aku lewati berdua dengan nurul dan inilah yang membuat kami menjadi wanita-wanita super yang tangguh. Saat ini nurul sudah mulai meniru semua apa yang kulakukan, mulai ingin memakai jilbab, mulai sering ikut aku ke pengajian, dan hampir semua gaya ku dia tiru. Memang benar selama ini dialah cambuk buat ku untuk selalu menatap ke depan dan ke depan. Dialah segalanya bagi ku. Aku telah berjanji pada diri ku sendiri untuk selalu mendampinginya mencapai semua yang ia impikan. Aku ingin menjadi satu-satunya orang yang berada dibalik kesuksesannya.

Puisi Salahkah Rindu Ini?

***Salahkah Rindu Ini?***

Rindu hati ingin segera bertemu, dengan paras cantik berbalut kerudung biru
Sungguh lucu rindu ini, karena aku belum mengenalmu
Namun, pertemuan singkat itu, selalu datang dalam bayang ku
Ingin hati mengenal namamu, tapi entah kapan kita kan bertemu
Setiap waktu ku meminta pada Nya agar kita dapat berjumpa
Senyum indah yang kau beri buat tubuh tak terkendali
Ingin rasa memutar waktu untuk menyapamu
Tak jemu ku berharap hanya sekedar tuk menatap
Salahkah rindu ini padamu yang tak ku mengerti?
Entahlah, tapi ku selalu memohon tuk dapat mengenalmu lebih jauh lagi...

Puisi KAMU Vs AKU

Kamu dan Aku

Kamu dan aku adalah satu kekuatan
Kamu dan aku adalah satu janji
Kamu dan aku adalah satu semangat
Kamu dan aku adalah satu kebahagiaan

Kita adalah dua hati yang bersatu
Kita adalah dua jalan yang berjajar
Kita adalah dua insan yang melengkapi
Kita adalah dua cinta yang abadi

Saat kita bersama indah dunia ini terasa
Semua begitu berwarna saat kita berbagi cerita
Ingin ku jelajahi dunia berdua dengan mu
Beritahu pada semua bahwa kau adalah milik ku

Harus ku akui ku tak bisa hidup tanpa cinta mu
Karena cintamu adalah napas untuk ku
Ku rela korbankan semua yang ku miliki
Andaikan ku tetap bisa bernapas dengan cintamu

Tak kan pernah ku lupa janji hidup semati kita
Tak kan ku relakan hati ini berpaling pada cinta dan kasih yang lain
Tak kan ku izinkan hati dan matamu bersedih
Karena kamu dan aku adalah satu kasih   
Terima kasih atas kunjuang nya, semoga bermanfaat dan membawa kita menuju ridho Allah :)Salam Super... :)
 
Copyright 2009 Kumpulan Puisi dan Cerpen Terbaru All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes
Blogger Templates