RSS

Di Negeriku Dasi dan Jas Adalah Lambang Dari PENINDASAN

        Sebilah duri terasa menancap pada kaki-kaki mungil mereka, namun setiap saat langkah-langkah kecil itu menari-nari indah di salah satu sudut kota besar ini. Tanpa rasa malu, tangan-tangan itu menengadah, ada yang menjual, ada juga yang merampas. Mereka bukan tak tahu apa-apa. Tapi apa peduli mereka untuk tahu apa-apa? Mereka hanya tahu perut yang kosong perlu di isi dengan makan. Tubuh yang lemah dengan tidur. Tidak jauh dari itu. Bukan, bukan salah mereka begitu. Mereka bukan tak punya pemikiran tentang masa depan. Masa depan??? Masa depan itu, "besok apa yang bisa dimakan?" Pemikiran tentang cita-cita bukan tak pernah hinggap pada otak mereka. Tapi sekejap ia menguap bersama pikiran "bagaimana aku bisa makan hari ini?"

        Wahai kau yang disana! iya kamu! yang berdasi dan duduk santai di kursi. Tidak kah ada sedetik dalam hari mu untuk memikirkan bocah-bocah malang ini ? Bukankah mereka amanah yang dulu sempat kau minta? Iya kamu yang minta! Aku ingatkan! Kau meminta untuk bisa duduk di kursi yang menuh dengan debu itu, kau minta kami untuk mengangkatmu untuk bisa menempati kursi busuk itu. Tidak ingat kah kamu ? Tidak hanya janji yang melambungkan hati kami yang kau lontarkan. Tapi kau beri kami harapan-harapan "kentut" yang hanya menyisakan bau busuk pada kehidupan kami. Bercampur dengan udara kotor penuh kenaifan yang kau hembuskan, yang membuat kami sesak dan tak berdaya.

        Ternyata janjimu tak lebih dari "kentut". Menggegerkan orang yang mendengar bunyi kerasnya. Memabukkan orang yang menghirup aromanya. Inikah tujuan mu yang sebenarnya, wahai kau yang berdasi ?Tujuan hanya untuk kesenangan mu semata ? Disini kami terbelenggu dalam terali takdir yang menyiksa. Terkekang nasib yang menyesakkan dada. Tolong, tolonglah kami yang lemah ini. Sudah cukup janjimu tak kau tepati, itu sudah cukup membuat kami kecewa level 8 pada mu. Jangan kau berulah lagi dengan menggeruk kekayaan negeri ini hanya untuk menggembungkan perutmu semata. Banggakah kau lakukan itu ? Kau hisap negeri ini sesuka hati mu, tanpa kau pikirkan rakyat kecil seperti kami ?

        Kau lukai hati kami dengan tampil di TV sebagai seorang koruptor. Tak ku lihat raut penyesalan dari wajah mu. Hanya senyum naif yang kau lontarkan. Sungguh... pengecut diri mu! Dimana hati nurani mu ? Masihkah kau merasa benar ? Yang kami tahu, kau laksana ulat dalam daging. Memakan daging negeri sendiri untuk kepuasan mu, tanpa sedikitpun kamu pikirkan akibatnya. Kamu memang manusia biasa. Kita juga manusia biasa. Hanya kata maaf, pengakuan dan rasa bersalah yang ingin kami dengar dari mu wahai koruptor. Tapi mana itu? Kau malah tersenyum girang di depan kamera wartawan.

        Kami hanya rakyat kecil yang selalu menjadi korban-korban penguasa. Kami tidak menuntut banyak dari mu wahai "Penguasa", kami hanya minta jujurlah dalam membangun negeri ini. Amanahlah dalam duduk di kursi panas itu. Ingatlah kami yang lemah ini. Kami sudah terlalu lemah untuk kau permainkan. Cukup, cukup tidak kau lakukan "KORUPSI". Kami sudah bangga pada mu. Tapi apa kenyataannya saat ini, hidupmu hanya sebatas materi duniawi, tak pernah kau ingin tau tentang kehidupan kami di dasar ini, di negeriku dasi dan jas adalah lambang dari PENINDASAN.

@SulaimanAlghif

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Bangkit Melawan Atau Mati tertindas

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjuang nya, semoga bermanfaat dan membawa kita menuju ridho Allah :)Salam Super... :)
 
Copyright 2009 Kumpulan Puisi dan Cerpen Terbaru All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes
Blogger Templates