RSS

Cerpen Terima Kasih Ibu, Kaulah Dibalik Sukses Ku

       


         Hidup adalah sebuah misteri yang tak sekalipun pernah kita tahu isinya. Hanya Dia, Allah lah yang maha Mengetahui. Hanya satu hal yang harus kita lakukan, bersyukur dan tetap berprasangka baik pada Allah. Perkenalkan, aku Ricky, pemuda lajang 27 tahun, asal kota kembang, alhamdulillah telah bekerja di salah satu perusahaan tambang terbesar di negeri ini. Kisah hidup yang ku lalui tak sedikitpun pernah terbesit dalam pikiran ku. Sejak kecil aku sudah di ajarkan untuk hidup sederhana dalam kecukupan. Ayahku seorang pengusaha properti yang bisa di bilang cukup sukses di wilayah jawa barat. Ibu ku adalah layaknya wanita muslimah yang bertugas membimbing putra dan putrinya. Bukan karena ibu tidak berpendidikan tinggi hingga ia hanya menjadi ibu rumah tangga, ibu ku adalah lulusan sarjana ekonomi terbaik dari kampusnya. Aku bersyukur lahir dari keluarga yang sangat menjunjung sebuah kehidupan yang agamis. Aku juga akan tetap bersyukur jikalau Allah mentakdirkan ku lahir dalam kehidupan yang lain. Karena aku tahu inilah hidup. Sejak kecil aku tidak pernah kekurangan kasih sayang dan perhatian dari ayah dan ibu ku. Karena aku adalah anak pertama yang sampai menjelang kelas 2 SMP baru mempunyai adik. Mungkin karena faktor jarak umur yang jauh inilah aku merasa tidak ada masalah mempunyai adik, kala itu aku berpikir, aku sudah terlalu besar untuk selalu mendapat perhatian ayah dan ibu. Adik pertam ku adalah laki-laki, namanya Dimas. Aku tidak pernah akrab dengan nya sejak kecil. Terlalu sibuk dengan sekolah, tak ada waktu untuk bermain dengan Dimas. Menjelang semester 6 di bangku kuliah, aku punya adik kedua, perempuan yang sangat cantik. Namanya Putri, iya... dia laksana putri kecil di keluarga ku. Keluarga yang sederhana dan indah ku rasa.

        Belum genap adik ku yang terakhir berumur setahun, takdir hidup berkata lain. Ayah, orang selama ini menjaga keluarga ini pergi untuk selamanya. Tiada kata yang mampu ku ucap di akhir hidupnya, kecuali maaf dan maaf. Tak kuasa kala itu aku membimbingnya menyebut Asma ALLAH. Air mataku tak mampu ku bendung. Putri seakan mengerti dengan suasan ini, ia juga menangis dalam gendongan ibu. Dimas yang kulihat juga meneskan air matanya dengan masih menggenggam erat tangan ayah. Yah... inilah hidup. Tiada yang tahu kemana kita akan di bawa oleh takdir NYA.

        Sejak kepergian ayah, baru ku rasa kerasnya hidup ini. Kuliah ku masih di ujung perjalanan. Dimas, adik ku juga masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Adik ku yang terakhir masih butuh kasih sayang dan perhatian yang lebih. Hanya Allah tempat ku meminta perlindungan dan kekuatan. Ibu dan aku mencoba melanjutkan usah ayah. Labih kurang setahun kita melanjutkan usaha ayah, bukan untung yang kita dapat. Tapi kerugian yang begitu sangat tidak wajar. Astagfirlahaladim... Ibu hanya bisa tersenyum dalam kegamangan rasanya. Semenjak ayah tidak ada, ibu selalu mencurahkan isi hati nya pada ku.
"Ibu bukanlah wanita yang kuat, ibu rapuh nak. hanya kamu dan adik-adik mulah yang mebuat ibu masih bertahan."
sebuah kalimat dengan mimik wajah yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Sebuah kalimat yang lahir dari dasar hati terdalamnya. Sebuah mimik wajah yang membuat ku merasa berat untuk melukai hati nya.

       Ku coba bekerja paruh waktu untuk mengimbangi usaha properti yang kini kian memburuk. Di semester akhir ini tidak ada banyak kegiatan di kampus. Hanya sesekali saja aku ke kampus untuk mendapat mentoring dan berkonsultasi dalam pembuatan tugas akhir ku nanti. Ibu masih dengan setia merajut usaha ayah yang kian memburuk, padahal kita sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun ada saja hal-hal yang tidak kita inginkan, mulai dari pengiriman barang yang entah di bawa kemana oleh kurir kita dan tak pernah sampai pada pembeli. Sampai pada banyak bahan baku yang hilang di gudang. Sungguh sebuah derita dalam derita kita rasa. Kenapa orang-orang yang sangat kita percaya, berbalik arah menghianati kita. Entahlah,,, inilah kehidupan.

        Terpaksa usaha properti ayah kita tutup. Ibu mencoba melamar kerja kemana-mana. Dan pagi itu alhamdulillah, ada panggilan kerja dari bank daerah yang ada di kota ku. Ibu sangat senang sekali. Tapi dia juga merasa berat meninggalkan adik ku, putri yang masih kecil. Aku sudah melarang ibu untuk bekerja. Tapi ibu tetap memaksa dan meminta ku fokus menyelesaikan tugas akhir ku.
"Tahun ini akan ada banyak pengeluaran. Kamu butuh biaya dalam kelulusan kamu nanti. Adik mu, dimas juga akan lulus dari SMA dan dia juga harus lanjut kuliah seperti mu. Ibu ikhlas dan kuat, jika kalian kuat." nasehat ibu dengan tetesan air matanya di pagi itu. Aku dan dimas hanya bisa tertunduk dalam kesedihan yang mendalam. Pagi ini ibu diantar dimas untuk inter view, aku bertugas menjaga putri di rumah.

        Ku rasa sangat tidak adil hidup ini. Tapi aku masih bersyukur tidak sampai seperti meraka yang ada di jalan-jalan dan sudut-sudut kota. Mereka yang meminta-minta dan sering kali menjadi sampah masyarakat.

        Aku sangat kasihan sekali pada adik ku Putri, yang belum tahu apa-apa tentang arti hidup, tapi sudah mengalami yang seperti ini. Dengan perjuangan keras dan suntikan semangat dari ibu, akhirnya aku lulus juga. Adik ku dimas juga telah di terima di salah satu perguruan tinggi negeri di luar kota. "Terima kasih untuk hadiah terindah ini..." ucap ibu dengan mengecup kening ku. "aku juga mau mengucapkan terima kasih pada mu ibu, dan maafkan aku yang masih menyusahkan mu." Aku juga tak kuasa menahan air mata ku yang tumpah ruah di hari itu. Aku juga sempat iri ketika melihat teman ku yang berfoto dengan keluarga yang lengkap. Tapi aku disini hanya punya ibu ku. Ku coba hilangkan perasaan itu. Aku tetap bangga memiliki ibu seperti ibu ku.

        Kesusahan sepertinya enggan beranjak dari kehidupan kami. Dua tahun berlalu, aku masih belum juga mendapat pekerjaan yang tetap. Surat lamaran pekerjaan telah beratus-ratus aku tulis dan aku kirim pada setiap perusahaan di seluruh penjuri negeri ini. Tak satu pun yang terpikat oleh surat lamaran ku yang ku tulis dengan ribuan harapan dan ratusan tetes air mata. Kini ibu mulai lemah, wajah nya mulai tampak lesu. Adik ku putri, juga sudah mulai masuk sekolah. Beberapa bulan lagi kontrak kerja ibu habis. Adik ku dimas, yang jauh di sana beberapa kali meminta tambahan uang kiriman.

        Aku hanya bisa menangis dalam kesunyian malam. Meminta jalan dan kekuatan pada NYA sang pemilik segala kehidupan. Dengan ketulusan hati yang mendalam aku berdoa dalam perih hati menghadapi kehidupan. "Ya Allah... beri hamba jalan, Ya Rahman... beri hamba kekuatan. Ya Rahim... ridoi setiap cita-cita hamba mu ini. Cita-cita sederhana untuk menjadi manusia yang lebih bermanfaat untuk keluarga hamba, untuk orang lain, untuk agama, dan untuk bangsa ini Ya ALLAH..."

        Bersyukur dan berprasangka baik pada NYA adalah kunci setiap masalah. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5) Dan aku percaya itu. Selang beberapa minggu berlalu, hp ku berdering. Sebuah salam ramah ku terima. Ternyata dari perusahaan tambang yang berada di pulau belitung. Meminta ku untuk bergabung di sana. Subhanallah...

       Dengan berat hati aku tinggalkan ibu dan adik ku, jujur selama ini aku tidak pernah jauh dari ibu. Tapi ibu tetap menguat kan hati kecil ku yang lemah. Doa dan semangatnya adalah amunisi bagi ku untuk bertempur melawan kenyataan hidup ini. Terima kasih ibu untuk semuanya...

3 komentar:

Anonim mengatakan...

hemmmm ..
ada beberapa kata yang kurang huruf dan penyambungan kata yang kurang benar. :)
tapi .. selebihnya ,, that's good.

TENTANG RINDU mengatakan...

thanks untuk koreksinya :) terima kasih banyak, isha allah akan saya segera betulkan

Unknown mengatakan...

subhanallah.. merinding bacanya :')
makasih yaa, jadi motivasi tersendiri buat saya
makasihh banget, ini tulisan saya copy buat tugas sekolah

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjuang nya, semoga bermanfaat dan membawa kita menuju ridho Allah :)Salam Super... :)
 
Copyright 2009 Kumpulan Puisi dan Cerpen Terbaru All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes
Blogger Templates