RSS

Cerpen Sepenggal Kisah Hidup Ku

"Secerca Asa"




        Tak terasa waktu begitu cepat berlalu dan berganti dengan yang baru.Sekarang sudah memasuki semester ke enem aku di sekolah menengah atas ini dan ini artinya semester terakhir untuk ku masih bisa belajar di sini jika aku lulus tentunya. Semua syaraf syaraf otak ku hanya terpenuhi oleh dua hal yaitu "LULUS UJIAN dan KULIAH". Rangsangan yang ku terima membuat otak ku bekerja keras untuk menerima apa yang aku pelajari. Ku langkahkan kaki lebih awal dari teman teman semua. Ku mulai dengan mereview semua pelajaran dari semester pertama. Luar biasa ku buat otak ku hanya sejenak untuk beristirahat. Hampir dua puluh jam ku gunakan untuk belajar. Tak ada lagi kata main main dan yang lainnya. Bulan ke tiga menjelang UAN beberapa poster poster beasiswa mulai banyak memenuhi mading mading sekolah. Ada beberapa yang memikat hati ku untuk memcoba mengambil beasiswa itu, diantaranya Universitas Gajah Mada, Universitas Malang, Politeknik Negeri Jember, dan Universitas Jember. Dan yang paling aku prioritasin untuk bisa masuk ke universitas itu adalah UGM dan UM. Ku mulai mencari informasi sedetil detilnya tentang universitas universitas tersebut.


        Konsultasi pada guru bimbingan konseling adalah cara yang paling ampuh untuk masalah ini. Dan luar biasa, guru ku mendukung 100% pada pilihan universitas yang ingin aku masuki. Beliau sangat bekerja keras untuk bisa meloloskan ku ke salah satu universitas universitas itu. Hingga kabar yang sangat menggebirakan ku itupun datang. Siang itu saat jam break beliau, bu. lusi memanggil ku ke ruangannya.
Dengan perasaan gugup, aku pun beranikan diri memasuki ruangannya.
"Silahkan duduk, man!" serunya masih terdengar tegas.
"terimakasih bu, maaf sebelumnya ada apa ya bu?" kata ku langsung to the point.
"Begini, ibu sudah kirim berkas dan profil kamu ke universitas yang kamu ingin kan. termasuk ke universitas ternama juga di bali. Dan luar biasanya yang langsung merespon cepat itu adalah universitas udayana, bali untuk langsung menerima kamu sebagai mahasiswa baru di sana." jelas beliau terlihat sangat gembira.
"Kalau kamu gak mau disana, universitas gajah mada juga menerima kamu. Tadi ibu di beri kabar. Selamat ya! kamu tinggal memilih di antaranya!" kata bu lusi seraya menyalami ku.
Aku masih belum bisa berkomentar dan hanya diam terpaku.
"terimaksih bu atas infonya..." ucapku lirih masih tak percaya.
"ohya man, kamu simpan kabar ini sendiri ya. ibu takut temen temen yang lain gak konsen buat ujian akhir" lanjut bu lusi."Iya bu, aiman janji" kata ku seraya berlalu dari ruangan itu.


        Terik mentari menyengat kulit seakan tak ada lagi waktu esok tuk mengeluarkan panasnya. Entah apa yang membuat ku ragu untuk melangkah kembali ke kelas. Di sisi lain ku rasakan bahagia yang amat sangat besar namun di sisi lainnya ku merasa ada perasaan yang aneh. Seakan ada hal buruk yang akan terjadi. Ya, firasat ku mengatakan demikian.
Waktu pun berlalu dengan cepat, detik detik Ujian Akhirpun udah tampak. Semua siswa tak lagi sibuk belajar, tapi memeneuhi mesjid sekolah untuk meminta kemudahan dalam mengerjakan soal soal nantinya. Ada beberapa yang sibuk dengan berkas berkas untuk melanjutkan ke universitas. Ku hanya bisa diam saat mereka sibuk dengan urusan masing masing.

Ku mantabtan kembali niat hati ku untuk mengikuti ujian akhir. Ku tak ingin mengecewakan Ibu ku tercinta yang kini jauh di mata. Ya, jauh di mata... :( Sejek ayah ku meninggal dunia kala aku masih duduk di bangku SMP kelas 3, Abah Syam, begitu ku memanggilnya mengajak ku untuk tinggal di rumahnya di kota dan menjadi anaknya. Awalnya ku tak mau jauh dari ibu, tapi apa daya ibu menyetujui permintaan Abah Syam untuk mengangkat ku menjadi anaknya. Sesuai dengan janji abah syam, dia akan membiyahi hidup ibu dan kedua adik ku yang masih kecil dan akan menanggung semua biaya pendidikan kedua adik ku dan aku hingga kuliah nanti. Semua berlangsung dengan lancar, setiap ada waktu libur ku sempat kan untuk menengok ibu di kampung. Momen momen saat bersama ibu lah yang menjadi inspirasiku untuk sukses dalam hidup ku. Melahirkan mimpi mimpi semu yang harus ku ubah formatnya menjadi mimpi mimpi yang nyata.

        Ujian pun berlangsung dengan hikmat. Dan pengumuman kelulusan pun terlaksana pula. Dengan harap cemas di rumah ku menunggu Abah pulang dari sekolah untuk melihat hasil ujian ku. Aku yang sejak tadi gelisah menunggu hasil ujian ku di kamar hanya bisa berdoa dan berdoa. Jampun hampir mendekati angka 1 sejak tadi abah berangkat jam 11 ke sekolah. Beberapa kali ku telfon abah tapi tak pernah di angkatnya. Puluhan pesan udah ku layangkan ke hp nya dan tak ada balasan satupun. Kecemasan ku pun semakin menjadi, dengan rasa gelisah yang sudah mencapai level teratas akhirnya ku dengar deru mobil abah dari ruang garasi, segera ku berlari ke lantai bawah.
"gimana hasilnnya, bah???" tanya ku berharap cemas. Abah terlihat lesu dan tatapan matanya tak menunjukkan rasa bahagia atau pun sedih. Membuat ku bingung dan mengundang tanda tanya besar. Abah tanpa menjawab pertanyaan ku terus saja melangkah ke dalam. "Bah...abah kenapa sih? gimana dengan hasil ujian ku bah???" lanjut ku mengejar abah ke ruang tamu.
"Duduk kamu!!!" ujar abah serius. membuat ku tambah hampir jantungan saja.
"mana umi???" tanyanya kemudian.
"eemmhh umi lagi jemput alia ke sekolah..." jawab ku gugup. "terus hasil ujian ku gimana bah???"
"Hasilnya...... kamu.... itu..... gimana sih....................." dengan nada tinggi.
"kenapa dengan hasilnya bah???" tanya ku tambah takut.
"Kamu ..........kembali meraih rangking 2!!!!" heheheehe..... "Selamat ya... anak abah memang pandai...." kata abah berteriak dan langsung memeluk ku yang hampir meneteskan air mata. :'( namun kenyataannya air mata itu mengalir juga.

"ohya bah, aku punya satu kabar lagi. Sebenarnya aku juga udah di terima di UGM dan UM. jurusan pendidikan BIG." jelas ku pada abah. Namun ku rasakan pelukannya semakin melemah dan terlepas.
"Iya bah... udah beberapa minggu sebelum ujian akhir dilaksanain. Aku gak boleh cerita cerita dulu pesan bu lusi." jelas ku lebih bersemangat lagi. Namun abah tetap terdiam dan seperti ekspresi awal tadi di garasi mobil. "Kenapa bah? abah gak suka?" tanya ku merasa sedih
"emmh... kita bicarakan ini nanti ya..., Abah mau mandi dulu...." ujar abah seraya berlalu ke kamarnya yang menimbulakan kembali kecemasan dan rasa sedih pada hati ini. Ku hanya bisa pasrah nantinya mendengar keputusan abah.

        Malam pun menyelimuti bumi dengan ketenangannya, sejak tadi sore HandPhon ku sibuk berdering menerima pesan selamat dari teman teman. Ada beberapa yang ku balas dan ada beberapa juga yang ku abaikan. Saat ini otak ku hanya di penuhi satu hal yaitu "Kenapa abah tak tampak bahagia mendengar ku di terima di salah satu Universitas ternama di negeri ini?" Sebuah tanda tanya yang amat sangat besar kembali muncul di kepala ku. "Ada apa ini ya?" tanya ku dalam hati.
"aiman... ayo cepat makan nak....." teriak umi dari lantai bawah. segera ku hentikan lamuanan dan pertanyaan konyol yang tambah menyelimuti hati ku. "iya umi..... aiman segera turun..." teriak ku kembali.
Segera ku berlari menuruni anak tangga ke lantai bawah... tak nampak Abah di meja makan .. Hanya Umi dan Alia di sana... Ku hanya bisa menunduk terdiam tanpa kata, hanya ingin segera menyelesaikan makan malam ini dengan segera.

        Segera setelah makanna ku habis, ku berlari masuk ke kamar. Mungkin Umi tahu masalah ini, ia pun menyusul ku ke kamar. "aiman, umi boleh masuk?" serunya di balik pintu. "iya umi, pintunya gak di kunci" jawab ku dari dalam. Umi pun masuk dan duduk mendekat padaku yang sedang bermalas malasan di atas ranjang sambil pura pura membaca novel baru yang di belikan umi tempo hari "Negeri 5 Menara". Nampaknya, situasi yang ku alami saat ini hampir sama dengan cerita Alif si putra Rendang. "Boleh umi tanya sesuatu sama kamu?" ucapnya lirih dengan di iringi senyum nan elok. Umi memang sosok wanita yang luar biasa. Dia menyayangi ku layaknya putranya sendiri, meskipun aku telah diangkatnya dalam masa yang tak bisa di bilang anak anak. "Iya umi, boleh..." jawab ku masih dengan pandangan seolah serius membaca novel. Namun kenyatannya, mata ku hanya melihat kertas kosong di sana. Karena otak ku masih belum bekerja sepenuhnya, akibat dari memikirkan sikap abah tadi siang dan sekarang abah tak ada di rumah. Tumben banget... Ingin sekali ku tanya pada umi kemana bah sekarang? Apa dia kecewa pada ku? Namun semua tak mampu ku ucap kan. "Umi tahu perasaan kamu... kamu pasti bingung saat ini..." ucap umi seolah mengerti setiap apa yang ku rasakan. "Tapi, alangkah lebih bingungnya Abah memikirkan masalah ini" lanjutnya. "Hah??? apa maksudnya ya" tanya ku dalam hati.  "Abah tahu kamu ingin sekali kuliah di UGM, dan abah juga tak bisa mencegah mu. Karena kami bukan..........................." "Cukup umi......" potong ku, ku tahu lanjutan dari kalimat itu, ku tak ingin mengecewakan hati suci umi. "Aiman tahu....mungkin ini berat untuk aiman, tapi setidaknya Abah punya alasan jika aku tak di ijikan kuliah disana." lanjutku kemudian. "tentu abah punya alasan untuk itu... turunlah segera.... kita bicarakan masalah ini di ruang keluarga.... abah dan umi tunggu kamu di sana...." ucap umi dan berlalu keluar dari kamar ku. "Ya Allah... Ku ikhlas jika apa yang ku jalani nanti tak sesuai mimpi ku, Karena ku tahu rencana Mu lebih indah dan tepat dari rencana hamba yang tak punya daya ini." lirih doa ku pada Nya...

        Dengan langkah berat, ku turun ke lantai bawah untuk menemui Abah dan Umi. Suasana malam ini tak seperti suasana di malam malam yang lalu... Dimana semua tampak santai..... Namun malam ini, aku merasa semua syaraf syaraf ku menegang... Ku rasa asing kembali di rumah ini...
"Duduk...." ucap abah saat ku tiba di ruang keluarga.
"Emmmh.... gini, ada yang ingin abah sampaikan... Pertama abah minta maaf atas sikap abah tadi siang." lanjut abah setelah aku duduk.
"iya bah... aku juga minta maaf..." ucap ku lirih.
"Bagini, apa kamu sepenuh hati dengan pilihan kamu di UGM dengan jurusan BIG? Bukan kah abah tahu kamu ingin kuliah di jurusan MTK?" tanya abah serius.
"Jujur, aku masih belum ngerti dengan pertanyaan abah. Bukan kah abah juga tahu jika aku ingin sekali masuk UGM?" tanya ku setegar mungkin dengan sisa keberanian yang tersimpan.
"gini gini... maksud abah... apa gak sebaiknya kamu pikirkan dulu?" ucap umi seakan manjadi penegah.
"ok... abah gak mau bertele tele lagi... bagini, abah ingin kamu masuk sekolah penerbangan. Abah ingin kamu menjadi PILOT. Aku harap kamu bisa penuhi permintaan abah yang ini." kata abah jelas dan tegas pada ku. ia pun berlalu ke kamarnya.
Sejenak ku masih tak percaya dengan dengan apa yang ku dengar beberapa detik yang lalu.
"Udah... jangan kamu buat beban pikiran. Jika memang kamu merasa berat untuk kedepannya, tak perlu kau lakukan. Udah cepat sana tidur,,,, ini udah malem." kata umi sambil menepuk pundak ku dan berlalu meyusul abah.

        Hari hari kedepan yang ku lalui terasa hambar. Bu lusi beberapa kali menelfon ku untuk meminta berkas persetujuan dari orang tua/wali ku. Aku bisa saja pulang ke kampung dan meminta tanda tangan Ibu di sana. Tapi,,, alangkah tidak tahu dirinya aku ini jika kulakukan hal tersebut. Detik demi detik berlalu dengan cepat, ku hanya bisa mengurung diri di kamar. hanya doa dan sholat yang bisa ku lakukan untuk menenangkan hati ini dan meminta petunjuk pada NYA. Sempat beberapa kali ku coba browsing website UGM dan beberapa website sekolah tinggi penerbangan terbaik di negeri ini. Rasa bimbang itu kembali mampir dan menyerang setiap syaraf syaraf otak ku. Dan malam itu pun jawaban itu hadir dalam mimpi ku. Dalam mimpi itu tampak di sana ku tersenyum dengan mengenakan pakaian dinas seorang pilot. Segara bayangan itu lenyap dan aku pun terbangun. "Ya, Allah... inikah yang terbaik buat hamba?" seru ku dalam hati. Segera malam itu aku berlari ke kamar abah dan umi. "Abah... abah...."... teriak ku di depan pintu kamarnya. "Iya... sebentar..." terdengan suara umi dari dalam. dan pintu pun terbuka. "emh, abah mana umi?" tanya ku. "Abah masih sholat tahajud." jawab umi. "emang ada apa aiman?" tanyanya kembali. "emmh,,," ku masih ragu mengatakan nya. tapi...... "Ada yang ingin aiman sampaikan pada abah dan umi" jelas ku. "ohya... tunggu sebentar ya... kamu ke ruang keluarga dulu, bentar lagi abah dan umi nyusul." suruh umi.

        Ku duduk di ruang itu dengan perasaan yang penuh dengan keraguan. Haruskah ku katakan mimpi ku? Haruskah ku penuhi keinginan abah? Bukankah UGM adalah cita cita ku dari dulu?
"iya... ada apa iman???" terdengar suara abah membuyarkan pertanyaan pertanyaan yang berotasi dalam pikiran ku.
"emh..... begini bah..." ucap ku masih ragu.
"tadi.... aiman.... udah dapat jawabannya......" tertatih ku ucap kan kalimat itu.
"Oke... abah siap mendengarnya... apapun keputusan mu inshaallah abah terima." kata abah dengan hengela napas panjang.
"Jujur aiman masih agak sedikit ragu, tapi inshaallah ini yang terbaik."........
Sejenak ku terhenti untuk melanjutkan kali mat ku.
"Jadi.... aiman putusin buat jadi PILOT karena ALLAH" lanjut ku kemudian.
Ya, di tengah malam yang dingin itu, keputusan itu pun keluar dari dasar hati ku. Dengan gembiranya Abah memeluk ku. Ku tahu abah sangat bahagia mendengar ini, karena abah dulu sangat bercita cita menjadi pilot  dan tak terwujud. Malam itupun menjadi malam yang haru untu ku, abah dan umi. Beberapa hari kemudian akupun mendaftar di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia. Dengan beberapa tes akhirnya akupun dinyatakan lolos dan menjadi bagian dari keluarga besar STPI. Entahlah, bagaimana hari hari kedepan ku jalani, karena ku tahu ku tak sedikitpun memimpikan akan duduk di bagian depan pesawat dengan membawa ratusan manusia terbang melintasi cakrawala. Ya Allah... Segala yang baik hanya milik Mu, di sini hamba yang lemah ini tak ada kuasa sedik pun. Jadikanlah ini sebuah kebaikan untuk hidup ku di dunia dan akhirat mu...

SEKIAN... :)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

sudah takdir capt.
selamat berkarir di dunia penerbangan :)
semoga saya juga menyusul

Posting Komentar

Terima kasih atas kunjuang nya, semoga bermanfaat dan membawa kita menuju ridho Allah :)Salam Super... :)
 
Copyright 2009 Kumpulan Puisi dan Cerpen Terbaru All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes
Blogger Templates