"Apa yang Salah dengan Janda ?"
Sejurus rasa itu menerpa hati yang telah lama hampa tanpa isi. Dia, dengan jilbab panjang mengulur, dengan busana kurung yang anggun, dan dengan tingkah laku yang santun. Iya, dia, yang telah menggugurkan berjuta nama yang pernah singgah di dada ini. Mengubah rasa kagum untuk mereka yang sempat singgah di hati ku. Senyumnya laksana ribuan petir yang hanya bisa membuat ku terpaku dalam keriuhan. Suara lembutnya ibarat deburan ombak yang berderu merdu. Siapakah gerangan dia? Tak sedikitpun aku tahu tentangnya, namun pertemuan di depan masjid itu adalah awal ku untuk mencari tahu tentangnya.
Udara dingin menyelimuti kota Seoul yang tak pernah tidur ini, usai solat ashar dan pengajian tadi aku segera keluar dari Seoul Central Masjid, aku tak ingin melewatkan sedikit waktu untuk melihatnya. Segera ku susuri tangga masjid dan berpura-pura memasang sepatu dengan slow motionts tentunya. Hanya untuk melihatnya kembali, inikah cinta ? Entahlah...
Perkenalkan nama saya Kim Chin-Sun Ismail, nama Ismail saya dapat setelah saya menjadi Muslim 2 tahun lalu. Tapi saya tidak akan membahas tentang saya sendiri. Tapi tentang dia! iya dia... :) Aku baru beberapa kali ini melihatnya di sini, ku kira ia baru saja pindah kesini. Entah dari mana, aku tidak tahu. Sepertinya orang Melayu, terlihat dari beberapa temannya, ada beberapa yang aku kenal. Wajahnya tidak hanya cantik, tapi bersinar ku lihat. Entah ini efek cinta atau apa, aku tak peduli.
Kebetulan waktu itu kulihat Fatimah bersamannya, Fatimah mahasiswi ku asal Indonesia yang baru semester dua. Dia tampak akrab dengan nya, "wah... bisa nih, fatimah mengenalkan aku padanya." pikir ku senang. Hari itu aku hanya bisa puas dengan melihatnya dari kejauhan. Aku masih bingung, ada apa sebenarnya dengan diri ku ini?
Esok harinya ku beranikan untuk memanggil Fatimah ke ruangan ku. Aku sudah tidak tahan lagi menganbaikan perasaan ini. Setiap detik otak dan hati ku berkecamuk untuk ingin tahu tentang dia. Tampak Fatimah datang dengan Eun-Kyung, iya aku mengerti, tidak baik laki-laki dan perempuan bukan muhrim berdua dalam satu ruang. Begitulah islam mengajarkan muslim dalam kehidupan, dan itu sangat membuat ku lebih mencintai islam ku. Dengan tanpa berbasi-basi ku persilahkan mereka masuk, dengan malu-malu, aku bingung ingin memulai dari mana pembicaraan ini. Dan setelah beberapa saat berlalu, ku coba menenangkan diri ku. Menarik nafas dan menghembuskannya dengan perlahan. Ku lihat Fatimah dan Eun-Kyung hanya saling menoleh, mengisaratkan ketidak mengertian mereka dengan tingkah ku yang terlihat aneh ini. Dengan "bismillah..." ku coba mengeluarkan kata.
"terimakasih, fatimah kau mau kesini, maaf sebelumnya jika aku mengganggu waktu mu", ucapku memecah kesunyian dalan ruangan ini.
"maaf, ada keperluan apa abeoji (bapak) memanggil saya ke sini?" tanya fatimah.
"tenang, ini bukan tentang kuliah kamu. tapi......", aku sedikit ragu + malu melanjutkan kata-kata ku.
"tapi apa pak?" kejar fatimah.
Ku mulai tersenyum kebingungan. Mungkin wajah ku sudah tampak kemerahan menahan malu, sepertinya demikian. Tampak mereka berdua di depan ku senyum-senyum seakan mengerti apa yang ku rasakan.
"begini fatimah,,, beberapa hari belakangan ini aku merasa ada yang mengganggu ku....."
"siapa yang berani mengganggu abeoji ismail?" selidik fatimah penasaran.
"Bukan mengganggu dalam artian yang negatif kok," jawabku dengan malu. " tapi mengganggu dalam artian yang baik." lanjut ku.
tampak mereka tidak mengerti maksud ku. masih tersirat tanda tanya di wajah mereka.
"beberapa hari ini, aku melihat dia, wanita itu di masjid. aku ingin mengenalnya." jelasku tanpa ragu.
"siapa dia pak?" tanya fatimah.
"dia yang kemarin sore bersama mu saat keluar dari masjid",
Sekarang, fatimah dan eun-kyung mulai mengerti maksud ku.Maksud tingkah ku yang aneh dan cara bicara ku yang membingungkan.
"Dia, namanya Zahra, asal Indonesia. Disini dia bekerja sebagai perwakilan dari kantornya yang bercabang di sini pak. Bapak suka dia ya?" jelas fatimah dan mulai menggodaku.
Sedikit berkurang penasaran ku setelah mendengar penjelasan Fatimah. Tapi masih belum sepenuhnya, jika aku belum mengenalnya langsung.
"bisa kamu mengenalkan ku padanya?"
"bisa,,, insya allah pak" :)
Sungguh senang rasa hati ini, apa ini yang dinamakan ” 첫 눈에 사랑에 빠지다 ( cheot nune sarange ppajida ) jatuh cinta pada pandangan pertama ”,,, sepertinya benar. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama ini. Semoga ini menjadi yang terbaik untuk mencari ridho mu ya Allah.
Selang beberapa hari fatimah menelpon ku, "Asalamualaikum... abeoji (bapak) ismail"
"waalaikum salam fatimah, museun yaegi jyo (ada apa ku menelpon aku) ?"
"saya sedang berada di cat cafe bersama tante zahra, bisakah bapak kesini?"
"benarkah?" tanyaku tak percaya.
"iya,... pak", jawab fatimah dengan tawa.
"oke-oke... 5 menit lagi saya di sana. gamsahabnida.... asalamualaikum fatimah"
klik....
Ku rapikan wajah dan rambut ku, memakai jaket dan segera turun dari apartemenku di lantai 8.
Dag dig der.... jantung ku berdetak lebih kencang dari biasanya. Ku susuri jalanan dengan rasa yang campur aduk. Salju mulai turun sore ini. Ku cepatkan langkah ku, cafe cat hanya berjarak 300 meter dari tempat ku.
Aku agak malu untuk masuk, namun di sana. Dari dalam sana fatimah telah melihat ku, melambaikan tangan nya, menyuruh ku untuk masuk. Aku hanya bisa tersenyum dan mengangkat jempolku, memberi isarat oke padanya.
Ku hampiri meja mereka, "asalamualaikum" ucap ku masih dengan dada yang ber dag dig dug.
"wa'alaikumsalam..." jawab mereka kompak.
"Subhanallah... dia... iya dia.... aleumdabgo bichnaneun eolgul (cantik dan bersinar wajahnya)..." kata ku dalam hati.
"silahkan duduk pak, jangan bediri aja." suruh fatimah meledakkan kekagumanku pada dia! iya dia... :)
"gamsahabnida..." segera aku duduk. Sepertinya mereka telah lama di sini, ku lihat minuman mereka telah hampir habis.
"ohya tante, ini Bapak Kim Chin-Sun Ismail.
Bapak Kim Chin-Sun Ismail, ini tante Zahra." fatimah mengenalkan ku.
"zahra..." ucapnya lirih dan merobohkan benteng hati ku dengan senyumnya yang mid-eojiji anhneun (luar biasa).
Lama kami tenggelam dalam obrolan yang mengasyikkan, tentang dia dan aku. Sampai kita menghabiskan beberapa kue dan menambah kopi lagi. Hingga tak kita sadari, salju telah berhenti turun dan telah membuat jalanan memutih. Dari obrolan pertama ini aku merasa masih dia yang menguasai hati ku. Meskipun aku telah tahu jika dia adalah seorang gwabu (janda) dengan satu anak. Tapi hati ku masih tak mempermasalahkan itu, inikah cinta?
Waktu mengalir mengikuti arus untuk bermuara pada satu tempat. Membawaku pada sebuah kemantapan hati untuk menjadikan dia! iya dia! sebagai bidadari surga ku. Beberapa bulan berlu dengan begitu menyenangkan ku rasa. Hari-hari ku menjadi lebih indah bersama dia. Tapi, bagaimana dengan keluarga ku? Ayah dan Ibuku? Kita baru saja melewati sebuah konflik yang sungguh menguras perasaan dan pikiran ku. Sebuah cerita klasik tentang pandangan mereka yang tak tahu Islam yang sesungguhnya. Menganggap Islam seperti virus yang harus di musnahkan. Tentang keputusan ku menjadi Muslim yang sangat-sangat mereka tentang, hingga mengusir ku dari rumah yang tak sekalipun pernah aku tinggal kan. Dan sekarang, keadaan itu berangsur membaik, Ayah dan Ibu sudah kembali menerima ku dalam keluarga mereka. Akankah keputusan ku kali ini akan membuka kembali lembaran konflik itu? Ya Allah... bantu hamba mu ini. Ya Rahman... beri hamba jalan, beri hamba kekuatan.
Benar saja,,,, setelah ku utarakan keinginan ku menikahi Zahra, kembali wajah dan sikap mereka berubah, seperti dua tahun lalu pada ku. "Haruskah kau menikahi gwabu???" tanya ayah dengan nada setinggi tingginya. "Ayah tidak mempermasalahkan kau menjadi muslim, menikah dengan muslim, tapi haruskah kau menikah dengan gwabu, wahai anak ku?" suara ayah mulai pelan namun menekan.
Aku hanya bisa diam dan diam. Tak ingin menambah kemarahan ayah dan ibu. Aku yakin jika aku bicara disaat ini, pasti semua akan menjadi lebih buruk. Aku hanya bisa mendengar
Dalam budaya kami, seorang Jejaka menikahi Janda adalah sebuah aib keluarga yang memalukan. Melenceng dari budaya yang telah di junjung tinggi. Sebuah aib yang akan menjadi pergunjingan. Iya, inilah budaya dan tradisi. Aku tak bisa mempermasalahkannya. Tapi salahkan jika jodoh kita adalah seorang gwabu ???
"Ayah tahu, kamu tidak akan mendengarkan kata ayah an ibu lagi. Karena kamu sudah mempunyai dunia kamu sendiri. Pantaskah hal ini kau lakukan pada orang tua mu? setelah apa yang kami lakukan pada mu? Kami tidak menuntut banyak pada mu saat ini, tapi untuk urusan menikahi Janda, kami sangat tidak setuju. kamu sudah pernah tidak menjadi anak kami, kamu juga sudah membuat kami malu dengan kamu menjadi muslim. Apa saat ini kamu juga akan membuat kami jauh lebih malu?", dan ribuan penjelasan ayah dengan tetesan air matanya yang membuat ku merasa bersalah.
Waktu terus berlalu, aku dan zahra masih baik-baik saja. Karena memang niatan untuk menikahinya, tak ku utarakan padanya. Bukan karena ayah dan ibu ku tak setuju, tapi aku masih berpikir "apakah ia mau menerima lamaran ku?" "ah... sebuah pertanyaan yang klise."
####################################################################################
Setahun berlalu, aku masih menyimpan erat cinta ku pada Zahra. Tapi tak pernah ku ucap padanya. Entah bagaimana dengan nya, tampak ia biasa saja pada ku. Dan di sore itu, di tempat pertama aku melihatnya "Seoul Central Masjid", aku menghampirinya sesaat ia keluar dari masjid bersama teman-temannya.
"asalamualikum...." sapaku pada mereka.
"walaikum salam....." serentak mereka menjawab.
"zahra,,,,, aku ingin mengatakan sesuatu pada mu."
"ada apa kim?",,,
"maaf jika aku salah, setahun ini aku telah melewati banyak hal dengan mu. kau tahu aku dan aku tahu kamu dari cerita-cerita kita. tapi........ ada satu hal yang tak ku tahu dari mu,"
"apa itu?"
"apakah kamu mencintai ku?"
..................................................................................................................................................
Lama tak ada jawaban dari nya, dunia terasa berhenti. Keriuhan terasa lenyap. Dadaku berdetak begitu kencang, sesak terasa di hati.
..................................................................................................................................................
"entahlah kim, aku tidak tahu...." jawabnya lirih sembari menundukkan pandangannya.
"deeeeeeeeeeeeeeeeeeeggggggggg......................................................................." jantungku terasa berhenti berdenyut. ku coba tenang. menarik nafas dalam.... menghembuskannya dengan perlahan.
"terimakasih untuk jawaban mu, asalamualaikum..................." aku tak mampu lagi berkata-kata, secepat kilat ku menghilang dari pandangan zahra dan teman-temannya.
???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????
sebuah tanya besar menyelimuti hati ku, "aku tidak tahu!" sebuah jawaban yang masih membingungkan ku. apakah salah cinta ini? ya Allah... beri aku jodoh yang terbaik dari sisi Mu....
pagi itu, zahra mendatangi ku ke kampus. ku lihat ia bersama fatimah di taman depan.
"asalamualaikum kim, " sapanya saat aku mulai mendekat.
"walaikum salam....." ada yang bisa aku bantu?
"tidak kim,,, aku hanya ingin ngobrol dengan mu.... boleh aku meminta waktu mu?"
"tentu saja, mari silahkan duduk...." ku persilahkan mereka duduk di banku taman itu.
zahra masih tampak bingung ingin memulai dari mana, tampak ia tertunduk dalam kebingungan.
"ada apa zahra? jika ingin membahas yang kemarin, aku tidak apa-apa. udah kamu jangan pikir kan itu."
"tidak kim, kamu tak harus bicara begitu."
"justru aku di sini ingin menjelaskan tentang yang kemarin,..."
jelasnya terhenti....................
"aku tidak tahu, apakah kebersamaan kita menumbuhkan benih cinta di hati ku. yang jelas aku rasa, aku nyaman bersama mu kim. tapi aku takut, kau tak memiliki rasa yang sama pada ku.....
aku juga berpikir kim, apakah aku pantas untuk mu. bukankan aku telah menjadi janda.... sedangkan kamu.........." jelasnya terhenti kembali................. tampak butiran air mata mengalir di wajah indahnya.
aku hanya bisa tertunduk mendengar nya, aku ingin menghapus air mata itu, tapi apa daya ku.
"zahra.....", kata ku.
"kim,,, ku mohon lupakan aku... aku tahu banyak yang akan tersakiti jika kita bersatu." potongnya.
"tidak zahra, jika kita benar, Allah bersama kita."
"aku tahu kim,,, tapi kau takut....." ucapnya dengan cucuran air mata yang semakin deras.
"takut apa? masa lalu mu?
Jinan shiganeul semyeo apa woolji malgo. Jinan babo gateun sarang geuriweo malgo
(Jangan menangis didalam kesakitan menghitung waktu yang berlalu. Jangan merindukan cinta bodoh yang sudah berlalu)."
"saat ini hanya ada aku, kamu dan masa depan kita, insha allah" ucap ku yang juga tak kuasa membendung air mata.
"apa yang salah dengan cinta kita???" tanya ku.
"
Gyeote isseul jagyeokhado eomneun nan janha. Haengbokhagireul. Deon beon dashineun majaochiji malja.
(aku enggak pantas untuk kamu. aku harap kamu dapat bahagia. Mari kita enggak pernah bertemu lagi)
maaf kim,,, aku tak bisa melanjutkan ini......................................
minggu depan aku akan pulang. semoga kamu mendapat yang lebih baik dari ku. maaf..........",
zahra berlari pergi meninggalkan ku di bangku taman itu. iya! hanya aku sendiri.
"Apa yang salah dengan cinta ini? Apa yang salah dengan janda? apa yang salah???? arrrrhhhhgggg......"
aku hanya bisa mematung, tubuh ku terasa lemas, aku tak percaya kebersamaan ini akan sirna. aku tak percaya cinta ini berakhir dengan begitu menyiksa hati di pagi hari. ya Allah kuatkan hamba mu ini.
ku usap air mata ku, berusaha tegar dan menerima. Mungkin ini yang terbaik. Amiin
"Kamu tak harus mencintai ku Zahra, biarlah aku sendiri yang mencintai kamu....
Untuk kamu yang telah meninggalkanku, aku hanya dapat memberikan air
mata. Sebenarnya, sebenarnya aku menangis sekarang meskipun kamu melihat
aku terseyum......"
Sampai bertemu kembali zahra... Jika ALLAH mengijinkan ...